21. Bungkam

883 81 31
                                        

Gemala pulang dengan tatapan kosong. Kenapa pada akhirnya orang yang ia percaya baik ternyata sebaliknya?

Setelah beberapa hari kemarin, Gemala merasa lebih baik karena Raden dan Billy yang selalu menyemangatinya, tapi sekarang sebuah kenyataan kembali menghantam dirinya. Semesta memang tidak pernah membiarkan dirinya hidup tenang.

"Gemala!"

Gemala menoleh ke seberang jalan. Ia menatap Raden yang sedang menyeberang jalan. Kenapa Raden selalu datang di saat-saat seperti ini?

Raden memegang lengan Gemala. Matanya terarah pada mata Gemala yang sembab. "Lo nangis?"

Gemala menepis tangan Raden. "Gak usah sok peduli," sinisnya.

Alis Raden menyatu. Apa dirinya melakukan kesalahan? Tadi pagi Gemala baik-baik saja. Bahkan mereka masih sempat berdebat tentang bubur.

"Lo kenapa?" tanya Raden.

"Gue bilang gak usah sok peduli!"

"Bukan sok peduli, tapi gue emang peduli," sahut Raden.

Raden dengan perlahan meraih kedua tangan Gemala. "Gem, kita waktu itu udah sepakat kan kalau gue bisa jadi tempat curhat?"

Gemala mendongakkan kepalanya. "Gue gak butuh siapa pun," ucapnya dengan bibir bergetar.

"Gem."

"Lo selama ini cuma kerja sama sama Juan buat ngancurin gue! Gue emang gak pernah percaya lo yang dulunya benci sama gue bisa tiba-tiba baik sama gue karena lo ngerasa bersalah. Orang gak semudah itu untuk berubah."

Raden semakin bingung. Apa maksud Gemala mengatakan dirinya bekerja sama dengan Juan? Kerja sama apa yang dimaksud oleh Gemala?

"Gem, gue rasa lo salah paham. Gue gak pernah kerja sama apa pun sama Juan," ujar Raden mencoba meluruskan suasana.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Raden.

Gemala diam. Seketika ucapan Juan kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

"Waktu itu rumah lo mati lampu."

"Waktu itu lo pakai piyama maroon."

Gemala melepaskan tangan Raden dengan kasar. Ia kemudian berlari pulang ke rumahnya. Raden menatap Gemala yang mulai menjauhi dirinya.

-gray-

Gemala mengeluarkan kunci rumah dari tasnya. Ia memutar kunci pintu, tapi ternyata rumah tidak dikunci. Mata Gemala membulat. Apa Billy sudah pulang?

Gemala buru-buru menghapus air matanya. Ia menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya. Gemala masuk dan melihat Billy sedang duduk di ruang tamu.

"Ayah kapan pulangnya?" tanya Gemala. Gemala mulai panik ketika menyadari bahwa suaranya tidak dapat membuatnya berbohong.

"Kamu habis nangis?"

Gemala mendekat ke arah Billy. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Billy. Kali ini ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis.

"Hiks ...."

Billy terdiam. Tangannya mengusap bahu Gemala dengan lembut. Ia jadi berpikir. Apakah selama ini Gemala kekurangan kasih sayang? Apakah Gemala ingin tumbuh dengan sosok ibu di sampingnya?

Billy mengingat beberapa hari yang lalu ia diminta untuk datang ke sekolah, tepat saat hari pertama Gemala diskors.

"Bapak sudah tahu apa alasan Gemala diskors?" tanya wali kelas Gemala.

Gray [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang