Tiga hari lamanya, Aurora tidak masuk sekolah. Berpuluh-puluh missed call dan chat dari Gladys tidak ia respon sama sekali. Selama tiga hari itu, Aurora hanya terdiam bagaikan patung di dalam kamarnya. Untung saja tidak ada siapa-siapa dirumahnya. Jika tidak mereka akan bertanya-tanya mengapa Aurora mengurung diri dikamar.
Wajah yang biasanya berseri-seri itu berubah menjadi pucat. Tidak ada semangat hidup dipancarkan oleh gadis belia itu. Jujur, barang sedetik pun kejadian menjijikan itu enggan enyah dari pikirannya.
"RAJA BRENGSEK BIADAB BAJINGAN"
"NYESEL GUE PENAH JATUH CINTA SAMA LO, bego! Bego lo Rora!"
Kembali suara geraman tertahan menggema, Aurora meringkuk dan bergelung di dalam selimut. Air matanya juga tidak berhenti menetes. Menangis tanpa suara, memang menyakitkan.
Kembali suara deringan telepon terdengar, sudah pasti ini Gladys.
Aurora merenung, ia tidak boleh lama-lama seperti ini yang ada orang-orang curiga kepadanya. Ya, dia harus mengangkat telepon Gladys.
"ASU! Lo kemana aja bego nggak angkat telepon gue? Sumpah demi-",
"Apa?"
"What? Seriously lo just say apa? After gue kaya orang bego selama tiga hari di sekolah? Planga plongo ngeliatin orang pada ngegibah dan gue cuma bisa diam membisu?", lebay Gladys.
"Besok gue sekolah", final Aurora langsung memutuskan sambungan teleponnya. Cukup omongan Gladys membuat pikirannya semakin kacau.
Tubuh ringkihnya kembali memeluk erat guling dalam dekapannya.
***
Aurora berjalan menyusuri trotoar setelah cukup lama menanti kedatangan angkot tapi tidak kunjung datang. Lagi-lagi air matanya menetes, semenjak kejadian itu Aurora menjadi lebih sensitif, hanya karena angkot yang tidak kunjung datang ia menangis.
Berjalan menunduk dengan punggung tangan samar-samar mengusap air matanya yang jatuh. Seluruh pergerakannya, tidak lepas dari mata seseorang diseberang jalan sana.
Tin!
Seseorang yang mengendarai vespa matic, berhenti tepat disebelahnya."Rora!"
Aurora sontak menoleh namanya dipanggil. "Kak Kevin?"
"Lo jalan kaki dari rumah? Kenapa gak naik angkot?" tanya Kevin heran.
Hiks...hikss
Finally, Aurora mengeluarkan isak tangisnya yang merasa sensitf perkara angkot tadi. Sebagaimanapun Aurora teteaplah gadis manja, jutek, galak yang membaur menjadi satu.
Mata Kevin membola melihat adik kelasnya itu menangis. "Ehh loh kok nangis? Ra lo kenapa?" tanya Kevin panik, pasalnya orang-orang disekitar sana mulai menatapnya dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI
Teen Fiction⚠WARNING TYPO BERTEBARAN ini cerita youngadult yang bocil minggir dulu yok, emak lu tau disabet sapu lu! Rajawali Liam Taksa sang alpha dari Alfasus, geng beranggotakan remaja laki-laki penuntut arti kebebasan dari SMA Antariksa. Tawuran dan balapan...