66| Menikah atau Berkarir ?

464 38 1
                                    

Zifa dan Jibran telah mengurus segala berkas dari tingkat RT hingga dimana akan menghadap ke Penjabat Kesatuan tempat calon suami bekerja.

Hari ini adalah hari terakhir bagi mereka untuk pengajuan (semoga tak ada kendala). Sebelum sampai ditempat ini, mereka telah melewati tahap demi tahap yang sangat meletihkan menguras tenaga dan pikiran. Rasanya Zifa ingin menyerah melewati semua ini mengingat kalau menikah dengan tentara itu tidaklah mudah.

Mulai dari persiapan berkas yang sangat banyak, Litsus, Rikes, Bintal, dan menghadap penjabat kesatuan, lalu nanti ke KUA.

Mobil Jibran telah terparkir didepan gedung bernuansa hijau. Jarak parkir dengan gedung yang akan mereka tuju tidak terlalu jauh si, tapi harus melewati jalanan aspal mana lagi cuaca hari ini cukup cerah.

"Apa kita makan dulu aja?"

"Lu belum makan dari pagi."

"Bisa sakit kalo ga makan seharian."

"Nazeefa" panggil Jibran sedari tadi yang hanya dibuahi gelengan dari Zifa.

Zifa menoleh kearah Jibran dan menatap dengan tatapan lelah, "gue ga laper.." ucapnya sambil membawa map kuning berisi lembaran lembaran kertas.

"Tapi habis ini kita makan ya." tawar Jibran sekali lagi.

"Tunggu laper."

"Jangan sampai sakit.." ucap Jibran lembut. Ia mengetahui beberapa hari ini pola makan Zifa menjadi tidak teratur.

"Iya pak Kapten, tenang aja. Tumben bawel banget." Ketus Zifa

"Lu itu ga akan nurut kalo ga dibawelin." Jawab Jibran

"Gue pengen mcflurry oreo." lanjut Zifa.

"Oke.. nanti kita beli." ucap Jibran, pria ini nampak tak terlihat lelah sedikitpun. Ia memang tak banyak bicara tapi ia selalu tersenyum sebagai tanda untuk menyemangati Zifa. Alhasil hanya senyum itu yang bisa meluluhkan sedikit hati Zifa walaupun rasanya ingin terus mengeluh ke Jibran.

"Sini mapnya, gue yang pegang." Kata Jibran kepada Zifa.

Jibran mengenakan map itu untuk memayungi Zifa dari sinar mentari.

"Ih malu tau dilihat orang.." Ucap Zifa saat tau disini juga ada beberapa perwira yang juga melakukan pengajuan.

Tanpa memperdulikan omongan Zifa, ia langsung saja menggandeng wanita itu dengan sergap.

"Ciee pak kapten pengajuan." Ejek salah satu rekannya yang tak asing.

"Asekk kita jadi seksi bagian apa ni?" Ucap salah duanya kemudian.

"Diem diem ngembat anak pak Andrew lu Jib."

Jibran tak menghiraukan rekan-rekannya. Ia hanya tersenyum menanggapinya.

Setelah dari kemarin memasuki beberapa ruangan. Kali ini ruangan terakhir yang akan merka masuki.

Sampailah mereka disebuah ruangan yang tidak asing bagi keduanya. Iya, ruangan pak Andrew Soedhirja selaku komandan <fiksi>.

"Apa cuma gue yang ngehadep bokap sendiri pas mau nikah." keluh Zifa dalam hati.

Jibran memberi hormatnya, kemudian mereka dipersilahkan untuk duduk.

Zifa menyerahkan berkas yang sedaritadi berada dalam pelukkannya. Lalu Komandan memeriksanya.

Mereka diberi beberapa pertanyaan, dan dapat dijawab dengan baik.

Selain itu, mereka juga diberi sedikit wejangan untuk bekal hidup berumah tangga. Pak Andrew menyampaikan nasihatnya sebagai komandan sekaligus ayah dan calon mertua.

REBORN [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang