26 || Kenyataan Pahit

3.6K 220 18
                                    

Runa membuka matanya. Melihat plafon di depannya. Kepalanya terasa pusing. Lalu, ia merasakan ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. Bayangan yang mulanya buram, kini telah terlihat sempurna. Runa juga merasakan hembusan nafas di kulit lehernya.

Kepalanya mendongak, menatap Arjuna yang tengah tertidur lelap di sebelahnya. Runa mengerutkan keningnya. Gadis itu mencoba mengingat apa yang terjadi. Dan mengapa ia bangun-bangun sudah telanjang begini?

Yang Runa ingat, ia semalam meminum wine yang di berikan oleh Juna. Dan, setelah itu ia tidak mengingat apapun. "Jun! Juna... Bangun!"

Runa menepuk-nepuk kedua pipi Juna. Juna membuka matanya. Dan menatap Runa di depannya. "Kita.... Semalam... Ngelakuin, itu?"

Runa menatap Juna penuh harap. Gadis itu berharap Juna mengatakan tidak. Juna terdiam, dia mengingat semuanya. Mengingat bahwa Salsa juga mencampurkan obat perangsang dalam gelas winenya.

"Juna, jawab gue! Lo gak ngelakuin 'itu' kan?" tanya Runa menatap Juna.

"Maaf, semalam kita sama-sama mau buat ngelakuin itu," ucap Juna. Lelaki itu menghadap ke belakang mengambil celananya.

Runa terdiam, gadis itu menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Air matanya jatuh meluruh membasahi kedua pipinya. Sementara itu, Juna sudah selsai memakai bajunya. Lelaki itu mengambil uang di dalam dompetnya. Dan menyerahkan begitu saja kepada Runa.

"Gue gak bis anterin lo, lo pulang sendiri," ucap Juna.

"Jun, lo mau kemana!" ucap Runa mencegahnya.

"Gue mau pulang," ucap Juna lalu melangkah pergi meninggalkan Runa sendiri di dalam kamar tersebut.

"Juna! Jun, Juna!" teriak Runa. Namun, Juna tidak menghiraukan semua itu.

"Arghh.... Sialan!" teriak Runa menjambak kedua sisi rambutnya.

Sekarang apa yang akan ia banggakan sebagai wanita? Jika kehormatannya tidak mampu ia jaga. Runa bodoh, Runa memang bodoh!

****

Lyra menatap Lano di ambang pintunya. "Lo mau ngapain lagi sih?" tanya Lyra seakan muak dengan kehadiran Lano.

"Gue mau lo percaya sama gue, Ra," ucap Lano memohon.

"Oke! Kalau gue percaya sama lo. Apa yang akan lo lakukan? Misahin gue sama Juna?" ucap Lyra menatap Lano.

"Gue cuma gak mau, lo kek dulu lagi. Gue sayang sama lo, lo kakak gue, kita udah bareng-bareng sejak janin. Dan lo gak percaya sama gue?" ucap Lano.

"Kita emang sedari dulu bareng-bareng. Dan maaf, untuk kali ini gue gak percaya sama lo. Kecuali, lo punya bukti kongkrit," ucap Lyra lalu menutup pintu kamarnya. Gadis itu juga mengunci pintu kamarnya.

Membuat Lano, di luar sana menggedor-gedor pintu kamar Lyra. Lyra menghela nafas. Lalu ia duduk di belakang pintu. Ia mulai ragu, dengan semua ini. Apa mungkin? Yang di ucapkan oleh Lano itu, benar adanya?

Juka benar, sungguh Lyra tidak mampu menerima kenyataan pahit ini. Tapi, Lano memang tidak pernah berbohong dengan Lyra. Namun, Lyra tau, Lano tidak suka dengan Juna. Karena Runa mencintai Juna. Sementara, Lano sudah sejak dulu mencintai Runa.

Siapakah yang harus Lyra percaya?

****

Runa pulang ke rumah. Dengan jasa taksi online. Ia terlihat murung, wajahnya pucat. Untung saja, hari ini hari minggu jadi, ia tidak perlu repot-repot untuk sekolah. Ibu Runa sudah berdiri di depan pintu.

Runa masuk begitu saja. Tidak mendengarkan Ibunya berbicara. Gadis itu langsung masuk kedalam kamarnya, mengunci dan menangis lagi.

Bagi Runa, kehormatan adalah segalanya. Tatapi, kenapa? Kenapa ia sampai bisa kecolongan seperti ini. Apakah Tuhan telah menghukumnya? Runa memang bodoh, bodoh sekali!

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang