Setelah semalaman memikirkan ucapan Teresa, Gemala mencoba mengikuti saran dari Teresa. Gemala kini berada di gerbang sekolah. Ia tengah menunggu Juan dkk keluar. Apa yang ia rasakan? Kenapa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya? Ia juga merasakan tangannya yang sedikit dingin.
Terdengar deruman motor dari arah samping. Gemala spontan menoleh. Kini bukan hanya tangannya saja yang dingin, tetapi seluruh tubuhnya terasa membeku.
Juan yang melihat Gemala tengah berdiri di depan gerbang, ia memberhentikan motornya, sontak teman-temannya pun ikut berhenti. "Kalian balik duluan aja," suruh Juan.
Teman-teman Juan yang paham akan itu langsung mengangguk. "Kita duluan, Ju," ucap Raden.
Juan mengangguk. Ia mendekat ke arah Gemala dengan masih berada di atas motor. "Lo belum pulang?"
Gemala menatap ke arah lain. Kepalanya menggeleng kecil. Juan kemudian tersenyum. "Ya udah, gue balik duluan ya."
Gemala mengulum bibirnya. Bagaimana cara memberitahu Juan? Juan yang tidak melihat respon apa pun dari Gemala langsung menarik gas motornya.
"Tunggu!"
Motor Juan mendadak berhenti. Gemala menghampiri Juan. Ia menatap Juan dengan ragu. "Hm ... gue minta kembali coklatnya."
Juan terlihat bingung dengan ucapan Gemala. "Lo mau coklatnya?"
Gemala mengangguk. "Sama sticky note-nya."
Sticky note? Juan semakin bingung dengan Gemala, tapi sepertinya ia simpan di saku celananya. Kebetulan kemarin dan hari ini menggunakan seragam yang sama. Ia meraba kedua sakunya. Benar saja. Ada bentuk persegi di saku kanannya.
Juan memberikan sticky note di tangannya ke arah Gemala. "Nih."
Gemala menerima sticky note tersebut. Ia kemudian buru-buru mengeluarkan pulpen dari tasnya. Ia menulis sesuatu di sticky note yang baru saja diberikan Juan.
Juan penasaran saat Gemala menuliskan sesuatu di sticky note. Tiba-tiba Gemala menyodorkan kembali sticky note tersebut. Matanya terpaku dengan 3 huruf tambahan yang ada di sticky note.
"Gem."
Masih tidak percaya dengan apa yang dilihat, Juan mendekatkan sticky note tersebut ke matanya. Semakin terlihat jelas huruf m, a, dan u yang ditulis Gemala. "Ini beneran, Gem?"
Gemala tersenyum tipis sambil mengangguk. Juan langsung tersenyum dengan lebar. Ia memfoto sticky note di tangannya. Kenapa rasanya sangat bahagia sekali? Namun, kenapa Gemala berubah pikiran? Bodo amat dengan itu. Yang penting Gemala menerima ajakannya ke taman.
"Lo bisanya kapan?" tanya Juan.
"Nanti bisa."
"Gue jemput, mau?"
Gemala langsung menggeleng. "Gak usah. Langsung ketemu aja di taman deket sini."
"Oke, jam 5 ya."
Hati Gemala terasa menghangat. Entah kenapa ia merasa senang bisa menerima ajakan Juan. Selama ini seorang pun tidak pernah ada yang mau mendekatinya, justru malah sebaliknya. Semua orang selalu mengata-ngatai dirinya gila.
-gray-
Gemala lebih dulu tiba di taman yang tidak jauh dari sekolah. Gadis itu duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Dari kejauhan, Juan sudah melihat Gemala dengan dress ungu pastel.
Juan menghampiri Gemala sambil tersenyum. "Hai," sapanya.
Gemala mendongak. Seketika tubuhnya berkeringat dingin. Ia sedikit bergeser agar Juan bisa duduk.
Juan menatap Gemala yang menegang. Sepertinya gadis itu tidak terbiasa dengan suasana seperti ini. Ia menarik seulas senyum. "Masih kaget lo beneran mau gue ajak ke sini."
Gemala hanya diam sambil menatap lurus ke depan. Juan menghela napas. "Gue gak tau apa alasan lo kayak gini, tapi gue tau lo punya masa lalu yang gak baik."
"Setiap orang itu punya masa lalunya sendiri. Gue ataupun lo dan semua orang yang ada di sini. Tapi gue mau lo tau Gem, kalau masa lalu harusnya bisa buat kita semua untuk jadi lebih baik, bukan malah sebaliknya."
Juan terdiam sejenak kemudian melanjutkan ucapannya. "Gue tau beranjak dari masa lalu yang buruk itu gak mudah, tapi gue yakin kok lo bisa," ucapnya kemudian menatap Gemala dan ternyata Gemala sedari tadi menatapnya.
Mata mereka bertemu. Gemala mulai berpikir, apakah Juan dikirimkan Tuhan untuk memperbaiki hidupnya yang berantakan ini? Hidupnya yang seakan tidak ada lagi gunanya.
Juan tersenyum. "Mata lo cantik."
Gemala tersipu dengan ucapan Juan. Ia kemudian memutus kontak matanya dengan Juan. Tidak ada lagi percakapan intens di antara Juan dan Gemala. Mereka sama-sama diam, merasakan udara sepoi-sepoi yang menerpa wajah.
Matahari mulai terbenam seiring berjalannya waktu. Tiba-tiba terdengar suara jepretan kamera.
Cekrek!
Gemala spontan menoleh. Juan tersenyum tanpa dosa. Tangannya tadi bergerak mengambil ponsel dan memotret Gemala. Gemala terlihat cantik saat dilihat dari samping.
"Gue hapus kok kalau-"
"Gapapa," potong Gemala.
"Kalau gitu, gue foto lo lagi boleh?" izin Juan.
Gemala bingung harus menjawab apa. Juan tiba-tiba berdiri dan mengambil sesuatu. Tidak lama kemudian, Juan kembali sambil membawa bunga kecil berwarna putih.
"Maaf ya," ucap Juan. Juan menyelipkan rambut Gemala ke belakang telinga. Ia kemudian menyelipkan bunga di antara rambut dan telinga Gemala.
"Sekarang senyum," suruh Juan.
Gemala diam. Apa ia harus melakukan itu? Perlahan sudut bibirnya mulai terangkat. Juan terpana melihat Gemala dari kamera ponselnya. Tidak mau membuang waktu, ia langsung memotret Gemala sebanyak mungkin.
"Udah?" tanya Gemala.
Juan mengangguk. Ia melihat foto Gemala. Benar-benar sangat cantik saat tersenyum. Ia bahkan tidak menyangka Gemala memiliki senyum semanis itu.
"Coba liat."
Juan memberikan ponselnya. "Gue harap suatu hari nanti lo akan bisa senyum kayak gitu tiap hari," ucapnya pada Gemala.
Gemala tidak yakin akan itu. Ia rasa hidupnya akan selamanya seperti ini, kesepian dan abu-abu. Sorot matanya setiap melihat sekelilingnya seolah redup. Tapi entah kenapa, di sini sorot matanya berwarna.
Gemala mengembalikan ponsel Juan. "Gue balik dulu, udah mau gelap."
"Gak mau gue antar?"
"Enggak, gue lebih suka jalan," jawab Gemala.
Gemala berdiri. Ia memakai tasnya dan menatap Juan sejenak. Setelahnya, ia berlalu dari hadapan Juan.
"Gem!" Langkah Gemala berhenti. Ia tetap berada di posisinya.
"Gue mau jadi temen lo, boleh?" tanya Juan dari belakang.
Gemala terkesiap. Teman? Juan sungguh ingin berteman dengannya? Atau kasihan karena selama ini ia tidak punya teman?
Gemala menoleh saat Juan berada di sampingnya. "Gue gak butuh temen," ucapnya dengan nada datar.
___
15/12/20
![](https://img.wattpad.com/cover/245964092-288-k901502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gray [COMPLETED]
Teen Fiction#WWC2020 WINNER Abu-abu, warna yang menggambarkan kehidupan Gemala. Tidak ada lagi tujuan, masa depan, dan kehidupan yang lebih baik. Semuanya sudah tidak lagi berwarna karena seseorang yang membuat kehidupannya hancur. ⚠️Terdapat kekerasan dalam c...