S!GN - 18

338 44 1
                                    

Bagaimana perasaan kalian ketika bertemu dengan calon mertua? Gugup? Bahagia luar biasa? Atau masih memiliki ekspresi yang lain? Ah lupakan. Boro-boro bertemu dengan calon mertua, cinta kalian kepada si dia saja bertepuk sebelah tangan. Maaf, jika pas. Tapi, jangan iri pada Jeongin, karena perasaannya kini sudah terbalas, tidak seperti kalian yang mungkin masih menunggu si dia putus dengan kekasihnya. Maaf sekali lagi.

Tentu Hyunjin gugup. Apalagi, dia masuk ke rumah ini dalam keadaan yang sangat memalukan. Bayangkan saja, jika kalian sebagai dominan harus pingsan di hadapan calon mertua ketika ingin menjemput sang pujaan hati.

Chanyeol menatap datar Hyunjin duduk berhadapan dengannya. Jeongin duduk di samping Hyunjin dan Baekhyun duduk di samping Chanyeol. Suasana sepi mendukung dentuman jantung pemuda tampan bermarga Hwang itu. Bagaimana jika nanti Chanyeol menolaknya?

'Tenang Hyunjin, mau bagaimana pun Jeongin adalah takdirmu. Dia tidak akan berpisah darimu. Dewa sudah berkehendak, tidak akan bisa di cegah oleh siapapun termasuk pria berwajah dingin di depanku ini. Tenang~' Batin Hyunjin.

"Jadi?" Tanya Chanyeol dingin. Baekhyun mencubit pinggang suaminya. Chanyeol menyuruh istrinya diam dengan isyarat jari telunjuk di depan bibir. Chanyeol menghadap Hyunjin lagi.

"Yang Jeongin adalah mate-ku. Aku sudah memastikan banyak hal, dan semuanya benar. Kuharap kalian menerima kami." Ucap Hyunjin.

Baekhyun tersenyum, "Ah, nak Hyunjin, kau sangat--"

"Masihkah kau merasa pantas menjadi mate anakku? Bahkan kau pingsan saat sampai sini. Bagaimana aku bisa mempercayakan putra ku padamu, Hwang Hyunjin?"

Chanyeol memotong ucapan Baekhyun. Baekhyun mendelik.

"Maaf, tapi bagaimanapun dewa sudah menakdirkan kami. Tidak ada yang bisa merubahnya, walaupun kau ayahnya pun. Dan juga, aku pingsan karena Jeongin sempat menolakku."

Chanyeol berganti menatap Jeongin yang menunduk memilin ujung pakaiannya.

Hening.

Tak lama kemudian terdengar suara tawa yang amat keras memenuhi ruangan dingin itu. Chanyeol pelakunya. Salahkan dia, jangan aku. Dia yang membuat rencana menjahili Hyunjin terlebih dahulu, mungkin seru. Dan dugaannya benar, pemuda ber marga Hwang itu benar-benar gugup di awal. Namun, kalimatnya setelah itu benar-benar berani.

Tiga orang yang lainnya menatap Chanyeol dengan heran.

"Baiklah..baiklah. Aku baru saja mengerjaimu. Jangan dianggap serius."

Masih hening. Hyunjin benafas lega dan tersenyum tipis menatap Jeongin yang sedang saling tatap dengan sang ibu. Sama-sama heran, bagaimana mereka bisa tertipu oleh tipuan murahan seperti ini? Dan sejak kapan Chanyeol suka bercanda? Entahlah.

"Terima kasih." Ucap Hyunjin sambil menatap Chanyeol yang menatapnya penuh harap.

"Kuharap kau bisa menjaga anakku. Jika kau menyakitinya, aku tak segan menjauhkan kalian."

...

Kelas Jeongin baru saja dibubarkan. Mata pelajaran sejarah, tutor Jae. Jeongin dan kedua sahabatnya masih diam di dalam kelas sambil membaca buku tebal mengenai sejarah yang baru saja dibagikan oleh tutornya itu. Besok ada ulangan, jadi mereka tak menyempatkan diri ke kantin.

Jeongin berdiri dan merapikan jubahnya, "Ingin ke perpustakaan? Kurasa buku ini kurang lengkap. Disini tak ada kisah dimana Voldemort musnah. Bukunya menggantungkan pembaca." Ucapnya.

Jisung dan Felix mengangguk.

"Oh ya, sekalian mencari buku mengenai ramuan polyjus. Itu pekerjaan rumah bukan?" Tanya Jisung sambil berjalan keluar kelas diikuti Jeongin dan Felix.

S!GN; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang