Matahari telah berganti dengan bulan dan bintang. Aurora terbangun di suatu ruangan asing yang sangat gelap tanpa pencahayaan sedikitpun. Matanya mengerjap pelan menelisik ruangan yang ia tempati, hanya satu yang dapat Aurora katakan untuk mendeskripsiskan tempat ini yaitu berantakan.
"Gimana gue bisa ada disini sih?!". Desisnya
Aurora memijit tengkuknya karena terasa sangat berat dan kepalanya pusing. Hingga cahaya dari luar ruangan menyorot dirinya yang tengah berbaring. Sontak ia bersandar dikepala ranjang, berbagai spekulasi muncul dikepalanya ketika ia menyadari baju yang ia kenakan bukanlah seragam sekolah.
Sesosok laki-laki berbadan jangkung berjalan mendekatinya seraya membawa nampan. Aurora mengernyit ketika menyadari sosok kakak kelasnya kata Gladys sih ketua geng Alfasus, entah geng apa itu Aurora tak mau tau dan tak ingin tahu lebih lanjut.
"Kak Raja?". tegurnya ketika Raja sudah berada dihadapannya. Kepalanya mendongak menatap wajah Raja yang membiru dan dahinya terdapat luka dengan darah yang sudah mengering.
Raja melirik Aurora sekilas seraya menaruh nampannya di nakas.
"Kak Raja kenapa luka-luka?". Tanya Aurora
Nyaut kek!. Batin Aurora dan bibirnya mencebik kesal.
"Kak ini dimana?". Tanya Aurora
"Kamar". Sahutnya singkat. Aurora merotasikan matanya ia juga tahu kalau ini kamar tapi lebih mirip ke gudang sih
"Ya kamar siapa?". Tanya Aurora kembali
"Kamar gue!". Sahutnya, sontak Aurora mendelik, apakah spekulasi yang ada dipikirannya benar terjadi? Tidak! Tidak mungkin.
"Pikiran lo gak usah aneh-aneh! Bibi gantiin seragam lo!". Ujar Raja mengerti dengan apa yang ada dipikiran Aurora.
Aurora tersenyum masam, malu sangat malu Raja bisa menebak isi pikirannya yang terlalu jauh, akibat temenan sama Gladys yang otaknya dewasa nih!
" Makan!". Titah Raja seraya menyodorkan semangkuk bubur kehadapan Aurora. Aurora melirik isi mangkok tersebut lalu ia menatap kembali mata elang milik Raja dalam temaramnya cahaya.
Aurora menggeleng sebagai penolakan, bukannya ia tak menghargai apa yang diberikan Raja namun ia tak menyukai makanan bertekstur lembek itu. Setiap ia memakannya pasti perutnya selalu bergejolak ingin dimuntahkan.
Rahang Raja mengeras, ia tak suka dengan penolakan. "Ini perintah bukan penawaran yang bisa lo tolak!"
"Makan!". Titahnya kembali
"Gak mau! Maksa banget sih!". Tolaknya kesal
"Lo maunya apa?". Tanya Raja yang sudah tersulut emosi
"Pulang!". Sentaknya seraya memalingkan wajah. Tanpa seizinnya air mata meluruh membasahi pipinya. Ia yang membentak Raja malah ia yang menangis.
"Aira..". Panggil Raja lembut seraya duduk di tepi ranjang namun Aurora malah menggeser badannya menjauh seraa mengusap air matanya yang jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI
Teen Fiction⚠WARNING TYPO BERTEBARAN ini cerita youngadult yang bocil minggir dulu yok, emak lu tau disabet sapu lu! Rajawali Liam Taksa sang alpha dari Alfasus, geng beranggotakan remaja laki-laki penuntut arti kebebasan dari SMA Antariksa. Tawuran dan balapan...