22|| Perempuan Bodoh

2.7K 202 22
                                    

Lyra menatap aneh ke arah Juna. Karena setelah di amati. Lelaki itu dari tadi melamun. Lyra mengerutkan keningnya. Lalu tangannya terulur untuk menyentuh bahu Juna.

"Kamu kenapa?" tanya Lyra lirih. Juna tersentak kaget, membuat lelaki itu tersenyum kikuk.

"Aku gak pa-pa kok, cuma lagi kangen aja sama Mama," ucap Juna tersenyum.

Tanpa di duga oleh Juna. Lyra memeluk Juna dari belakang.

"Kamu udah coba hubungi Mama kamu?" tanya Lyra. Jun tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

"Oma gak pernah izinin aku buat hubungi Mama," jawab Juna dengan sorot matanya yang sendu.

"Aku gak bisa bantu apa-apa. Karena aku gak tau masalah keluarga kamu," ucap Lyra menatap Juna.

Juna mengusap kepala Lyra dengan sayang. "Kamu ada di sini. Di samping aku aja, aku udah seneng banget, Ra... "

Lyra tersenyum, keduanya memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang ada di Mall ini.

"Kenapa Jun? Kamu bisa cinta sama aku?" tanya Lyra di tengah hiruk-pikuk keramaian Mall.

Juna memainkan rambut Lyra. "Jawabannya sederhana. Karena kamu itu, mirip banget sama Mama aku. Pertama, kedua karena hati aku seneng aja kalau sama kamu."

Lyra mengangguk paham. Mengerti maksud Lyra. "Jun, kamu udah gak ada rasakan sama Runa?"

Juna terdiam, otaknya sedang berpikir. Satu hal yang tidak pernah di ketahui eh siapa pun. Termasuk Lyra dan Runa. Bahwa Juna, dulu mempacari Runa karena ia ingin memanfaatkan Runa.

Dengan mempacari Runa, Juna bisa lebih dekat dengan Lyra. Dengan mampacari Runa juga ia bisa membebaskan perjodohannya dengan Lyra. Andai sedari dulu, Juna tau bahwa ia di jodohkan dengan Lyra. Mungkin, semuanya tidak akan serumit ini.

"Kok malah melamun?" tanya Lyra membuyarkan lamunan Juna.

"Eh, nanya apa tadi?" ucap Juna mengulangi pertanyaannya.

"Kamu, udah gak ada rasakan sama Runa?" tanya Lyra mengulangi pertanyaannya.

"Enggak, sayang. Yang aku cinta sekarang, sampai nanti tetap kamu," ucap Juna. Lyra tersenyum, hatinya gembira mendengar semua ini.

Ponsel Lyra berbunyi, membuat gadis itu mengambil ponselnya. "Bentar ya, Mami telpon," ucap Lyra lalu berdiri. Gadis itu mencari tempat untuk mengangkat telponnya.

Lyra pergi, Juna terdiam. Ponselnya juga berbunyi.

Lelaki itu memejamkan matanya. Lalu membiarkan ponselnya berbunyi. Beberapa menit kemudian, ponselnya berhenti berbunyi. Dan sebuah pesan masuk di terima oleh Juna.

Juna memejamkan matanya. Agar emosi yang sudah di ubun-ubun tidak keluar begitu saja. Lalu menelpon balik nomor itu.

"Mau lo apa bangsat!" seru Juna. Bahkan beberapa orang menatap kearahnya. Juna tidak perduli dengan tatapan orang-orang tersebut.

"............"

"Gue udah bilang iya! Apa lo tuli!" seru Juna.

"............."

"Oke! Iya, gue turutin kemauan lo," ucap Juna lalu memutuskan sambungan telponnya.

Tepat saat itu, Lyra datang dengan senyum yang begitu merekah.

"Udah?" tanya Juna dengan ekspresi yang sudah normal seperti biasanya.

"Udah. Tadi Mami bilang. Kita harus ke butik buat fitting baju sekarang," ucap Lyra menarik tangan Juna.

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang