Teng! Teng! Teng!
Gemala membereskan semua bukunya. Ia menatap teman perempuan sekelasnya yang tengah bercanda gurau satu sama lain. Andai ia ada di salah satu dari mereka. Bisa saling tertawa tanpa beban, tapi tentu saja itu adalah hal yang tidak mungkin.
Tiba-tiba Gemala merasakan ia ingin buang air kecil. Tanpa membawa tasnya, Gemala pergi ke toilet. Ia membereskan panggilan alamnya.
"Ntar lo ikut gak ke mall? Gue traktir deh."
"Bener lo traktir? Gas lah."
"Traktiran cepet lo!"
Gemala yang berada di salah satu bilik toilet terdiam. Apa rasanya mempunyai teman? Apa rasanya bisa bercanda gurau? Kenapa orang lain bisa, sedangkan dirinya tidak?
Mata Gemala memanas. Kenapa ia harus hidup seperti ini? Kenapa bukan orang lain saja? Ia juga ingin menikmati masa remajanya. Ia lelah sekali dengan kehidupannya sendiri.
Gemala keluar. Ia menatap toilet sudah tidak ada satu pun orang. Gemala menghapus air matanya dan kembali ke kelas untuk mengambil tasnya. Tidak ada gunanya berlama-lama di sini.
Namun, saat keluarnya dari toilet. Ia dihadapkan dengan lima orang cowok yang tidak ia kenal, tetapi dua orang di antaranya sepertinya ia kenal. Mata Gemala melebar. Ia bergerak mundur, masuk ke dalam toilet.
Kenzie tersenyum. "Lo gak akan bisa kabur lagi."
Bibir Gemala bergetar. Air matanya langsung mengucur deras. Kenzie menarik pergelangan tangan Gemala. Ia juga membekap mulut Gemala agar tidak menimbulkan kebisingan.
Gemala meronta-ronta. Ia terus memberontak saat dibawa secara paksa. Siapapun, tolong. Dirinya benar-benar ketakutan setengah mati. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing dan dadanya yang kembali sesak.
"Buka pintunya."
Salah seorang dari mereka membuka pintu sesuai perintah Kenzie. Saat masuk ke dalam, hawa dingin langsung terasa di kulit Gemala. Gemala mengedarkan pandangannya. Ruang musik. Bukankah ruang musik kedap suara?
Kenzie melepaskan bekapan di mulut Gemala dan cekalannya. Ia mengunci ruang musik dan memasukkan kunci tersebut ke kantong celananya.
"Kenapa kemarin kabur?" tanya Kenzie mengintimidasi.
Gemala semakin was-was. Di ruangan ini hanya ada dirinya dan cowok di hadapannya. Ia berjalan ke sudut ruangan. Kenzie mendekat ke arah Gemala. Cowok itu kemudian duduk di sofa yang ada di dekat Gemala.
"Harusnya lo kemarin gak perlu kabur, kan gue capek harus nyari lo terus dari kemarin," ucap Kenzie yang membuat Gemala semakin merinding. Gemala menelan salivanya dengan susah payah. Ia berusaha menahan sesak di dadanya yang semakin menjadi-jadi. Gemala menunduk. Air matanya terus jatuh tanpa henti.
Kenzie tiba-tiba menarik Gemala ke sofa. Ia menahan tubuhnya dengan satu tangan. Gemala menahan napasnya saat wajah Kenzie semakin mendekat ke arahnya. Ia menutup mulutnya sambil memalingkan wajah.
"Lo cantik," ucap Kenzie yang kemudian mengecup punggung tangan Gemala. Tidak berhenti sampai di situ, Kenzie kemudian mencium pipi mulus Gemala. Tangannya yang kosong digunakan untuk memegang tengkuk Gemala. Isakan Gemala semakin kencang. Kenapa dirinya tidak bisa melakukan sesuatu? Apa kemudian kejadian itu akan terjadi lagi?
Kenzie menjauhkan wajahnya. Ia menarik tangan Gemala yang menutupi mulutnya sendiri. "Gue kasih lo pilihan. Lo mau gue cium bibir lo habis itu gue lepasin atau gue perkosa di sini?"
Gemala terdiam. Tentu saja ia tidak mau keduanya. Apakah tidak ada sebuah keajaiban yang dapat mengubah takdirnya saat ini?
Melihat Gemala yang diam saja. Kenzie menyeringai. "Oke, dua-duanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gray [COMPLETED]
Teen Fiction#WWC2020 WINNER Abu-abu, warna yang menggambarkan kehidupan Gemala. Tidak ada lagi tujuan, masa depan, dan kehidupan yang lebih baik. Semuanya sudah tidak lagi berwarna karena seseorang yang membuat kehidupannya hancur. ⚠️Terdapat kekerasan dalam c...