S!GN - 08

295 49 10
                                    

#masih dihari yang sama

"Bangchan!" panggil Jaehyun dari kejauhan. Sedangkan yang dipanggil langsung menengok dan berlari kearah seseorang yang memanggilnya.

Pletak!

"Aishh, kau ini kenapa pakai memukulku segala sih?!" keluh Jaehyun sambil menatap nyalang pada pemuda yang sudah memukul dahinya.

"Ck! Kenapa jadi kau yang marah? siapa yang ingkar janji terlebih dahulu?" Bangchan membalas tak mau kalah.

"Janji ap—aah!"

Jaehyun menetap Bangchan dengan memelas. Sedangkan Bangchan membuang muka kesal sambil bersedekap dada.

"Maafkan aku. Aku lupa kalau aku ada janji berburu denganmu tadi malam. Tapi.. sumpah demi dewa Chan, aku lupa!"

"Ck, sudahlah. Sudah berlalu tak usah di ungkit-ungkit lagi. Lebih baik kita kekantin. Aku ingin bertemu dengan manisku."

Jaehyun menjadi ngeri sendiri melihat senyum malu-malu bangchan yang jatuhnya malah seperti senyum psikopat itu, "Manis? Siapa?" Jaehyun bingung. Apa Bangchan memelihara kucing?

"Siapa lagi kalau bukan Jeonginku~?" dan Jaehyun menjadi tambah bergidik ngeri melihat keadaan sahabatnya. Bagaimana pemuda serigala yang tadinya sangat jantan dan macho menjadi pemuda yang malu-malu babi seperti ini?

"Mentang-mentang kemarin aku lupa dengan janji berburu itu kau jadi gila seperti ini? Waah, obsesimu pada si suci itu besar juga ternyata." ucap Jaehyun sambil menatap sahabat karibnya itu tak percaya.

"Ck! Jangan bicara omong kosong. Obsesi pantatmu itu. Lagian kenapa sih kau tadi malam sampai lupa dengan janji nya. Aku sampai lumutan menunggumu." Kesal Bangchan pada Jaehyun yang saat ini malah mengubah raut wajahnya menjadi serius.

"Kenapa dengan wajahmu itu? ha?" lanjut Bangchan tak mengerti

"Tadi malam. Di hutan. Ada yang melakukan ritual terlarang."

...

"Hyunjin." Minhyun saat ini masih duduk di kursi kebesarannya. Dokter Jaehwan sudah kembali beberapa saat lalu. Matanya tak sengaja melihat putranya itu turun dari tangga menuju ke dapur.

Sedangkan Hyunjin yang dipanggil menengokkan kepalanya dan menghentikan langkahnya. Menahan keringnya tenggorokan dan memilih untuk melangkah mendekat mendekati ayahnya.

"Ada apa, ayah?" Tanya Hyunjin sambil duduk di sofa disamping ayahnya duduk saat ini.

"Apa kau merasa baikan?"

Hyunjin mengangkat bahunya acuh, "Entahlah. Tapi aku merasa baik. Bahkan lebih sehat dari sebelumnya, sepertinya sih."

Minhyun mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu ia bangkit dan duduk disamping Hyunjin. Memegang bahu anak tampannya itu dan memandang serius pada iris mata yang tak jauh beda dari miliknya.

Hyunjin menatap heran ayahnya, "Ada apa?"

"Apa kau sudah bertemu dengan mate-mu?" Tanya Minhyun dengan satu tarikan nafas.

"Apa? Ayah bilang apa? Mate?"

Minhyun mengangguk.

"Maksud ayah.. mate? Pasangan ku?" Tanya Hyunjin lagi. Dan Minhyun mengangguk untuk yang kesekian kalinya.

"Ayah ini bicara apa, sih? Aku tak mengerti." Ucap Hyunjin sambil melepaskan tangan besar ayahnya dari pundaknya.

Minhyun menghela nafas lelah. Ia juga bahkan tak mengerti apa yang ia tanyakan pada anaknya. Tapi ini aneh. Selama ini, Hyunjin memang belum pernah sakit seperti tadi malam. Jadi ia bertekad harus menjelaskan hal ini pada putranya yang berumur 18 tahun itu.

S!GN; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang