Runa terus berjoget, mengikuti alunan musik. Posisinya masih sama, berada di antara dua lelaki yang sama sekali tidak ia kenali. Tempat ini, meskipun hari sudah larut. Namun, tetap saja ramai. Bahkan bertambah ramai.
Dari jauh, Salsa dan teman-temannya mengamati Runa dari jauh. "Sisi liarnya keluar," cetus Bianca.
Salsa menghembuskan asap rokoknya. "Bukannya semakin gampang buat kita pengaruhi dia?" ucap Salsa.
Bianca, mengambil ponsel dan tasnya. Lalu merekam Runa yang tengah berjoget panas dengan salah seorang lelaki.
"Kenapa lo rekam?" tanya Kayla yang sedari tadi diam.
Bianca hanya mendongak menatap Kayla. Lalu tersenyum sinis dan melanjutkan aksinya. Kayla dian mengatupkan kedua bibirnya. Sejujurnya, Kayla tidak tega melihat Runa seperti itu. Ia merasa kasihan, kepada Runa.
Sementara itu, Runa terus berjoget. Gadis itu benar-benar merasakan apa yang belum ia rasakan sebelumnya. Ini surganya, seketika juga beban pikirannya hilang. Runa melupakan segalanya. Seorang lelaki menarik wajah Runa agar mendekat kearahnya. Lalu, lelaki itu melumati bibir Runa.
Sebenarnya dulu, ketika ia berpacaran dengan Juna. Runa pernah berciuman dengan Juna. Hanya beberapa kali, jadi itu bukan ciuman pertama Runa. Lelaki itu menikmati bibir Runa. Dan Runa, membalas ciuman itu penuh dengan gairah.
Saat tangan lelaki itu merambat ke arah yang lebih intim. Lelaki itu di tarik oleh seseorang, lalu seorang itu memukul lelaki tadi.
Keributan terjadi, Runa tidak sadar. Gadis itu terus berjoget. Sementara Salsa yang melihatnya. Membuat asal rokok yang ad di tangannya. "Lano?" gumamnya.
"Guys! Cabut!" perintah Salsa.
"Lah, terus Runa gimana?" tanya Kayla.
"Mikir amat, ada Lano noh," sahut Bianca menarik lengan Kayla menjauh dari kerumunan orang itu.
"Bangsat! Bener-bener bangsat lo!" seru Lano terus menonjok lelaki itu.
Beberapa orang memisahkan mereka. Ada security juga yang membantu. Lano meludahi wajah lelaki itu lalu berbalik dan menarik Runa dari kerumunan orang-orang.
Ketika di tarik oleh Lano pun, Runa masih berjoget. Seakan dirinya masih di dalam ruangan tadi. Lano menatap Runa, melihat baju yang di kenakan oleh Runa. Membuat Lano melepaskan jaketnya lalu memakaikan jaketnya pada tubuh Runa.
"Astaga, kenapa lo seperti ini sih," gumam Lano. Mencoba menyadarkan Runa.
Runa membuka matanya, menatap Lano marah. "Ngapain lo sini!" seru Runa.
Runa melepaskan tangan Lano dari tangannya. Lalu berjalan masuk ke ruangan tadi. Namun, Lano mencegahnya kembali. "Runa, kita pulang, ya," ucap Lano.
"Gak mau!" seru Runa.
Melihat Runa yang ingin masuk ke tempat haram itu lagi. Membuat Lano mengendong Runa. Runa sempat melawan, namun tenaganya tidak cukup kuat. Lano berjalan terus, sampai parkiran. Lalu mendudukkan Runa pada jog mobilnya.
Lano mengemudikan mobilnya perlahan. Sesekali ia melirik kearah Runa yang sedang bergumam tidak jelas.
"Gue benci hidup gue! Kenapa hidup gue semenderita ini! Kenapa gue gak pernah merasakan dekapan Ayah. Kenapa Ibu selalu bohong sama gue! Kenapa Lyra ambil Juna dari gue! Kenapa gue hidup!" seru Runa, lalu gadis itu tertawa keras.
"Hahaha.... Kenapa gue hidup? Kalau harus semenderita ini! Kenapa?!"
"Sadar Run, ada gue di sini," ucap Lano. Batinnya menangis melihat gadis yang ia cintai semengenaskan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED✔️
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA ADALAH 3A DAN SEKARANG GANTI COMPLICATED HAPPY READING:) Bagi Aruna, mencintai adalah sebuah kesalahan, mencintai adalah sebuah dosa, mencintai adalah sebuah nafsu. Mengapa karna dia menjadi orang ketiga dalam hubungan sahabatnya...