24. Tahun Baru [END]

1.9K 95 55
                                    

Raden mengipas-ngipas sosis dengan kipas di tangannya. Gemala pun melakukan hal yang sama. Mereka sedang menunggu tahun berganti.

Gemala menyimpan kipas di tangannya ke bawah. Kedua tangannya menopang wajah, menatap langit malam ini.

Senyum Gemala terukir. Raden melirik Gemala. Sepertinya akhir-akhir ini Gemala jadi lebih sering tersenyum dan bicara, ia bersyukur akan itu.

"Cie, senyum-senyum," goda Raden sambil mencolek dagu Gemala. Tanpa ia sadari, ternyata tangannya memiliki bercak hitam karena arang.

Raden sedikit terkejut menatap dagu Gemala yang ada bercak hitam setelah ia colek. Ia menatap kedua telapak tangannya.

"Raden," panggil Gemala dengan wajah horor.

Gigi Raden terlihat. "Gak sengaja."

Raden menyipitkan matanya. Pikiran jahilnya muncul. Ia membentuk bentuk love di jidat Gemala dengan telunjuknya yang memiliki bekas arang.

"Raden!"

Raden memeletkan lidahnya. Gemala ingin menghapus coretan Raden di dahinya, tapi Raden langsung menahan tangannya. "Jangan, itu bikinnya pakai hati."

"Coba kaca," ucap Gemala.

Raden menyodorkan handphone-nya. "Nih."

Gemala mendekatkan handphone Raden di jidatnya. Tidak begitu buruk jika bentuk love itu ada di wajahnya.

Tiba-tiba Raden merebut handphone-nya kembali. Ia mencoret jidatnya sendiri sambil berkaca di layar ponselnya yang tidak dihidupkan.

Raden membuka kamera kemudian tanpa aba-aba menarik bahu Gemala, mendekat ke arahnya. "Eh, ngapain?" tanya Gemala.

"Foto."

Raden menampilkan senyum terbaiknya, sedangkan Gemala masih terkejut.

Cekrek!

"Ayo senyum," suruh Raden.

Gemala menatap Raden sebentar kemudian kembali menatap kamera. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan yang sangat manis.

Cekrek!

Tidak mereka sadari bahwa sosis yang sedang mereka bakar, di bagian bawahnya sudah gosong karena dibiarkan begitu saja.

Raden melihat hasil fotonya bersama Gemala. Aish, ia sangat ganteng sekali di sini. Gemala membulatkan matanya. Ia mengambil salah satu sosis yang disusun sejajar.

"Yah, gosong."

"Dibuang aja," sahut Raden.

"Sayang dong." Gemala mengerucutkan bibirnya melihat sosis-sosis yang dibakar gosong. Sebenarnya masih banyak, hanya saja sayang.

"Sama gue enggak?"

Gemala menoleh. "Hah?"

Raden langsung menggeleng. "Enggak, itu sosisnya dipisahin aja. Nanti gue makan," alihnya.

Gemala menurut. Ia memisahkan semua sosis yang sudah gosong ke satu piring. Raden kemudian memasukkan lagi sosis-sosis yang sudah dioleskan bumbu.

"Bokap lo belum pulang, Gem?" tanya Raden di sela-sela sambil mengipas.

"Belum. Kayaknya bentar lagi."

Raden mengangguk. Ia membalik-balikkan semua sosis. Tiba-tiba Gemala terasa ingin menanyakan sesuatu. "Raden."

"Hm?"

"Habis ini ke mana?"

"Gak tau. Emang lo mau ke mana? Lo mau jalan ngeliat kembang api?" tanya Raden.

Gray [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang