15|| Terhasut

3.2K 219 13
                                    

Entah, sudah berapa kardus tissu yang Runa lemparkan ke tong sampah. Gadis itu masih menangis, meringkuk di atas ranjangnya. "Hiks.... Hiks.... "

Padahal jam dinding sudah menunjukan pukul 9 malam. Namun, gadis itu masih mengenakan seragam sekolah lengkap. Selain itu, suara gedoran dari luar pintu terus terdengar.

"Runa? Kamu kenapa nak? Runa buja pintunya, Ibu khawatir," ucap Ibu Runa.

Namun, sama sekali tidak di hiraukan oleh Runa. Runa mengusap matanya yang sembab. Lalu mengambil bingkai foto dirinya bersama Lyra. Air matanya menetes. Ia sungguh tidak menyangka, sahabat yang bahkan sudah ia anggap sebagai saudara sendiri telah menusuknya dari belakang.

Karena kesal, Runa membanting bingkai foto tersebut. Hal itu membuat Ibu Runa semakin khawatir. Kerena mendengar pecahan kaca dari kamar putrinya.

"Runa.... Nak, ayo buka pintunya. Cerita sama Ibu. Semua masalah ada solusinya," ucap Ibu Runa tidak menyerah.

Runa masih diam, masih menangis. Meratapi nasibnya. Ia sungguh tidak menghiraukan ucapan Ibunya di luar kamar yang sungguh mengkhawatirkannya.

Tring......

Sebuah pesan masuk. Runa melirik ponselnya. Ada nomor tidak di kenal. Ia mengirimkan sebuah foto. Lalu Runa membuka foto tersebut.

Dan, seketika. Hatinya hancur kembali. Ketika melihat sebua foto Juna dengan Lyra. Jadi selama ini mereka jalan di belakang Runa? Tangisan Runa semakin kencang.

Ia sungguh tidak menyangka dengan semua ini. Entah sampai kapan Runa menangis. Yang jelas hatinya sangat berantakan.

****

Runa benci hari ini. Wajahnya terlihat seperti monster, gadis itu berinisiatif memakai kaca mata hitam. Ia keluar dari kamar. Di sambut dengan sang Ibu.

"Runa? Kamu kenapa, nak?" tanya Ibu Runa berharap-harap cemas.

Runa hanya menggelengkan kepalanya.

"Semalam kamu kenapa? Ibu khawatir," ucap Ibu Runa lagi. Jawabannya masih sama. Runa menggelengkan kepalanya.

Ibu Runa menghela nafasnya. Lalu menyiapkan sarapan untuk Runa. "Runa gak mau makan," ucap Runa.

Ibu Runa yang sedang memegang sendok nasi tidak melanjutkan aktivitasnya.

"Kamu harus makan. Semalam kamu tidak makan, Nak. Ibu takut kamu kenapa-napa," ucap Ibu Runa. Dan beliau melanjutkan aktivitasnya.

"Runa gak mau makan!" seru Runa dengan nada bentakan. Bahu Ibu Runa merosot, ketika mendengar bentakan dari Runa.

Sebelumnya, Runa tidak pernah membentaknya. Membuat Ibu Runa sedikit kaget. Runa pergi, tanpa pamit kepada Ibunya seperti biasa. Ibu Runa hanya diam, menatap Runa yang sudah pergi dari hadapannya.

"Hati-hati Runa!" teriak Ibu Runa dari dalam ruangan. Sementara Runa masih sama diam tidak memperdulikan ibunya.

***

Sampai di sekolah, Runa menjadi pusat perhatian. Karena ia yang mengenakan kacamata hitam, itu terlihat aneh. Untuk beberapa orang. Namun lagi-lagi Runa hanya acuh. Tidak menghiraukan sama sekali.

Langkah Runa berhenti, begitu melihat seseorang di ujung koridor. Gadis itu menunduk, lalu memutar arah berjalannya.

"Runa!" teriak seseorang di iringi dengan langkah kaki yang berlari.

Runa tidak menghiraukannya. Ia terus berjalan, menunduk. "Runa.... " ucapnya menarik tas Runa.

"Maafin gue Run," ucapnya. Runa hanya diam mengalihkan pandangannya.

COMPLICATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang