51| Skripsick

1.1K 62 11
                                    

Dia yang mulai berada pada posisi pendekatan dengan caranya sendiri. Orang tak melihat itu sebuah pendekatan, hanya mereka saja yang mengetahui dan merasakannya. Namun ketika datang satu kenyataan lagi dalam hidupnya dan ada satu lagi penyebab menambah beban perasaanya lambat laun semakin menggaduh.

Awalnya ia kira dunianya akan terhias warna warni yang cerah, atau gelap, ataupun samar; mengabu
Pokoknya didua titik hal itu.

Yang dia temui adalah putih yang kian membias
Hitam semakin pekat
Mendung yang makin mendung
Tampaknya dunianya akan berubah ketika pria itu resmi akan meninggalkan mimpi-mimpinya.

Nazeefa, yang sangat tidak merelakan kepergian Jibran walaupun demi profesinya. Siapa yang akan mendengarkan keluh kesah perasaannya saat ini? Iya walaupun ada, tak ada juga yang bisa menahan pria itu untuk tetap disini.

Kenapa papa, Jibran, bahkan Davin tak memberitahu soal ini? Apa Jibran benar-benar tidak akan memberitahu kepergiannya nanti?

Zifa dalam kondisi sangat sangat tak baik dan pikirannya sekarang yang sedikit eror. Menatap layar ponsel maupun macbook berhari hari menjadi kegiatan rutinnya. Sudah dua kali ia mengajukan judul namun ditolak. Ditambah lagi kegalauan hatinya sepanjang hari.

Sudah susah-susah nyari inspirasi, ngerjain proposal sampe bermalaman, nyiapin beberapa judul, dan nyari jurnal bergadang sampai pagi dan pas bimbingan si dosen dengan santai bilang "coba cari penjelasan yang relavan"

Melihat teman teman dekatnya yang hampir sudah masuk ke tahap berikutnya membuat hati Zifa seakan merana. Ketika mengetahui dospem nya yang satu ini sangatla teliti. Semakin pintar dosen semakin rumit pula mahasiswanya.

Ia menutup macbooknya, menatap kearah jendela, ternyata langit sudah memancarkan mentari pagi.

"Euh baru aja mau tidur" lirihnya segera beranjak dari tempat tidur

Setelah selesai dengan ritual mandinya, ia mengenakan pakaian kasual seperti biasa lalu menatap pantulan dirinya didepan cermin sembari menyisir rambut pendeknya. Kemudian ia menyambar tas dan juga menjinjing almamater kebanggaannya.

Zifa menuruni anak tangga satu per satu lalu teralihkan oleh dua pria berbaju loreng yang tengah sarapan pagi bersama papa dan mamanya. Kenapa ia baru sadar kalau selama ini ajudan ayahnya begitu tampan?

Melihat Jibran berbalut seragam, jantungnya kian berdetak. Apa dia akan pergi sekarang? Zifa terdiam beberapa detik menatapi Jibran.

"Masih pagi nak, jangan melamun" sambar mama yang kini tengah mengoles selai pada roti tawar ditangannya

"hah?" sahut Zifa tersadar lalu duduk dikursi meja makan

"Pergi naik taksi dulu ke kampus, nanti baru dijemput pulangnya" ucap papa

"Bawa mobil aja deh"

"Mobilmu mama pinjem ya. Nanti mama mau pergi"

"Lha mobil mam-"

"Spion mobil mama tu patah ditabrak orang" sosor mama

"what? Kapan? Kok aku ga tau?"

"Ya gimana mau tau. Orang kamu aja seharian di kamar. Nih makan dulu, dari kemaren ga makan makan" ucap mama sambil menyodorkan roti panggang yang siap di santap

Ting Ting Ting Ting Ting Ting

Ponsel Zifa berdenting tidak bersudahan

Pak Rey : P
Pak Rey : P
Pak Rey : P
Pak Rey : P
Pak Rey : P
Pak Rey : P

"ish apaan si pagi pagi dah ngeramein hp" gerutu Zifa

Nazeefa : Otw pak 🙂

Zifa mencomot roti itu kemudian bersalaman dengan orangtuanya "dah maa paa" ia pun bergegas memesan taxi via online

REBORN [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang