S!GN - 06

324 57 8
                                    

"CHOI YEONJUN! DIMANA KAU?!"

Pagi hari ini sudah di hiasi dengan suara menggelegar seorang vampire paling ditakuti disekolah. Lee Taeyong. Kemarahannya makin memuncak kala mendengar banyak yang menggosipkan si manis –Yang Jeongin- tidak masuk sekolah karena keadaannya semakin parah. Habis sudah pemuda bernama Choi Yeonjun itu di tangannya! Lihat saja nanti! Batinnya geram.

Ia berjalan tergesa-gesa menuju kelas dimana Yeonjun belajar. Diikuti oleh Yuta dan Lucas yang masih memperlihatkan wajah datar mereka. Setelah sampai di kelas mangsanya, ia berteriak membuat seluruh isi kelas kaget. Tak terkecuali seseorang yang menjadi sasarannya, Choi Yeonjun. Pemuda Choi itu tadinya sedang mengerjakan tugasnya dengan tenang, namun harus rela bukunya tercoret keras hingga robek karena teriakan maut milik Taeyong.

Taeyong yang sebelumnya mengedarkan pandangan, langsung tersenyum mengerikan kala menemukan mangsanya yang sedang menatapnya takut. Ia berjalan mendekati Yeonjun yang masih duduk di kursinya dan masih memegang bolpoinnya.

Bola mata Yeonjun bergerak gelisah. Apalagi saat Taeyong sudah berjalan mendekatinya. Ia menelan salivanya susah payah, ia melirik teman-temannya yang tak berani mendekatinya. Mungkin mereka juga takut jika ikut menjadi sasaran empuk sang pemburu yang sudah jelas berada di depan mata.

"Apa kau senang?"

Yeonjun berdiri setelah mendengar ucapan datar dan dingin milik Taeyong. Dengan berani menatap Taeyong yang sedikit lebih tinggi darinya. Lebih tepatnya, mencoba berani.

"Bukan dia sasaran ku. Tapi kau. Lalu dia dengan sok jagoan menyelamatkanmu dari lemparanku. Jadi itu bukan salahku."

Taeyong menahan nafas mendengarnya. Bagaimana bisa Yeonjun dengan kurang ajarnya mengatakan bahwa ia tak bersalah sedikitpun. Hey, jika ia mengalah untuk meninggalkan meja waktu itu, semuanya takkan terjadi. Tentu saja Taeyong menyaksikannya. Karena aroma Jeongin seakan menariknya dengan sangat kuat untuk mengikuti kemana saja pemuda manis itu pergi.

"Bukan salahmu?! Jika kau tak melemparnya kemarin, dia akan masuk hari ini!"

"Apa kau tuli! Aku sudah bilang, aku tak sengaja melemparnya! Harusnya kau yang sekarang sudah sekarat!"

Taeyong tersenyum miring. Lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan kearah pintu. Keluar dari kelas itu. Sebelum sampai di pintu, ia menghentikan langkahnya.

"Jangan pernah menampakkan dirimu lagi."

...

Dikediaman Chanyeol. Suasananya begitu mengkhawatirkan. Ditambah lagi dengan suara isak tangis dari pemuda manis yang sekarang sedang duduk diantara kedua orangtua nya, Jisung.

"Chanyeol, sekali lagi aku minta maaf pada mu, mewakili anakku. Maafkan dia karena tak bisa menjaga anakmu." Ucap Mingyu sebagai ayah Jisung. Sepulang sekolah, Jisung memang langsung mengajak ayah dan ibunya untuk menjenguk Jeongin.

"Tak apa Mingyu. Lagipula aku sadar, aku tak bisa menaruh semua tanggung jawab anakku pada orang yang seumuran dengannya. Sepertinya doa ku kurang tulus pada bulan. Kau tak perlu merasa bersalah seperti itu, Jisung pasti juga terkejut saat melihatnya."

Jisung kembali teringat saat Jeongin dengan kerasnya terbentur lantai kantin. Membuatnya meringis dan kembali terisak. Wonwoo yang ada di sebelah kanan Jisung, mengusap punggug anaknya itu lembut. Berusaha membuat sang empu tenang. Walaupun memang agak susah menenangkannya.

"Dimana Felix?" Tanya Baekhyun yang turun dari lantai atas, baru saja dari kamar anaknya.

"Dia masih berada di sekolah, Baek. Ada jam tambahan. Tapi kata Jisung, ia nanti akan menjenguk kesini." Jawab Chanyeol yang dibalas anggukan oleh istrinya. Baekhyun duduk disamping suaminya sambil menatap keluarga kecil dihadapannya.

S!GN; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang