72| He Lies

436 48 14
                                    

Beberapa hari terakhir sebelum akhirnya Syra meninggalkan tanah air. Syra dapat bangun lebih siang karena Syra hanya tinggal menyiapkan diirnya untuk berangkat ke perusahaan tempatnya bekerja di negara lain, Syra memutuskan untuk pulang ke Bandung hari ini sekalian berpamitan.

Langit cerah, sangat biru semoga menandakan semua akan baik-baik saja hari ini.

Syra kembali menaiki kereta KAI yang bertujuan sama dengan waktu itu, saat dimana Rey menemaninya. Kini seakan setiap sudut distasiun itu adalah kenangan mereka. Syra hanya bisa tersenyum miris melihat beberapa muda-mudi yang merasa dunia hanya milik mereka, persis saat ada Rey disamping Syra waktu itu.

Pemandangan kini tak terasa mengindahkan, ternyata waktu itu yang paling indah hanya karena Rey ada untuknya. Kenapa rasanya Syra masih terus-menerus memikirkannya, entah tapi kali ini Syra seolah benar-benar sudah mencintainya.

Syra tak sabar untuk kembali kerumah nyamannya, memeluk ibu yang selalu bisa mengambil perasaan buruknya. Dan tentu saja memakan masakan mamanya yang sudah sangat di rindukannya.

"Syra putus mah.."  Syra yang baru saja sampai, langsung memeluk tubuh ibunya dan memberitahu bahwa hubungannya sudah berakhir.

Syra mendekap ibunya melepaskan semua perasaan gundahnya, Mamanya mengelus punggung anaknya lembut membiarkan Syra merasa nyaman, dan damai.

"Dalam sebuah pertemuan pasti akan ada yang namanya perpisahan nak, kalo memang jalan kalian berakhir dengan perpisahan ya gak apa-apa." Ucap mama Syra.

"Mah, Syr mau ketemu mama Rey. Sekalian ngembaliin cincin tunangan waktu itu."

Mamanya menatap anaknya lalu mengangguk.

Syra menatap cincin yang dengan cantik terpasang di jari manis kirinya, dengan satu berlian berkilau berbentuk salju yang sangat manis terpasang dijarinya. Tapi kini harus ia lepaskan, Syra mengingat betapa lucunya saat Rey mengucapkan keinginan menikahi dirinya walau pada akhirnya berakhir pada perpisahan.

Belum lama sampai dirumahnya, Syra bergegas menuju kediaman Rey bermaksud memberi tau keluarga Reynand bahwa hubungan mereka sudah kandas, dan Syra bermaksud mengembalikan cincin tunangan mereka.

Syra menyakinkan dirinya untuk tetap tegar dan kuat saat menghadapi Ibu Rey. Syra berharap tak ada air mata yang keluar walau rasa penyesalan tertanam di dalam dirinya.

Perlahan Syra melangkah pada rumah dimana orang tua Rey tinggal, Syra baru sekali kesini, dan untuk yang kedua kalinya Ia kesini hubungan mereka sudah selesai.

"Selamat sore bu."

"Permisi.."

Syra beberapa kali memanggil namun tak ada jawaban, barangkali sedang istirahat pikirnya.

Syra mencoba memanggil dengan lebih kuat lagi.

Seorang ibu-ibu parubaya bergegas berlari dari halaman belakang.

"Maaf neng, si Ibu Bapak sama Adennya lagi gak dirumah." Ucap si Ibu sambil mengatur nafasnya.

"Oh, maaf bu memangnya pada kemana ya.?"

"Setau saya sih, mau nganterin Aden ke Bandara."

"Ke Bandara?" Pikir Syra, Rey merupakan anak satu-satunya lantas mau kemana Rey pergi ke Bandara

"Nah itu bapak sama ibu." Si ibu bergegas membukakan pagar besi yang tertutup.

Syra masih terdiam mencoba memahami situasi.

"Syra ya? Nak.. kamu di Bandung?.." ucap Ibunya Rey saat melihat Syra terpaku di teras rumahnya

Syra tersenyum.

REBORN [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang