S!GN - 29

234 21 3
                                    

5k words sahabat..

Be careful

...

Pria dengan jubah silver itu melangkah keluar dari rumahnya dan menemui dua orang pria yang lainnya. Minhyun mendongak dan netranya bersitatap dengan Lee Donghae. Mingyu berdehem untuk mencairkan suasana, "Bagaimana? Sudah siap? Hari kita panjang, harus pergi ke rumah warga dan menemukan potongan tubuh itu. Emm, Minhyun. Bagaimana dengan kepalanya? Bukankah itu satu tubuh?"

"Ya, kurasa juga begitu. Aku sudah memberitahu Minho dan Changbin untuk mengantarkannya ke rumah Lee. Jadi, kita harus sampai sini lebih dulu. Kita harus cepat."

Saat Minhyun dan Mingyu akan melangkah menuju gerbang, Donghae menghentikan mereka, "Sebentar! Bagaimana dengan anak itu? Bukankah kita harus megantarkannya ke rumah keluarganya?"

Ah, rupanya Lee Donghae membahas Winwin. Mingyu dan Minhyun bertatapan. Dan ayah Hyunjin itu mendengus ketika mendapati wajah bingung Mingyu.

"Kita kan harus mengumpulkan semua mayat, jadi dia tidak usah dibawa pulang dulu. Biarkan mayatnya menginap di rumahmu sampai malam ini." Ucap Minhyun sambil menatap sang hakim Agung.

...

"Ayolah, tolong aku. Cari sesuatu yang bisa membuat rantai ini terbuka. Kalian mau ke rumah Jeongin kan?"

Minho dan Changbin sama-sama menghela nafas. Rengekan Hyunjin sungguh menyebalkan. Ditambah dengan bibir yang megerucut minta ditampar.

"Siapa bilang kami mau ke rumah Jeongin? Kami ingin mengantarkan bangkai kepala ini. Lagian ayahmu yang menyuruhnya." Ucap Changbin sambil mendengus.

"Apa kau masih belum puas dengan saling mengirim surat setiap dua jam sekali?" Tambah Minho jengah. Bahkan Hyunjin sudah menghabiskan lebih dari sepuluh lembar kertas, hanya untuk bertukar surat berisi kalimat menggelikan. Minho harap Jeongin tidak muntah di sana.

"Tapi kalian mau sekalian menjenguk Jeongin kan? Ayolah~ Kalian bisa menggeledah kamar ayahku untuk mencari kuncinya. Lagian bertukar surat saja tidak cukup."

Changbin dan Minho menggelengkan kepala mereka, lalu melangkah menuju pintu kamar. Namun, langkah mereka harus terhenti karena si bungsu Hwang yang meghalangi jalan mereka. Gadis itu pun memasang wajah datar sambil melewati kedua teman kakaknya.

Tapi kemudian, setelah dua langkah, Yeji membalikkan badan dan menyingkap rambutnya ke belakang telinga. Dan hal itu tak ayal membuat Minho dan Changbin menganga karena melihat ada sebuah kunci di sana. Jangan lupakan wajah Yeji yang tersenyum lebar sambil berjalan menuju ranjang kakaknya.

Sedangkan Hyunjin sudah memasang wajah tangisan haru melihat apa yang sudah adiknya rela lakukan. Yeji pun memandang kakaknya itu sambil memasang wajah malas, sangat berbanding terbalik dengan wajah Hyunjin.

"Sana, cepat. Jangan lupa kembali sebelum matahari tenggelam. Kau harus sudah dirantai lagi, bisa habis aku jika ayah tau. Paham kau?" Ucap Yeji cepat. Gadis itu hampir pergi ketika sang kakak dengan tidak elit menariknya ke dalam sebuah pelukan hangat dan erat.

"Terimakasih serigala kecilku~ Kau cantik jika seperti ini. Terimakasih sekali lagi karena sudah membantuku."

Yeji yang mendengarnya tersenyum dan membalas pelukan kakaknya, "Jangan lupa sampaikan salamku pada kak Jeongin. Ketika sudah sampai sana, jangan macam-macam dan segera pulang. Intinya jangan lama-lama. Hidupku bergantung padamu, tau!"

Hyunjin mengangguk cepat dan melepaskan pelukannya. Menarik kepala adiknya untuk ia kecup di dahi.

"Ya ya, cepatlah jangan membuang waktu. Kita harus sudah mengantar ini sebelum ke rumah Jeongin." Suara Minho menginterupsi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S!GN; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang