S!GN - 24

174 29 5
                                    

Keesokan harinya, sekolah masih berlanjut. Jeongin masih menemani Hyunjin yang belum bangun. Padahal Jisung dan Felix berserta Changbin dan Minho sudah menjemputnya untuk berangkat sekolah. Baekhyun pun juga begitu, ia merasa mulutnya sudah berbusa hanya untuk sekedar membujuk anaknya keluar dari kamar Hyunjin. Ya, Baekhyun dan Chanyeol menginap di rumah Minhyun tadi malam.

Jeongin meminum teh herbal yang dibuat oleh Yeji sebelum gadis itu berangkat ke sekolah. Kemudian atensinya teralihkan ketika melihat tangan Hyunjin mulai bergerak. Dengan segera Jeongin menghampiri pemuda tampan itu dan mengelus dahi kekasihnya lembut.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Jeongin ketika melihat mata Hyunjin mulai menyesuaikan cahaya matahari yang tak seberapa. Tangan lentik Jeongin bergerak perlahan meraba perban yang melilit perut Hyunjin. Ia meringis kembali. Pasti sangat sakit, batinnya.

"Bagaimana perasaanmu, Hyunjin? Apa masih sakit? Akan kupanggilkan Tabib Jaehwan. Kebetulan dia diluar--"

"Cukup dirimu saja, Jeongin. Aku tidak suka keramaian disaat seperti ini." Ucap Hyunjin sambil menarik Jeongin duduk kembali. Pemuda tampan itu tersenyum lembut bermodalkan bibir pucatnya. Jeongin kembali menjatuhkan air matanya. Untuk yang kesekian kalinya.

"K-kenapa kau bisa seperti ini? hiks"

Jeongin menutup wajahnya dengan telapak tangan, sedangkan Hyunjin terkekeh. Ia jadi teringat ketika ia pingsan di depan rumah Chanyeol.

"Kau jelek jika menangis. Wajahmu seperti kraken."

"APA?!"

Hyunjin mengelus dadanya menghadapi mood Jeongin yang naik turun. Pemuda tampan itu mengelus dadanya, sedangkan Jeongin mengusap matanya yang masih basah. Kemudian mereka berdua saling tatap, "Siapa dia?" Ucap Hyunjin sambil menarik tangan Jeongin untuk dia genggam.

"Siapa?"

"Pemuda itu. Yang bersama denganmu kemarin malam."

Jeongin mengernyitkan alisnya, astaga bahkan ia melupakan pemuda yang menculiknya malam itu. Jeongin lalu memandang Hyunjin, "Maaf Hyunjin, aku terlalu fokus melihatmu bergelut dengan serigala buangan malam itu, hingga saat aku mengingatnya, dia sudah tidak ada di belakangku. Aku hanya mengingat dia menggunakan wahjahmu untuk menculikku. Efek polyjus lama-lama akan hilang juga. Dia pasti tidak ingin tertangkap, dan lebih memilih melarikan diri."

Hyunjin yang mendengar penuturan kekasihnya mengangguk paham. Karena ia tak berfokus pada apapun selain serigala buangan yang akan menyerang kekasihnya malam itu. Hingga ia melupakan seseorang yang menculik Jeongin.

"Tapi Hyunjin.."

Ucapan menggantung Jeongin membuat Hyunjin memandang kekasihnya itu penuh dengan tanda tanya. Terlihat jelas dari raut wajahnya sekarang.

"..Dia tidak melukai ku. Kelakuannya sangat aneh malam itu, sebelum aku menyadari bahwa dia bukan Hyunjin kekasihku. Dia tidak pandai memanah di malam hari, dia hampir merubuhkan tenda, ini kata Minho tadi sebelum bocah itu berangkat sekolah. Dan gerak-geriknya mencurigakan. Aku memancingnya untuk menandaiku, aku tahu itu beresiko, bisa saja taringnya menancap di leherku. Namun, saat hal itu akan terjadi, aku tidak mencium feromonmu dalam dirinya. Dan saat itu, aku semakin yakin bahwa dia bukan dirimu."

Jeongin memainkan jari-jari Hyunjin. Sedangkan sang empu masih menunggu Jeongin melanjutkan ceritanya.

"Yang membuat aneh adalah, sekali lagi aku ucapkan dia tidak berniat melukaiku. Bahkan dia terlalu bodoh untuk ukuran seorang penculik. Sebenarnya teriakan ku lah yang mengundang para serigala buangan itu hingga mendatangi kami. Jadi, kurasa dia orang suruhan. Tatapannya juga terlihat bukan berniat membuatku mati. Jika dia berniat seperti itu, ia pasti sudah melemparku pada serigala buangan yang malam itu mengepung kami."

S!GN; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang