14|| Putus

3.5K 233 11
                                    

Raut wajah Runa tidak seperti biasanya.   Seperti sedang menahan tangis. Gadis itu sedang duduk di halte depan sekolah. Mendung-nya langit siang ini begitu selaras dengan suasana hatinya.

Sambaran petir mulai terdengar, lalu di iringi dengan hujan yang sangat deras. Saat peristiwa itu terjadi. Air mata Runa turun begitu saja. isak tangisnya mulai terdengar.

"Kenapa? Hiks..... "

Memori kenangan berputar di otaknya. Gadis itu mengingat semua yang terjadi. Beberapa jam lalu.

Flashback on.....

Runa sudah sampai di sekolah. Dengan bekal serta senyum yang terus saja mengembang. Semalam, Juna meminta maaf kepadanya. Lelaki itu juga meminta Runa untuk membuatkan bekal pagi ini.

Senyum Runa semakin mengembang. Ketika melihat mobil Juna masuk kedalam halaman sekolah. Senyum itu pudar, ketika melihat Lyra turun dari mobil Juna.

Keduanya berjalan bersama. Lyra  melambaikan tangan kepada Runa.

"Hai, Run.... " sapa Lyra.

"Hai, Ra.... " balas Runa. Lalu pandangan Runa beralih menatap Juna. "Jun, aku udah bawain bekal yang kamu mau," ucap Runa.

Juna tersenyum, melihat bekal yang di berikan oleh Runa. "Makasih Run," ucap Juna.

"Nanti, makan sama-sama, ya," ucap Runa.

"Boleh," balas Juna.

"Ya udah. Ayo ke kelas," ajak Runa menarik tangan Juna. Juna tidak berubah tempat. Lelaki itu masih berdiri di sebelah Runa.

"Ra, ayo ke kelas," ajak Juna. Secara perlahan, Runa melepaskan tangan Juna. Ketika melihat genggaman erat tangan Juna di tangan Lyra.

Keduanya berjalan lebih dulu. Runa di belakang mereka. Runa menggelengkan kepalanya beberapa kali. Untuk mengusir pikiran buruk di otaknya.

"Gak, Run. Lyra sahabat lo. Dia gak mungkin khianati lo. Mereka cuma teman," gumam Runa.

Mereka sampai di kelas. Runa mengambil duduk di sebelah Lyra. "Run, PR Bahasa Indonesia lo udah selsai?" tanya Lyra.

"Udah, Ra. Lo belum?" tanya Runa melirik Lyra. Lyra tidak menjawab, gadis itu menunjukkan deretan gigi rapihnya.

"Tumben lo belum kerjain PR," cetus Runa merasa heran.

"Ya begitulah. Lagi males," sahut Lyra. "Gue nyontek, ya?"

Runa menghela nafas. Lalu mengambilkan buku tugasnya. Lyra tersenyum, membuka tutup penanya, lalu mulai menulis tugasnya.

"Makasih Runa," ucap Lyra setelah selesai dengan tugasnya.

Runa mengerutkan kening. Ketika melihat cincin yang melingkar di jari manis Lyra. "Eh, cincin lo baru, Ra?" tanya Runa.

"Hehe, iya Run, " jawab Runa. Sedikit gugup.

"Kapan gue punya cincin kek gitu," cetus Runa. "Ah iya, mana mungkin gue bisa make cincin gituan," ucap Runa selanjutnya.

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang