34| Rumit

685 45 0
                                    

"Sorry Syr, gue jadi semelow ini sama lu" kata Jibran saat dia sudah bisa mengontrol emosinya, menahan tangisnya yang sudah sedikit lega karena ia bagi pada Syra

"Lu kenapa Jib?" tanya Syra perlahan

Jibran menggeleng lesu.

"Zifa? kenapa? kalian berantem?" tanya Syra

Jibran menatap Syra

"Gue sayang sama dia, tapi gue harus lakuin ini" jelas Jibran

"Lakuin apa sih? gue bingung" keluh Syra

"Gue bakal pindah tugas"

"Hah seriusan?" Syra tampak kaget mendengarnya

Jibran mengangguk " gue bakal pindah, mungkin ga di Bandung lagi, dan mungkin ini salah satu cara pak Andrew ngejauhi anaknya dari gue" jelas Jibran panjang

"Hmm, tapi kok? Bukannya om Andrew menyukai lu? apa perlu gue jelasin sama bokapnya Zifa jib?" tawar Syra pada Jibran

Jibran menghelai nafas beratnya "jangan, gue cukup begini. Bilang aja sama dia, jaga dirinya baik-baik" kata Jibran lagi

"tapi Jib-"

"Thats oke Syra, makasih udah disini"

"Apa lu ga bakal rindu? Ya walaupun ga saling memiliki tapi kan lu bilang tadi lu sayang" tanya Syra

"Rindu yang paling menyakitkan bukan tentang jarak, melainkan tentang kenyataan bahwa dia ga bakal datang untuk gue" tegas Jibran membuat Syra tercengang lalu manggut manggut

"Kalo ketemu Davin. salam dari gue ya" ujar Syra mencoba mencairkan suasana

"Udah mulai cair lagi ni perasaan lu"

"Emangnya gue elu apa. Manusia es" ejek Syra yang membuat keluar sedikit senyum di bibir Jibran

"Gitu dong Jib banyak banyak senyum. Ganteng" kata Syra berbisik

Jibran meneruskan langkah nya kembali ke pangkalannya.

"Jibran emang ganteng si, tapi terkadang" batin Syra

Davin melihat kedatangan Jibran dengan rasa lesu, ia tau pasti ada hubungan dengan Zifa menangis. Ia belum ingin menanyakannya sekarang. Ia masih menunggu saat yang tepat.

"Ada salam dari Syra" kata Jibran langsung saat melihat Davin

"Lu abis ketemu dia?" tanya Davin

Tak ada jawaban dari Jibran, Jibran hanya duduk dan menuang teh hangat yang tersedia.

"Kalian pernah dekat, bahkan begitu dekat" kata Jibran langsung membuka obrolan

"Ya, gue peduli padanya, bahkan teramat mencintainya" Jawab Davin tegas

"Kemaren kalian berjarak, gimana rasanya?"

Davin menatap jauh.

"Gue dah lama kenal dia, sebelum momen kedekatan kami dan setelah gue renungin, semua kami terjadi begitu cepat dan pada saat itu terjadi diwaktu yang tepat, gue dikirim untuk membantunya, meyakinkannya dan menyemangatinya untuk memulai hal baru dalam hidupnya disaat dia membutuhkan, disaat dia siap dan fakta bahwa kami menjauh, membuat gue berpikir bahwa tugas gue sudah selesai. percayalah aku bangga dan bersyukur pernah mengemban tugas itu dari semesta"

"Lu ga ngeliat kalo Syra menginginkan lu?" tanya Jibran

"kenapa lu ngejauh padahal juga lu sangat menyayanginya? Karna ga boleh ada yang menyakitinya bahkan ego lu sendiri" ucap Jibran kemudian

REBORN [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang