57| Harus merelakan

767 55 11
                                    

Pukul 7 malam, Zifa melajukan mobilnya keluar dari perkarang rumah pak Rey setelah ada urusan penting dengan pria itu.

Mobilnya melaju kencang menerobos angin malam yang mengelilingi jalan raya itu. Dirinya nampak bahagia aman tentram sejahtera.

Namun, hampir setiap malam dirinya tidak tidur. Setiap hari bolak-balik kampus. Menurut pak Rey tugas yang ia kerjakan semakin hari semakin membaik berkat bimbingan darinya. Maka dipastikan Zifa bisa wisudah dengan waktu yang telah ditetapkan.

Ia memutar beberapa lagu favoritnya, salah satunya lagu dari Negara anak benua. Mulutnya mengikuti alunan lirik penyanyi itu.

Saat sampai dirumah, yang ia pikirkan pulang ini akan membersihkan tubuh dan langsung tidur.

"Ada yang sedang berbunga-bunga" terdengar suara serak-serak basah mengiringi langkahan kaki Zifa masuk kedalam rumah

Ia pun menoleh, "GAVIN ?!"

"Haii peluk dulu sini"

Zifa berlari mendekat tanpa memeluk padahal Gavin sudah membentangkan tangannya, yang disitu juga ada mama dan papa nya.

"Ih kapan lu pulang kok ga ngasih tauu" ketus Zifa

"Surpriseee"

"Dih emangnya gue ultah?"

"Zi capek ngga?" Tanya mama

"Enggak.. kerumah pak Rey cuma bahas materi dikit dah tu ikut dia makan malem haha"

"Ish ga ada akhlaq banget si" sahut Gavin

"Ada yang mau papa bicarain" kata pak Andrew mengeluarkan suara

"Iya pa? Bicaralah"

"Sebenarnya kamu itu menyukai Jibran kan?" Tanya Pak Andrew

Zifa membisu. Ia malu untuk mengakuinya.

Pak Andrew lantas tersenyum, "papa ngga akan marah kok, papa cuma bertanya. Seandainya kamu memang suka di a kalo misal kamu dilamar Jibran, apa kamu siap?"

"Hmm?" Zifa nampak kaget

"Kalo tiba-tiba Jibran ngelamar kamu, kamu siap ndak?" Jelas mama

Zifa langsung menatap kaget, "lhoo kenapa bahas soal lamaran gini?"

"Kata orangtua Jibran, dia teh nargeti kamu banget.. tapi Jibran masih ragu, apakah Zifanya mau apa engga" kata mama

"Oh iya?" Zifa menggaruk kepalanya yang nampak tak gatal. Ia masih dibuat bingung

"Jadi begini nak, orangtua Jibran kan belum pulang ke Jakarta, kemarin mama sama papa ketemuan sama mereka ya sekalian kumpul sudah lama kan ga bertemu. Jadi ....

flashback mode on

Ketika orangtua Jibran dan orangtua Zifa bertemu di sebuah restoran..

"Andrew kita kan sudah bersahabat sejak lama. Tanpa mengurangi rasa hormat, anak saya, Jibran. Berniat ingin melamar putrimu.." jelas Edhie, ayah kandung Jibran

Pak Andrew mengangguk-angguk paham, begitupula sang istri, bu Winda disebelahnya yang selalu menebar senyumnya tatkala keluarga Jibran menyatakannya dengan cara yang baik.

"Tentang lamaran, itu saya kembalikan ke Zifa, apa dia menerima atau engga.. Nanti saya akan coba bilang. Nanti akan saya kabari apa keputusannya ya"

"Iya.. mungkin aja nanti kita jadi besan"

"Saya juga percaya kok sama Jibran. Dari awal keknya Jibran ini memang tipe yang disukai Zifa"

REBORN [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang