Turnamen semakin dekat. Juan dkk semakin banyak menghabiskan waktu di sore hari untuk latihan. Juan mengoper bola kepada Raden. Keringatnya terus bercucuran hingga pakaiannya basah. Ia mengelap wajah dengan pakaiannya.
Ternyata diam-diam Gemala memperhatikan Juan yang tengah bermain basket. Gemala juga tidak tahu untuk apa ia ke mari. Tadinya ia ingin pulang, tapi ketika melihat sekelompok cowok yang sempat ia temui itu tengah bermain basket, langkahnya malah membawanya ke lapangan.
Seketika Gemala sadar. Ia jadi mempertanyakan, untuk apa ia berdiri di sini? Merasa tidak ada hal yang perlu dirinya lakukan di sini, ia membalikkan tubuhnya dan memilih untuk pulang.
"Gem, sini!"
Tubuh Gemala membeku. Kepalanya sedikit menoleh ke belakang. Juan tersenyum lebar ke arahnya. Gemala terpaku dengan senyuman Juan.
Gemala berjalan ke tepi lapangan. Raden dan Gerald saling melempar pandangan. Bagaimana bisa Gemala tidak menghindar saat Juan memanggil? Biasanya kan gadis itu selalu pergi begitu saja.
"Break dulu," ucap Juan.
"Itu beneran Gemala, Ger?" tanya Raden terheran-terheran dengan Gemala.
Gerald mengangguk polos. "Iya. Emang siapa lagi?"
"Hantu yang masuk ke tubuh Gemala," jawab Raden.
Jevri menggelengkan kepalanya mendengar obrolan Raden dan Gerald. "Daripada lo berdua mikir aneh-aneh, mending minum biar otak kalian jernih dikit," ucap Jevri sambil menyodorkan dua botol air mineral kepada dua temannya.
"Tapi Jev-"
"Udah diem." Jevri menempelkan botolnya yang sudah kosong di bibir Gerald, membuat Gerald berciuman dengan botol air mineral.
Juan sebenarnya juga sedikit terkejut saat Gemala berjalan ke lapangan. Ia pikir Gemala akan pergi begitu saja. "Sini duduk," ucapnya pada Gemala. Gemala menurut. Ia duduk sedikit berjarak dari Juan.
"Gue gak nyangka lo bakal duduk di sini."
Tidak tahu juga. Gemala hanya mengikuti kata hatinya. Pandangan Juan tiba-tiba jatuh pada sepatu Gemala. "Gem, tali sepatu lo."
"Lo punya banyak kebiasaan buruk." Raden berjongkok di hadapan Gemala dan mengikat tali sepatu Gemala yang terlepas. Gemala terkesiap. Ia menatap Raden yang masih berjongkok setelah mengikat tali sepatunya.
"Sejak kapan lo peduli sama Gemala?" tanya Juan.
"Cemburu lo?" kekeh Raden. Ia berdiri dan meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Kali ini lo gak mau bilang makasih lagi?" tanya Raden pada Gemala yang selalu diam seperti biasanya.
Raden berdecak. Nampaknya ia harus kembali menirukan suara perempuan. "Makasih ya, Kak Raden," ucapnya pada diri sendiri kemudian berlalu dari sana.
"Raden gak nyakitin lo lagi kan kayak yang terakhir kali?"
Gemala memainkan jari tangannya. Kepalanya menggeleng pelan. Juan memaklumi sikap Gemala. Tergambar jelas bahwa Gemala bukan orang yang mudah bergaul dengan orang lain, jika dilihat dari gadis itu yang tidak memiliki teman di sekolah.
"Lo pernah punya masa lalu yang buruk gak?" tanya Gemala tiba-tiba.
Juan membeku. Suara siapa yang baru saja ia dengar?
"Lo ngomong sama gue?"
Gemala bangkit berdiri. Juan dengan sigap menahan Gemala. "E-eh, jangan pergi." Gemala kembali duduk dan menunggu jawaban dari Juan.
"Pernah," jawab Juan.
"Masa lalu yang sangat-sangat gue sesali dan akan gue ingat seumur hidup gue, tapi mungkin gue gak akan bisa untuk minta maaf sama orang itu."
"Kenapa?" tanya Gemala yang cukup penasaran dengan cerita Juan.
"Karena orang itu udah gak bisa gue temuin lagi," ucap Juan.
"Ju!" panggil Raden dari lapangan.
Juan menoleh ke arah Gemala. "Gue balik latihan lagi ya, Gem. Lain waktu kita ngobrol lagi."
Juan tersenyum sambil berlari kecil ke lapangan. Hanya sekadar bisa berbincang dengan Gemala saja sudah membuat dirinya senang bukan kepalang. Ia berharap bisa berbincang lebih banyak hal lagi bersama Gemala.
Kata hati memang tidak pernah salah. Gemala merasa lebih baik ketika bisa duduk bersama Juan dan spontan saja melontarkan pertanyaan seperti tadi. Juan yang notabenya adalah orang asing baginya, tapi tidak terasa seperti itu.
-gray-
Setiap hari Juan dkk selalu menyempatkan diri untuk nongkrong di cafe milik Gerald bersama dengan Oliv. Iya, cafe Gerald. Gerald sudah merintis cafe-nya sejak 1 SMA dan kini sudah cukup dikenal oleh banyak orang.
"Ju," panggil Raden.
Juan berdehem sebagai sahutan. Raden menatap ke langit-langit cafe sejenak. "Lo kaget gak sih Gemala nurut waktu lo panggil?"
Gerald menyenggol pelan lengan Raden. "Lo kenapa bahas Gemala lagi di sini?" bisiknya pada Raden.
Raden menampilkan wajah bingungnya. "Emang kenapa?"
"Hm ... kaget sih, cuman gue rasa itu bukan hal buruk," jawab Juan.
"Gue ketinggalan berita apa ni?" celetuk Oliv yang baru datang.
"Itu si-"
"Berita turnamen basket," potong Jevri. Ia kemudian menarik kursi di sampingnya dan meminta Oliv untuk duduk.
Oliv tersenyum. "Thanks, Jev."
Raden menatap Jevri dengan sinis. Lihat betapa menyebalkan temannya yang satu ini. Ia belum selesai bicara, tapi Jevri sudah lebih dulu memotong ucapannya.
"Udah gue bilang jangan bahas Gemala di sini," ucap Gerald dengan pelan.
"Temen lo aja tuh ngeselin," ketus Raden.
"Lo udah makan belum, Liv?"
Oliv menoleh ke arah Gerald. Ia mengangguk pelan. "Udah, Ger."
"Oke. Kalau gitu makan lagi," ucap Gerald.
Gerald mengangkat tangannya dan memanggil pelayan yang berada tidak jauh darinya. "Mbak."
Pelayan tersebut buru-buru mengambil buku menu dan berjalan ke meja Gerald. "Mau pesan apa, Mas?"
"Nasi goreng 1 sama jus alpukat 1."
"Gak usah, Ger. Lagian lo tumben banget kayak gini," ucap Oliv.
"Gapapa Liv, makan aja. Si Gerald yang punya cafe, jadi lo gak perlu bayar," celetuk Raden.
Juan mengangguk setuju.
Oliv terkekeh kecil. Ia senang bisa kenal dan berteman dengan 4 orang di hadapannya. Ia selalu merasa aman dan terlindungi. Beginilah mereka. Sudah seperti keluarga kedua dan selalu ingin menjaga satu sama lain.
Namun katanya, tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti ada saja salah satu dari mereka yang jatuh cinta. Apakah hal ini juga terjadi di persahabatan mereka yang selayaknya keluarga? Mungkin saja iya, tapi hanya mereka yang tahu perasaan mereka satu sama lain seperti apa.
___
prikitiw, bakal lebih sering up. jadi pantengin terus
14/12/20

KAMU SEDANG MEMBACA
Gray [COMPLETED]
Roman pour Adolescents#WWC2020 WINNER Abu-abu, warna yang menggambarkan kehidupan Gemala. Tidak ada lagi tujuan, masa depan, dan kehidupan yang lebih baik. Semuanya sudah tidak lagi berwarna karena seseorang yang membuat kehidupannya hancur. ⚠️Terdapat kekerasan dalam c...