Pagi ini matahari tidak menampakkan diri. Ia digantikan oleh awan kelabu dan rintik-rintik hujan. Juan datang lebih awal hari ini. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Gemala.
Juan menatap Gemala yang ternyata sudah tiba di sekolah. Gemala tengah duduk di kursi yang ada di depan kelasnya. Perlahan Juan mulai mendekat ke arah Gemala.
"Gemala," panggil Juan.
Gemala spontan menoleh. Cowok ini ... bukankah salah satu dari yang ia temui kemarin? Ia langsung berdiri dan berniat pergi dari sana, tapi lengannya malah ditahan.
"Lepas," ucap Gemala dengan nada rendah.
Juan langsung menjauhkan tangannya. "Gue ke sini gak berniat jahat, sumpah," katanya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
"Gue ke sini mau ngembaliin barang lo yang jatoh kemarin." Juan melepaskan tas dari punggungnya. Ia mencari surat yang ia masukkan ke tas kemarin. Namun, setelah menggeledah seluruh isi tasnya, kenapa surat tersebut tidak ada?
Gemala masih diam menunggu. Tidak biasanya ia mau mendengarkan ucapan orang yang tidak ia kenal.
"Hm .... Gini Gem, kayaknya barang lo itu ketinggalan di rumah. Besok gue bawain ya," ucap Juan tidak enak hati. Rasanya kemarin ia memasukkan surat tersebut ke dalam tas, tapi sekarang surat itu malah tidak ada.
Tidak lagi mendengar Juan berbicara, Gemala memilih pergi sambil mengusap lengannya karena cuaca yang sangat dingin.
Tiba-tiba Juan menghalangi jalan Gemala. Ia melepas sweater navy-nya dan memberikannya pada Gemala. "Hari ini dingin."
"Awas."
Juan tersenyum tipis. Ia mendekat dan memasangkan jaketnya di bahu Gemala. Gemala membeku. Jaraknya dengan Juan sangat dekat hingga ia bisa mencium aroma parfum Juan. Seketika Gemala mendorong dada Juan. Dadanya seperti biasa kembali terasa sesak.
Gemala berlari dengan jaket Juan yang berada di bahunya. Juan dibuat bingung saat Gemala tiba-tiba mendorongnya kemudian pergi begitu saja.
-gray-
Dengan rasa kesal yang masih melekat di diri Raden, ia bertekad untuk melabrak cewek gila yang memukulnya kemarin. Tapi, harus ke mana ia mencari cewek tersebut? Sial!
"Lo berdua pada tau gak sih cewek yang kemarin itu?" tanya Raden pada Jevri dan Gerald.
"Yang mana?" sahut Gerald.
"Yang mukul gue kemarin lah, masa Gemala."
Jevri memutar pulpen di tangannya. "Terus kalau lo ketemu sama tuh cewek, mau lo apain?"
"Ya gue labrak lah. Dia pikir dia siapa bisa mukulin gue gitu aja? Saling kenal aja enggak, tapi bisa-bisanya mukulin gue seenaknya," kesal Raden.
Jevri menatap Raden yang terlihat sangat tidak terima dengan sikap gadis kemarin. Ia kemudian berucap, "Dia gak mukulin lo seenaknya."
Ucapan Jevri membuat Raden menoleh. "Maksud lo?"
"Gue rasa dia belain Gemala kemarin karena lo yang bersikap seenaknya."
Raden berdiri. Ia menatap Jevri dengan wajah kesal. "Lo sebenarnya kenapa sih? Suka lo sama Gemala? Lo dari kemarin yang paling gak terima kalau udah ngomongin soal Gemala."
"Ini bukan masalah suka atau enggak, tapi elo yang selalu berbuat seolah lo yang paling berkuasa. Lo liat gak seberapa ketakutannya Gemala kemarin?"
Raden mendekat ke meja Jevri. "Dia nabrak gue, jadi wajarlah kalau gue marah."
Jevri terkekeh. "Gemala kan gak sengaja nabrak lo. Kenapa lo mesti segitunya sama dia?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gray [COMPLETED]
Teen Fiction#WWC2020 WINNER Abu-abu, warna yang menggambarkan kehidupan Gemala. Tidak ada lagi tujuan, masa depan, dan kehidupan yang lebih baik. Semuanya sudah tidak lagi berwarna karena seseorang yang membuat kehidupannya hancur. ⚠️Terdapat kekerasan dalam c...