39 || Memaafkan

5.2K 234 15
                                    

Runa bersiap-siap untuk ke tempat ia mengajar sekarang. Ia melihat kembali Lano mengantarkan Chika. 'Keknya emang benar, kalau Lano adalah Papanya Chika. Kenapa hati aku jadi sakit lihat semuanya?' batin Runa.

Runa menghela nafasnya, gadis itu juga menggelengkan kepalanya beberapa kali. 'Enggak Run! Gak mungkin Lano masih memendam perasaan ke kamu. Setelah apa yang kamu lakukan kepada Lano. Lano berhak bahagia, bahagia dengan pilihannya.'

Runa tersenyum, lalu ia pergi untuk masuk kedalam ruangannya. Runa mengambil air putih pada dispenser. Lalu ia menaruh tasnya di atas meja. Ponsel Runa berbunyi, bertanda ada sebuah panggilan masuk. Ia buru-buru mengambil ponsel tersebut.

"Assalamualaikum, Bu," ucap Runa meletakkan gelas di atas meja.

"Wa'alaikumsalam. Ibu cuma mau ingetin. Nanti jangan lupa. Kita mau ke makam Juna."

"Iya Bu. Runa gak lupa kok."

"Ya sudah, kamu semangat kerjanya. Jangan terlalu memikirkan kematian Juna. Karena semuanya bukan salah kamu, Nak."

"Iya Bu," ucap Runa. Ia pun mendengar suara bel masuk berbunyi.

"Bu, sepertinya aku harus tutup telponnya. Soalnya jam belajar sudah berbunyi," ucap Runa berpamitan kepada Ibunya.

"Oke, kamu baik-baik ya, Assalamualaikum.. "

"Wa'alaikumsalam... "

Sambungan ponsel terputus. Runa segera mengambil perlengkapan untuk mengajar. Ia berjalan di koridor sekolah. Namun ia melihat Chika menangis di depan Lano. Runa segera menghampiri Chika.

"Chika, kok belum masuk kelas?" tanya Runa.

"Bu Luna.... Chika gak mau sekolah," ucap Chika memeluk Runa. Runa sedikit melirik Lano.

"Danny nakal, Chika di cubit sama Danny," ucap Chika menangis.

"Anda Wali Kelasnya Chika?" tanya Lano.

"I.... iya, saya Wali Kelasnya Chika," jawab Runa sedikit gugup.

"Bisa saya bicara dengan anda?" ucap Lano. Runa pun menganggukkan kepalanya.

"Chika, kamu ikut Papa ya Nak," ucap Lano. "Mari ikut saya, " sambung Lano menatap Runa.

Runa hanya berjalan mengekor di belakang Lano. Mereka berjalan hingga berada di depan ruang kepala sekolah.

Tok... tok... tok...

"Permisi," ucap Lano mengetuk pintu.

"Silahkan masuk," terdengar suara perintahkan dari dalam.  Lano masuk, dan di ikuti oleh Runa.

"Pak Lano, silahkan duduk Pak," ucap kepala sekolah.

"Dan Bu Runa?"

Deg!

"Silahkan duduk Bu,"

Lano melirik Runa di sampingnya. 'Runa? Bukankah namanya Luna? Kenapa namanya sama dengan Runa yang selama ini ku cari?'  batin Lano.

"Jadi ada apa Pak, Bu?" ucap kepala sekolah.

"Saya mau melaporkan. Anak saya di cubit sama teman satu kelasnya. Membuat Chika tidak ingin sekolah lagi. Saya rasa, kurang pengawasan di sini," ucap Lano.

"Maaf Bu, saya benar-benar tidak tahu kalau Danny dan Chika bertengkar," ucap Runa kepada Ibu kepala sekolah.

"Anak saya sampai merah-merah loh lengannya!" ucap Lano.

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang