Empat jam pelajaran telah berlalu dan bel istirahat pun berbunyi. Satu diantara lima orang berpengaruh di geng Alfasus masih memejamkan matanya, laki-laki itu tertidur di sofa usang dengan kedua lengannya terlipat di depan dadanya, membuat otot-otot itu tercetak jelas oleh seragam putih abu yang ketat.
Varen menyimpan Handphone-nya di saku celana yang dikenakannya. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku setelah beberapa jam berkutat dengan game online favoritnya. Begitu pula dengan Vaden yang menjadi lawan mainnya, laki-laki itu memberengut kesal karena sedikit lagi ia memenangkan game itu namun Varen tiba-tiba keluar dengan alasan ia lelah.
"Anjing sia mah! Bilang aja lo gak terima kalah dari gue kan?". Protes Vaden dengan raut wajah kesal.
Varen dengan wajah tanpa dosanya melirik Vaden yang mendelikkan matanya. "Kan gue udah bilang, mata gue capek. Budeg lo?"
"Eleh tetap aja intinya lo gak terima kalah dari gue titik!". Cibir Vaden
"Makan tuh game! Telan tuh HP! Buta mata lo!". Sungut Varen kepada Vaden yang mencibirnya.
"Astaga mulut lo?!". Protes Vaden tak terima dengan ucapan saudara kembarnya.
Berbeda dengan Vaden dan Varen, Gibran dan Haidar memilih untuk melakukan hobby-nya bermain basket. Mereka lah yang berinisiatif untuk memasang ring basket itu disana.
Keringat mengucur dari pelipis mereka hingga kaos hitam yang dikenakannya basah oleh keringat. Haidar memegang kendali mendribble bola itu lalu men-shootnya masuk ke ring.
"Three point...". Ujar Haidar setelah berhasil memasuki bolanya dari daerah three point. Nafas mereka tersengal memilih untuk berhenti bermain.
Gibran menghampiri Vaden dan Varen yang tengah duduk disofa seberang Raja seraya memantul-mantulkan bola itu kelantai.
"Vaden! Kenapa muka lo asem banget padahal tadi baik-baik aja tuh". Tanya Gibran heran melihat wajah Vaden yang ditekuk.
Vaden tak kunjung menjawab, ia memilih untuk menscroll sosial medianya.
"Gue dikacangin nih?". Tanya Gibran seraya mendengus.
Haidar yang ingin tahu pun bertanya kepada Varen, ia duga Varen lah yang membuat Vaden diam membisu. "Saudara lo kenape?"
Varen yang duduk di ujung sofa melirik Vaden dan Gibran bergantian. "Biasa ngambekan".
"Udah gue duga. Lo berdua emang gak ada bedanya kang ngambek!". ujar Haidar.
"Gak kebayang betapa setress-nya mama lo ngurus kalian waktu kecil". Ujar Gibran seraya menyugar rambutnya yang berantakan ke belakang.
"Kenapa? Lo mau gantiin posisi Mama gue?". Tanya Varen dibalas gelengan kepala oleh Gibran.
"Ehh sory ya gak bakal ada yang bisa gantiin posisi Mama?! Cuma anak pungut yang bisa-bisanya nanya kaya begitu". Cibir Vaden pelan diakhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI
Teen Fiction⚠WARNING TYPO BERTEBARAN ini cerita youngadult yang bocil minggir dulu yok, emak lu tau disabet sapu lu! Rajawali Liam Taksa sang alpha dari Alfasus, geng beranggotakan remaja laki-laki penuntut arti kebebasan dari SMA Antariksa. Tawuran dan balapan...