36 || Goodbay Juna (2)

5.3K 207 20
                                    

By the way, aku pengen menginfokan. Kalau aku udah ganti judul. Semoga kalian paham.

Terimakasih sudah baca:)

****

"Baik lah Dok, kapan operasinya akan di laksanakan?" tanya Dewanta kepada Dokter.

"Operasi akan segera di laksanakan Pak," ucap Dokter.

"Lakukan yang terbaik untuk putri saya," kata Dewanta. Dokter mengangguk,mendengar ucapan Dewanta.

"Kalau begitu saya permisi," ujar Dokter. Lalu pergi meninggalkan Dewanta. Ibu Runa datang dengan gelas kopi di tangannya.

"Ada apa Mas?" tanya Ibu Runa. Dewanta mendongak menatap Raya, Ibu Runa.

"Aku berniat untuk mengoperasikan plastik wajah Runa. Karena sayatan pada lukanya jelas akan memperburuk penampilannya," ucap Dewanta.

"Untuk mata Runa bagaimana?" tanya Raya.

Dewanta menggelengkan kepalanya. "Sampai saat ini belum mendaptkan pendonor yang cocok."

Bahu Raya merosot mendengar hal itu. Dia sangat berharap putrinya bisa melihat lagi.

"Permisi Om, Bi Aya, " ucap seseorang.

"Lano, " ucap Raya.

"Boleh Lano bertemu dengan Runa?" tanta Lano. Raya mengangguk. Lano tersenyum melihatnya.

"Terimakasih Bi," ucap Lano lalu masuk kedalam ruangan Runa.

Runa sedang diam, namun tangannya meraba-raba sesuatu di atas meja. Lano segera mendekat. Dan memberikan gelas air minum kepada Runa.

"Ibu? Atau Ayah?" ucap Runa. Lano diam, apakah kali ini ia akan diam saja seperti beberapa kali lainnya? Atau dia akan mengakui kalau ini adalah dirinya.

"Ibu.... ini Ibu, kan?" ucap Runa.

"Atau ini Ayah? Atau Suster?" ucap Runa lagi.

"Ini aku Run," jawab Lano dalam hati. Lano hanya bisa tersenyum melihat Runa. Untunglah, ia masih bisa melihat Runa. Karena saat ini Lano benar-benar begitu menyesal atas perbuatannya. Menuduh Runa, bahkan mencaci maki gadis itu. Di saat Runa butuh dukungan. Lano malah menyakiti hatinya.

Umpatan kasar di koridor siang itu masih teringat jelas dalam ingatan Lano. Di mana dia mengatai Runa sebagai jalang, meluapkan emosinya bahkan ketika Runa memanggil namanya pun, tidak di dengan oleh Lano.

"Maafin aku Runa, " batin Lano lagi.

"Kenapa tiba-tiba aku mikirin Lano ,ya?" ucap Runa lirih. Namun Lano dapat mendengarnya. Kedua sudut bibirnya mengembang.

"Mana mungkin Lano ke sini. Dia kan udah jijik sama gue. Yang ada muntah lagi melihat gue yang sekarang," gumam Runa.

"Enggak Run, aku di sini. Di sisi kamu sekarang," jawab Lano dalam hatinya.

Entah kenapa untuk saat ini Lano tidak memiliki keberadaan sama sekali. Ia memilih bungkam, karena takut Runa akan membencinya. Runa membaringkan tubuhnya. Lalu tiba-tiba Suster datang.

"Maaf Mas,saya pikir tidak ada orang," ucap Suster begitu membuka pintu.

Lano dengan segera menaruh jari telunjuknya di atas bibir. "Maaf Mbak saya sedari tadi di sini sendiri," sahut Runa.

Suster bingung, namun ia melihat Lano yang mengisyaratkan ia untuk diam. "Eum, maaf Mbak saya pikir tadi ada orang di dalam," ucap Suster.

"Saya hanya ingin menyampaikan. Bahwa operasi akan segera di mulai," ucap Suster lagi.

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang