9. Turnamen

747 76 35
                                        

23.48

Sudah 6 jam lamanya Gemala berada di kamar mandi dengan tubuh basah kuyup. Ia terus menggosok bagian yang disentuh oleh Kenzie. Mulai dari pipi, bibir, hingga leher.

Gemala terus menangis sambil memukul-mukul kepalanya. Kenapa ia tidak bisa melawan saat Kenzie berusaha melecehkannya? Kenapa ia harus ketakutan? Dan kenapa ini harus terjadi lagi?

Bagaimana caranya menghargai diri sendiri lagi jika sudah seperti ini? Gemala bahkan merasa hidup juga sudah tidak ada gunanya lagi. Ia lebih memilih dibunuh dengan pisau ketimbang seperti ini.

Kenapa orang-orang seperti Kenzie tidak pernah memikirkan bagaimana perasaaan perempuan yang mereka lecehkan? Apa bagi mereka itu adalah hal biasa? Apakah pernah terlintas bagaimana kehidupan orang yang mereka lecehkan setelah mengalami kejadian menjijikan itu?

Gemala hanya ingin hidup tenang. Apakah tidak bisa? Apakah seumur hidupnya ia akan terus dihantui dengan rasa ketakutan seperti ini?

Gemala membenturkan kepalanya ke tembok. Ia sudah tidak tahan dengan ini. Traumanya 2 tahun yang lalu belum pulih, tapi sudah dihadapkan dengan hal yang sama lagi.

Dengan tubuh yang menggigil dan telapak tangan yang sudah keriput. Gemala keluar dari kamar mandi. Ia menatap ranjangnya yang tidak pernah ia gunakan lagi. Gemala lebih memilih untuk tidur di balik pintu atau bahkan di kamar mandi.

Gemala duduk bersandar di pintu. Dengan tatapan dan pikiran yang benar-benar kosong, Gemala tanpa sadar mengambil silet dan menyayat habis tangan kirinya hingga mengeluarkan darah.

Silet di tangan kanan Gemala sudah berlumuran darah. Tidak peduli dengan rasa sakit di tangannya, Gemala terus menyayat tangannya tanpa henti. Air matanya terus turun, membasahi kedua pipinya.

-gray-

Lapangan basket indoor yang dipakai untuk turnamen hari ini sudah sangat ramai. Dari berbagai sekolah berkumpul untuk mendukung sekolahnya masing-masing.

Juan sudah dengan pakaian basketnya dengan nomor punggung 10. Ia yang berperan sebagai ketua tim akan bertanggung jawab selama turnamen berlangsung. Namun, Raden tidak ada di antara mereka. Cowok itu benar-benar serius dengan ucapannya.

"Jangan lupa pemanasan," ucap Juan pada semua anggota timnya.

"Si Raden beneran gak ikut?" tanya Gerald dengan kepala dimiringkan ke kanan.

"Gue rasa iya."

Gerald cukup menyayangkan hal ini. Padahal selama latihan beberapa minggu kemarin, Raden lah yang paling bersemangat. Sebenarnya cukup mengejutkan karena jika hanya lomba basket biasa, Raden tidak akan pernah mau ikut karena anak itu memang mageran.

"Sekolah Oliv ikut turnamen ini juga kan?" tanya Juan. Gerald mengangguk.

Sebentar lagi turnamen akan segera dimulai. Juan meminta semua anggotanya untuk berkumpul. "Pokoknya harus suportif. Jangan sampai ada yang main curang. Kalah atau menang itu urusan belakangan. SMA BANGSA!" Juan meletakkan tangannya di tengah-tengah.

"BERSATU!"

Juan tersenyum. Walaupun begitu banyak pikiran di benaknya, ia harus tetap fokus dengan turnamennya kali ini.

"SMA BANGSA! SEMANGAT WOI!"

Teriakan dengan suara melengking yang membuat Juan dan seluruh anggotanya menoleh ke arah sumber suara. Juan terkesiap. Raden? Saat ia menatap seseorang di sebelah Raden, ia semakin terkejut. Untuk apa gadis itu di sini?

Juan menghampiri Raden dan Gemala yang berada di atas. "Gemala?"

Tampak dari wajah Juan yang sangat khawatir dengan keadaan Gemala. Harusnya Gemala sedang beristirahat di rumah. Juan beralih menatap Raden. "Lo maksa Gemala ke sini?"

Gray [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang