S!GN - 03

322 57 14
                                    

Pagi ini Jeongin terbangun dengan perasaan malas. Biasanya ia akan sangat bersemangat karena ia akan bertemu dengan pangeran berkuda putihnya alias Hwang Hyunjin. Entahlah, Jeongin menjadi teringat kejadian kemarin dimana ia memergoki pujaan hatinya itu sedang bertautan bibir dengan seorang perempuan.

Jujur hati Jeongin sakit dibuatnya. Ingin rasanya menangis. Tapi untuk siapa? Hyunjin? Ayolah, Jeongin juga sadar posisinya bukan siapa siapa. Apalagi saat hyunjin membentaknya kemarin. Demi suara melengking Jisung, Hyunjin sangat menyeramkan. Bahkan ayahnya, Chanyeol saja tak pernah berani membentaknya. Bagaimana Chanyeol dapat membentaknya, bahkan memarahinya saja Baekhyun tak segan segan memanggal kepala ayahnya itu.

Baiklah, mari menuju Jeongin yang tak semangat memakan sarapannya.

"Sayang, kau kenapa? Apa masakan ibu tidak enak?" Tanya Baekhyun dengan hati hati. Pasalnya, anaknya itu hanya menatap kosong makanannya.

"Jeongin, kau punya masalah?" giliran Chanyeol yang bertanya.

Jeongin menghela nafas panjang, lalu mengambil tasnya dan bangun dari duduknya, "Ayah, ibu aku berangkat dulu. Aku harus ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dari tutor Bambam. Hari ini adalah deadline nya." Ucap Jeongin yang kemudian mengecup kedua pipi orangtuanya, lalu berjalan gontai keluar rumah.

"Sayang, aku takut apa yang dikatakan Jisung dan Felix benar." Lirih Baekhyun. Sebenarnya Felix dan Jisung kemarin tidak sedang ada janji dengan kekasihnya. Mereka hanya mnegelabuhi Jeongin agar dapat bertemu dengan Baekhyun dan Chanyeol. Untuk embicarakan tentang Jengin yang mulai menyukai seseorang.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku juga sedang berusaha mencari tahu siapa yang putra kita sukai melalui Jisung dan Felix. Semoga Zeus selalu menjaganya."

...

"Hyunjin!" panggil seungmin dari kejauhan. Hyunjin yang dipanggil pengisi hatinya memasang senyum terbaik yang ia miliki. Ia berdiam ditempatnya, membiarkan Seungmin menghampiri dirinya.

"Ada apa?" Tanya Hyunjin tenang. Yang sebenarnya terjadi adalah ia sedang berusaha menetralkan degup jantungnya.

"Mari kekantin. Aku belum sempat sarapan tadi." Lanjut Seungmin yang kemudian menarik pergelangan tangan Hyunjin menuju tempat yang tadi ia sebutkan. Membiarkan Hyunjin yang tersenyum penuh makna melihat tangan mereka yang saling bersentuhan. Mereka sering sekali melakukan skinship, tapi tentu saja degup jantung Hyunjin itu susah untuk dikendalikan.

Mereka sudah sampai dikantin. Seungmin memesan makanannya. Lalu kembali dengan membawa nampan berisi makanannya dan juga dua minuman. Seungmin menyerahkan salah satu minumannya kepada Hyunjin.

"Untukmu." Ucap seungmin. Dan itu tak urung membuat Hyunjin tersenyum lembut. Ia menerima minuman itu dengan senang hati.

"Hyunjin, aku ingin bercerita." Ucap Seungmin membuka suara. Hyunjin yang tadi fokus pada minumannya harus mengalihkan atensinya pada pemuda manis didepannya ini. Hyunjin mengangkat sebelah alisnya. Ia mempersilahkan Seungmin bercerita.

"Aku kemarin bertemu dengan Bangchan."

DEG!

Ini yang Hyunjin benci. Ketika seungmin bercerita tentang orang yang ia sukai. Ada terbesit rasa sakit di relung hatinya mendengar nama itu keluar dari bibir si pemilik hati. Hyunjin membasahi bibirnya sebentar, lalu memusatkan perhatiannya pada Seungmin yang terlihat tak semangat memakan sarapannya.

"Kau masih menyukainya? Apa yang kau harapkan dari orang yang memandangmu rendah hanya karena kau berdarah campuran, Seungmin?" Tanya Hyunjin.

"Sebenarnya aku merasa bersalah padanya saat itu. Kupikir aku salah paham padanya. Menurutku kejadian dikamar mandi itu kesalahanku. Ia berniat membantuku tapi aku malah melemparnya ke dinding. Ia pasti sangat membenciku. Mengingat nada bicaranya padaku kemarin." Jawab Seungmin sambil menundukkan kepalanya.

S!GN; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang