"Kenapa? Kenapa gue yakin lo ada rasa sama gue?"
ARUNA SARTIKA
*****
Aruna menatap pantulan wajahnya di cermin. Semakin hari, semakin beda penampilannya. Hari ini ada gadis itu sedikit mengunakan lipstik yang senada dengan warna bibirnya pink. Dan juga sedikit ia menggunakan bedak tipis. "Menor gak ya?" gumam Runa mastikan wajahnya.
"Runa, di depan sudah ada teman kamu... " ucap ibu Runa dari belakang.
Runa terkaget mendapati ibunya sudah di belakangnya. "Wah, sepertinya anak ibu ini sedang jatuh cinta," ucap ibu Runa menggoda.
"Ah ibu," elak Runa.
"Bener 'kan? Itu ibu liat pipi kamu merah gitu," goda ibu Runa.
"Ah ibu. Runa malu," ucap Runa menyembunyikan wajahnya di balik bahu sang ibu.
"Kamu ini, ibu juga dulu kayak kamu kalau lagi jatuh cinta. Segala produk make up ibu pakek." Ibu Runa memperhatikan wajah anaknya.
"Ibu tau? Runa pakek... "
"Iya ibu tau. Dari tadi juga ngintip kamu," potong ibu. Runa hanya tersenyum malu-malu.
"Oh jadi dulu waktu ibu jatuh cinta sama ayah kek aku 'ya?" tanya Runa seketika membuat ibunya terdiam. Wanita paruh baya itu mengingat semua masa remajanya.
"Bu? Runa berangkat 'ya. Ibu jangan lupa sarapan," ucap Runa mencium wajah ibunya.
Wanita paruh baya itu hanya tersenyum melihat anaknya pergi meninggalkannya. "Semoga kamu lebih bahagia dari pada ibu, nak....." lirihnya.
****
"Selamat pagi Juna," sapa Runa kepada Juna. "Maaf lama, eum..... Ayo berangkat," ucap Runa. Sementara Juna hanya diam. Dan menjalankan mobilnya.
Runa memperhatikan wajah Juna, tak seperti biasanya. Lelaki itu terlihat murung dan badmood wajahnya terkesan dingin dan menyeramkan. "Apa Juna marah sama gue?" batin Runa.
"Jun? Lo marah sama gue?" tanya Runa hati-hati. Juna melirik sekilas Runa lalu fokus kembali pada jalanan di depannya.
"Enggak, kok."
Meskipun Juna berkata 'tidak' namun masih saja Runa merasa was-was Kepada Juna. "Oh, oke... " balas Runa tersenyum canggung.
Suasana kembali hening. Sungguh Runa tidak suka dengan suasana seperti ini. Terlihat canggung dan ah, pokoknya Runa tidak suka.
Keheningan ini terjadi saat mobil Juna sudah masuk kedalam area sekolah. Keduanya turun dari mobil. Juna masih dengan wajah masamnya, sementara Runa masih menatap Juna. Ada apa sama Juna? Begitulah kira-kira isi kepala Runa saat ini.
"Jun? Kekelas bareng yuk," ajak Runa tersenyum manis. Juna hanya mengangguk lalu berjalan lebih dulu dari Runa. Runa mengekor Juna, menatap punggung tegap di depannya. Apa mungkin? Ia bisa meraih Juna? Rasa yang ia pendam selama kurang lebih 3 tahun ini.
Brukkk....
"Aduh,"
Jatuh. Runa jatuh di lantai karena kakinya yang tersandung tali sepatunya. Juna berputar lalu berjalan kerah Runa. Lelaki itu berjongkok di hadapan Runa. "Kok bisa? Lo gak hati-hati," ucap Juna. Runa diam, mengamati Juna yang sedang meniup lututnya.
Semua ekspresi wajah Juna ia perhatikan dengan seksama. Ketika lelaki itu mengerutkan keningnya, meniup lembut lututnya, dan juga ketika raut khawatir begitu terlihat nampak jelas. "Lo bisa jalan?" tanya Juna menatap Runa, lantas gadis itu kaget.
"Eum, bis.... Bisa kok," ucap Runa gugup. Untuk menutupi kegugupannya, ia memilih untuk tersenyum.
"Mau ke UKS dulu?" ucap Juna memberi penawaran.
"Ah gak usah. Cuma luka kecil," balas Runa. Mereka berjalan bersama.
Di sudut koridor, sekumpulan gadis tengah memperhatikan mereka. "Gue tau. Tau bagaimana cara buat perempuan itu hancur," ucap salah satu dari mereka. Kedua temannya hanya saling melempar tatap.
"Maksud lo?" tanya salah satu dari mereka. Gadis itu hanya menyeringai lalu pergi, dari hadapan teman-temannya.
****
"Run, tugas bahasa lo udah?" tanya Lyra seraya mengambil buku di dalam tasnya. Runa diam.
Merasa tidak ada jawaban. Dari sahabatnya, Lyra pun menengok kearah Runa. Gadis itu mendapati sahabatnya tengah tersenyum-senyum sendiri. "Runa?" panggil Lyra, masih tidak ada sahutan.
"Aruna Sartika," panggil Lyra sekali lagi. Hal itu sukses membuat Runa menatapnya.
"Ah Lyra, kenapa?" tanya Runa kaget.
"Lo udah kerjain tugas bahasa Indonesia lo?" tanya Lyra. Seketika Runa menepuk keningnya.
"Belum. Mampus gue," ucap Runa sedikit terburu-buru untuk mengerjakan PR. Tak berapa lama, guru bahasa Indonesia masuk kedalam kelas mereka.
"Selamat siang anak-anak," ucap guru tersebut.
"Selamat siang bu,"
"Baiklah, silakan kumpulkan tugas kalian. " Runa diam, gadis itu memejamkan matanya. Sementara beberapa teman kelas Runa termasuk Lyra sudah bergulir untuk maju ke depan mengumpulkan tugas mereka.
"Setelah saya hitung, buku PR kalian kurang tiga... " ucap guru bahasa Indonesia. Runa memejamkan matanya. "Pangestu Aji izin sakit, jadi dua yang belum mengumpulkan yaitu, Aruna Sartika dan Arjuna Dewanta. Silakan kalian maju ke depan."
Runa membuka matanya. Apa tadi? Telinganya tidak salah dengarkan? Juna? Juna juga tidak mengumpulkan PR?
"Aruna Sartika, dan kamu Arjuna Dewanta, saya tugaskan untuk keliling lapangan 20 putaran untuk Arjuna dan 10 putaran untu Aruna. "
Runa tersenyum. Tentu saja ia sangat bersemangat. Mereka berdua keluar dari ruangan kelas. "Lo aneh, orang di hukum malah senyam-senyum, " ucap Juna ketika mereka berada di pinggir lapangan.
"Gue senyam-senyum gini karena lo," batin Runa.
"Beneran Run. Lo harus di bawa ke ustadz buat di ruqyah," canda Juna tertawa.
"Sialan lo," balas Runa.
"Apa? Gue gak bayangin, kalau lo jadi gila gimana," ledek Juna masih dengan tawanya.
"Arjuna! Ngeselin ya lo!" teriak Runa, sontak Arjuna berlari seraya tertawa. Layaknya film India keduanya berlari di bawah terik Matahari. Juna sudah hangat, tidak seperti tadi pagi.
Runa mengatur nafasnya. Begitu pula dengan Juna. Mereka duduk, sementara ide gila Runa ya itu merebahkan tubuhnya. Melihat Runa yang tengah berbaring, membuat Juna mengikuti Runa. Kini keduanya berbaring sejajar di bawah terik matahari.
"Lo gak takut panas?" tanya Runa menatap Juna dari samping.
"Lo yang cewek aja gak takut panas. Ngapain gue cowok takut panas," balas Juna. Runa terkekeh.
"Lihat Run, langitnya cantik. Cantik alami, kek lo... " ucap Juna dengan mata yang menyipit. Kedua sudut bibir Runa tertarik. Membentuk sebuah lengkungan.
Juna mengambil tangan Runa yang berada di sampingnya. Lalu menggenggam tangan mungil itu. Runa kaget, namun sebisa mungkin untuk dia menahannya. Juna masih fokus menatap langit biru di depan matanya.
"Kenapa? Kenapa gue yakin lo ada rasa sama gue?" batin Runa menatap Juna dari samping.
****
Jangan lupa vote dan comment
Semakin banyak comment semakin cepat update.
Maaf kuen typo
Follow IG aku @mya.ng04
Follow akun wattpadku juga.
Mayang 😎
11 Mei 2020
❤️❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED✔️
Подростковая литератураJUDUL SEBELUMNYA ADALAH 3A DAN SEKARANG GANTI COMPLICATED HAPPY READING:) Bagi Aruna, mencintai adalah sebuah kesalahan, mencintai adalah sebuah dosa, mencintai adalah sebuah nafsu. Mengapa karna dia menjadi orang ketiga dalam hubungan sahabatnya...