46| hati yang salah tempat bersinggah

898 52 7
                                    

Hujan rintik rintik, matahari pun tidak menampakan diri membuat hari menjadi sangat sendu sama seperti kelopak mata Jibran, eh tidak tidak.

Jika berbicara mengenai Jibran, sepertinya tidak akan ada habisnya apalagi tarik ulur cintanya pada putri komandannya sendiri. Ingin maju tekanan semakin kuat, namun jika mundur dia pun tak mampu karna cintanya sudah dijatuhkan sejatuh jatuhnya pada wanita itu. Tapi dia tetap menjalankan perasaanya dengan biasa saja namun pada kenyataannya banyak strategi yang ia rencanakan supaya lolos mendapatkan wanita itu, secara dia adalah si ahli strategi dalam perang apalagi untuk menaklukan hati seorang komandan beuh, sulit kali ya.

Namun bagaimana dengan Zifa sendiri? Bagaimana cara untuk mendapatkan izin dari sang ayah sama halnya seperti meminta izin pada senior. Seperti biasa, kisah cintanya selalu mengambang semakin tak menemukan titik temu, namun dia sendiri tidak ada niatan untuk mencari kepastian itu.

Mendapatkan Jibran adalah keinginannya apalagi menjadi istri prajurit adalah cita citanya. Kalau pun ada sekolah calon persit, dia pasti sudah mendaftar duluan, tak perlu repot repot untuk menjadi mahasiswi yang urusannya belum kelar juga sampai saat ini. Namun saat ini ia merasa memiliki kedekatan sendiri dengan Davin yang selalu ada bahkan disetiap harinya. Entah kenapa tapi ia merasa bahwa memang Davin yang selalu ada untuknya. Davin sebagai temannya dirumah, Davin sebagai tempatnya bercerita, Davin sebagai mantan sahabatnya yang selalu galau tak karuan, Davin sebagai supir pribadainya dan semuanya Davin selalu menemaninnya kemanapun, dimanapun, kapanpun.

"Lu digantung terus ye sama Jibran" ucap Davin. kali ini ia mengajak Zifa nongkrong dicafe langganan mereka

"Apaan si Dav. Jangan bahas yang belum pasti lah!" Ketus Zifa

"Oh begitu.. jadi kalo perjodohan sama gue pasti dong?" kata Davin bergurau yang dihadiahkan pelototan dari Zifa

"Dih emang gue mau sama lu? Ya kagak la." Ketus Zifa kembali

"Yee kali aja, kan Tuhan maha membolak balik hati."

"Kok lu tampak biasa aja sih, Syra dikabarin pacaran sama Rey" tanya Zifa

"lho gue harus kek gimana emangnya, galau? meratapi bahwa kisah cinta gue begitu begitu terus?" jawab Davin santai sambil menuangkan gula di coffe ekspressonya

"Aneh aja. Kek lu udah ada sosok pengganti nya gitu" ucap Zifa sambil menyeruput kopi latte favoritnya

Davin menatap dalam mata Zifa, menarik gelas yang sedang ia minum seolah juga menyuruh mata itu menatap matanya "ku mendambakanmu mendambakanku.." Davin berlirih membuat Zifa seakan terhipnotis

"Bila kau butuh telinga tuk mendengar, bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung." Davin mengikuti alunan musik yang menggema diruangan ini sambil menatapi Zifa

Zifa menghelai napasnya heran hampir saja merasa ke gr-an karena ucapan pria itu, sampai suara telpon membuyarkan tatapan yang seakan memiliki makna dalam itu

"Hh-halo Syr" Zifa mengangkatnya dengan perasaan bergetar, seolah ia merasa bersalah dengan yang terjadi barusan, seakan Syra kini tengah disini dan mengetahui yang terjadi

"Lho? kok suara lu gitu? lu gapapa kan?" tanya Syra pada Zifa yang terdengar gerogi

"Uhm.. enggak..enggak kenapa ?" tanya Zifa

"Lagi sibuk ya? gue bisa minta tolong transferin duit ga? m-banking gue mendadak eror nih, duitnya mesti di kirim sekarang banget" ucap Syra tampak ragu

"Ouh, berapa?"

"4 50"ucap Syra ragu-ragu

"450 ribu.."

REBORN [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang