10. Bayaran

735 71 32
                                        

Juan kalang kabut saat Gemala tidak ada di tempat duduk penonton. Ia bahkan menjadi tidak fokus dengan turnamennya.

"Ju, fokus!"

Juan menoleh. Baiklah, ia harus segera menyelesaikan ini dan pergi mencari Gemala. Juan menerima bola dari Gerald dan berlari ke arah ring. Ia memasukkan bola ke dalam ring, tapi gagal.

Raden berdecak. Kenapa Juan jadi tidak fokus? Padahal saat babak tadi, cowok itu sangat bersemangat dan terus mencetak poin.

"SMA BANGSA! SMA BANGSA!"

Juan mengendus. Tersisa 50 detik terakhir dan poinnya dengan lawan sama. Jika tim lawannya berhasil memasukkan bola ke ring, maka sekolahnya akan kalah dalam turnamen ini.

Juan memejamkan matanya sejenak. Ia berusaha untuk sefokus mungkin. Dengan cekatan ia berlari merebut bola dari tangan lawannya dan mengoper kepada Jevri. Semua orang semakin dibuat tegang saat waktu semakin mendekat ke angka 0.

Tinggal 10 detik terakhir, Jevri yang tengah mengarahkan bola ke arah ring dan berdoa agar bola tersebut masuk dengan sempurna. Semuanya terpaku ke arah ring.

"YESSSS! MASUK!"

Jevri terpaku. Sungguhan masuk? Timnya langsung mengerumuni dirinya, bahkan Raden ikut menyusup memeluk Jevri.

"Keren lo, Jev!" puji Raden.

Juan senang, tentu saja. Namun, yang ada di pikirannya sekarang adalah Gemala.

"Selamat!" ucap seseorang dari lawan main Juan.

Juan mengangguk sambil tersenyum tipis. Sesudahnya, ia langsung membuka baju basketnya dan menggantinya dengan kaos hitam. Tidak tahu harus mencari ke mana. Namun, ia harus mencari Gemala hingga dapat.

Mulai dari yang paling pertama, Juan mencoba menghubungi Oliv yang tadi duduk bersama Gemala.

"Liv. Lo tau Gemala ke mana?"

"Gemala di rumahnya. Tadi dia pingsan." Sial! Benar saja. Gemala pasti drop karena kejadian kemarin.

Raden yang melihat Juan yang terburu-buru, menahan langkah Juan yang sudah akan meninggalkan lapangan. "Mau ke mana lo, Ju?" teriak Raden.

"Ke rumah Gemala," sahut Juan. 

Raden menahan bahu Juan. "Ngapain ke rumah Gemala?"

"Gemala pingsan."

Pegangan Raden pada bahu Juan melonggar. Jadi, Gemala sungguh sakit?

-gray-

Gemala mengarahkan senter ke sosok dengan pakaian serba hitam. Dada Gemala bergerak tidak karuan. Belum sempat berteriak, sosok tersebut sudah membekap mulutnya dan membawa dirinya masuk ke kamar.

"HMM!" Gemala menggoyang-goyangkan lengannya, berharap dapat terlepas dari kukungan sosok di hadapannya. Tapi sayangnya tenaganya tidak sebanding dengan lawannya.

Sosok tersebut membaringkan Gemala di ranjang. Ia kemudian mengambil ponsel Gemala dan mematikan senter.

"LEPAS!" teriak Gemala.

"Tolong jangan," mohon Gemala penuh ketakutan saat sosok di atasnya mulai membuka kancing piyamanya.

"AAA!" Gemala terbangun dari tidurnya. Dadanya terasa sesak seolah semuanya benar-benar sedang terjadi. Tubuhnya penuh keringat dan ternyata dirinya sedang tidur di ranjang.

Gemala dengan cepat turun dan itu membuat kepalanya berputar-putar. Ia terduduk di bawah sambil memegang dadanya.

Pintu kamar Gemala terbuka. "Gem?"

Gray [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang