Gemala membasuh wajahnya di wastafel. Sekelompok gadis yang baru masuk ke toilet memandang Gemala dengan sinis. Hal itu sudah bukan hal baru bagi Gemala.
Tanpa mau berlama-lama di toilet, Gemala mengelap wajahnya dengan tisu dan keluar dari sana. Saat setibanya di depan kelas, ia melihat ada sesuatu di atas mejanya.
Gemala meraih coklat yang ada di mejanya. Ia menoleh ke kanan dan kiri, tapi di kelas hanya ada dirinya seorang. Gemala melepaskan sticky note yang menempel di atas coklat tersebut.
Mau jalan bareng ke taman?
- JuanGemala mengernyit. Juan? Apakah orang yang kemarin memanggilnya di lapangan? Haruskah ia terima ajakan Juan? Tapi Juan adalah orang asing baginya.
Seseorang tiba-tiba merebut sticky note di tangan Gemala. "Juan siapa?" tanya orang itu pada Gemala.
Gemala tersentak saat seseorang yang tidak ia kenal mengambil sticky note di tangannya. Orang tersebut kemudian melambaikan tangannya tepat di depan wajahnya. "Hello?"
Gemala merebut kembali sticky note tersebut. Tanpa mengatakan apa pun, ia beranjak dari kelasnya. "Lo lupa sama gue?" tanya orang itu yang berhasil membuat langkah Gemala berhenti.
Gemala berbalik. Ia menatap baik-baik gadis yang sepantaran dengannya ini. Berusaha mengingat, tapi ia tidak mengingat siapa gadis di hadapannya.
"Gue orang yang nolongin lo beberapa hari yang lalu. Masa lo lupa sih?" decak gadis itu.
Gadis tersebut mendekat ke Gemala dan menjabat tangan Gemala tanpa izin. "Gue Teresa."
Gemala mencoba mengingat. Apakah gadis yang memukul Raden saat itu? Ia sebenarnya tidak melihat wajah gadis tersebut karena kala itu ia sudah menangis sesenggukan dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, tapi ia mendengar adanya suara keributan.
Gemala menarik tangannya yang dijabat oleh Teresa. "Lo jangan takut gitu sama gue, gue gak makan lo," ucap Teresa.
Teresa kemudian merangkul Gemala keluar kelas dan bersikap seolah-olah mereka sudah kenal lama. Gemala dibuat bingung oleh Teresa. Apakah Teresa tidak takut dengannya yang julukannya adalah 'orang gila' di sekolah ini?
"Jadi, Juan siapa?" tanya Teresa.
"Boleh tolong dijauhin dulu tangannya?" Gemala merasa terhimpit dan tidak nyaman.
Teresa terkekeh. Ia melepas rangkulannya sesuai permintaan Gemala. "Juan itu yang-"
"Yang itu?" Teresa menunjuk salah satu laki-laki yang berada beberapa meter dari mereka. Mata Gemala menyipit, ia melihat arah tunjuk Teresa. Laki-laki dengan tubuh tegap yang tengah berjalan ke arahnya bersama teman-temannya.
Gemala sendiri tidak tahu apakah yang ditunjuk oleh Teresa itu benar atau tidak. Pasalnya mereka tidak pernah berkenalan secara langsung, tapi sepertinya benar. Karena orang yang ditunjuk oleh Teresa adalah orang yang memanggilnya di lapangan kemarin.
Juan dkk dari kejauhan melihat seorang gadis menunjuk ke salah satu dari mereka. Mereka semua langsung kebingungan.
"Siapa tuh?" tanya Raden dengan mata menyipit.
"Kayaknya nunjuk lo deh, Ju," ucap Gerald.
Mereka sedikit mempercepat langkah mereka. Raden melotot saat semakin jelas melihat siapa gadis yang menunjuk ke arah mereka. "Cewek yang waktu itu?!"
Raden langsung berjalan mendekati Teresa. Ia langsung memelintir tangan Teresa. "Akhirnya kita ketemu lagi."
Aksi Raden membuat teman-temannya terkejut, tidak terkecuali Gemala yang berada di samping Teresa. Namun, tiba-tiba Teresa memutar tangannya dan membuat Raden kembali terjatuh di tempat yang sama saat Teresa mendatangi Raden waktu itu.
Raden meringis. Semua tulangnya terasa ingin patah. "Kasar banget sih lo jadi cewek," rintihnya.
"Lo yang duluan kasar!"
Gemala cukup kagum dengan Teresa. Gadis itu pandai bela diri untuk melindungi dirinya sendiri. Sepertinya di zaman sekarang ini sudah menjadi keharusan seorang perempuan bisa bela diri.
Teman-teman Raden menghela napasnya. Juan kemudian membantu Raden berdiri. "Lo tuh kenapa sih datang-datang malah ngajak orang ribut?"
"Lo lupa? Dia waktu itu tiba-tiba mukulin gue gitu aja," sahut Raden.
"Kan salah lo juga," celetuk Jevri.
Raden menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia mengacak-acak rambutnya. "Iya, gue salah dan selalu salah!"
Raden menatap Teresa dengan tajam. Ia melihat name tag di seragam Teresa. "Teresa. Gue catet nama lo." Ia kemudian pergi sambil memegang pinggangnya.
"Lo tadi nunjuk gue?"
Teresa mengangguk. "Lo Juan?" tanyanya to the point.
"Iya. Emang kenapa?"
Juan menatap Gemala. Gadis itu tengah menatap ke lain arah. Juan tersenyum tipis. "Udah liat coklat yang gue kasih?"
Gemala menoleh. Ia mengangguk kecil. Coklat beserta sticky note yang ada di tangannya, ia berikan kembali kepada Juan. Ciri khas Gemala, tidak mengatakan apa pun dan pergi begitu saja.
Teresa mengejar Gemala. "Gem!" panggilnya.
"Lo ngasi dia coklat, Ju?" tanya Gerald.
Jevri menepuk bahu Juan dan Gerald. "Yuk, balik kelas," ucapnya. Juan dan Gerald mengangguk. Mereka kembali ke kelas dengan Juan yang terlihat kecewa.
-gray-
Teresa mengejar Gemala yang berjalan ke taman belakang. "Gem!"
Teresa menahan bahu Gemala. "Kenapa gak diterima ajakannya Juan?"
Gemala terdiam. Ia duduk di kursi yang ada di sana. Teresa mengatur napasnya kemudian ikut duduk di samping Gemala.
"Juan keliatannya baik," ucap Teresa.
"Gue gak pernah mau jalan sama orang yang gak gue kenal."
"Dan gue gak bisa bedain apa orang itu baik atau enggak," sambung Gemala.
Teresa mengangguk paham. "Gue paham karena lo punya masa lalu yang gak baik."
Gemala seketika menoleh. Bagaimana Teresa bisa tahu?
"Kok lo tau?" tanya Gemala.
Teresa mengulum bibirnya. Mampus ia keceplosan! "Karena ...." Ia mencoba untuk mencari alasan yang masuk akal. Kedua bola matanya melebar. "Karena lo yang keliatan introvert, jadi gue narik kesimpulan kalau lo punya masa lalu yang gak baik."
Gemala mengangguk. Masuk akal juga ucapan Teresa. Namun, tidak banyak orang yang berpikir seperti itu di sini. Semua orang selalu menganggapnya gila dan gila.
"Saran gue sih, lo belajar untuk membuka diri sama orang lain, misal aja Juan. Gue yakin dia gak ada niatan untuk jahatin lo."
"Gak semua cowok itu jahat. Gue yakin lo bisa selangkah lebih baik dari kehidupan lo yang saat ini. Setiap hari cuman ngurung diri lo dan gak bergaul sama siapa pun gak akan buat lo lebih baik," ucap Teresa.
Gemala terdiam. Kenapa Teresa berbicara seolah-olah gadis itu tahu banyak tentang hidup dan masa lalunya?
___
15/12/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Gray [COMPLETED]
Teen Fiction#WWC2020 WINNER Abu-abu, warna yang menggambarkan kehidupan Gemala. Tidak ada lagi tujuan, masa depan, dan kehidupan yang lebih baik. Semuanya sudah tidak lagi berwarna karena seseorang yang membuat kehidupannya hancur. ⚠️Terdapat kekerasan dalam c...