30|| Kisah Masa Lalu

4.3K 231 13
                                    

Air mata Ibu Runa tidak pernah berhenti. Terus mengalir ketika melihat putrinya tergeletak di ruangan ICU. Kondisi Runa kritis. Gadis itu kehabisan darah.

Dokter berjalan menuju Ibu Runa. "Maaf Bu, boleh saya berbicara sebentar," ucap Dokter.

Ibu Runa menghapus air matanya. Lalu, bangkit dari duduknya. Ibu Runa berjalan mengekor di belakang Dokter. Tidak berapa lama, mereka sampai di ruangan Dokter.

"Silakan duduk, Bu," ucap Dokter mempersilakan duduk.

Ibu Runa duduk, menghadap Dokter. "Baiklah, kondisi Aruna kritis. Ia kehabisan banyak darah. Dan memerlukan donor darah."

"Kebetulan sekali, golongan darah yang di butuhkan oleh Runa sedang tidak ada di Rumah Sakit ini. Dan kami tadi sudah mencari di PMI juga sedang kosong. Jadi apakah darah Ibu sama dengan Runa?" ucap Dokter.

"Golongan darah saya A Dok," ucap Ibu Runa.

"Maaf Ibu, golongan darah yang di butuhkan Runa adalah AB. Atau mungkin Ayah Runa memiliki darah sama dengan Run?" ucap Dokter.

Ibu Runa terdiam, mendengar ucapan Dokter.

"Bu? Bagaimana?" ucap Dokter.

Ibu Runa sadar dari lamunannya. Lalu menatap Dokter. "Baiklah, saya akan mencarikan donor darah untuk Runa," ucap Ibu Runa.

"Baiklah Bu, secepatnya kabari saya," ucap Dokter. Ibu Runa mengangguk.

Setelah pamit, ia pergi dari ruangan itu. Lalu duduk di ruang tunggu. Kedua matanya menatap pintu ruang ICU. Bagaimana ia mendapatkan donor darah untuk Runa?

Kepalanya ia sandarkan pada tembok. Kilasan masa lalu berputar jelas di ingatannya.

"Mas, aku hamil," ucap seorang perempuan berambut panjang. Perempuan itu berjalan mendekat ke arah lelaki yang berdiri tidak jauh di depannya.

"Mas mau nikahin aku kan? Demi anak kita Mas," sambungnya. Ia juga menggoyangkan lengan lelaki di depannya itu.

Lelaki itu berbalik arah. Ia tersenyum, seraya mengusap bahu perempuan di depannya. Tanpa banyak bicara, lelaki itu memeluk tubuh perempuan di depannya.

"Ray, kamu percaya? Kalau aku beneran cinta sama kamu?" tanya lelaki itu.

Perempuan itu tersenyum, seraya memeluk lelaki jangkung di depannya. "Aku percaya. Aku percaya kalau kamu memang cinta sama aku Mas," ucapnya.

Suasana hening, perempuan itu masih memeluk tubuh lelaki di depannya. Sementara, lelaki jangkung itu hanya diam. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

"Jadi, kapan aku di kenalin sama Ibu kamu? Dan kapan kita menikah? Aku tidak mau anak ini lahir tanpa seorang Ayah," ucap perempuan itu.

"Besok kita menikah," ucap lelaki itu. Perempuan dalam dekapannya itu tersenyum, lalu memeluk erat lelaki yang sangat ia cintai.

Ibu Runa menangis. Hatinya begitu sesak mengingat masa lalu yang kelam. Andai dulu ia tidak melakukan hal bodoh. Mungkin tidak akan seperti akibatnya.

"Mas? Kenapa kita hanya nikah sirih?" tanya perempuan itu. Lelaki di depannya mengusap kening perempuan itu dengan sayang.

"Kan aku sudah bilang. Mama aku belum pulang dari luar negri. Nanti kalau Mama sudah pulang. Kita akan menikah secara resmi," ucap lelaki itu.

Perempuan itu mengangguk mengerti. Sekarang yang terpenting, janin dalam kandungannya sudah memilik seorang Ayah.

"Mas, kira-kira anak kita lelaki atau perempuan?" tanya perempuan itu seraya menyandarkan kepalanya pada dada bidang suaminya.

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang