3. Zhang Haouse's Morning

1.8K 224 52
                                    

Suara bising dari alarm ponsel membuat tidur Zhang Hao tergannggu. Dengan berat hati mau tak mau harus membuka matanya. Padahal dia baru terpejam 4 jam yang lalu. Dia ingin menyalahkan Jay Chang karena mengajaknya push rank sampai jam 3 pagi.

Baru saja Zhang Hao membuka matanya dengan normal. Dia baru menyadari bahwa space disebelahnya sudah kosong. Mungkin orang yang menempatinya sudah bangun lebih dulu.

Zhang Hao bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk di tepi ranjang. Ia melakukan perenggangan untuk menyegarkan tubuhnya dari rasa kantuk yang tersisa. Setelah itu dia langsung keluar kamar dan menuju dapur karena lapar mulai melanda perutnya.

Setibanya di dapur, Zhang Hao melihat sudah ada beberapa menu yang tesaji di atas meja makan dengan asap tipis yang masih mengelilingi hidangan tersebut. Dengan rasa lapar, Zhang Hao menghampiri meja makan dan tatapannya jatuh kepada sosis goreng yang sudah di dihias dengan saus dan mayo.

Hampir tangan Zhang Hao mengambil salah satu sosis itu, namun aksinya gagal lantaran tangannya yang keburu di pukul menggunakan centong kayu oleh seseorang. Dan itu membuatnya kesal.

Zhang Hao yang awalnya mau protes, namun saat melihat orang yang memukul tangannya adalah Mamanya, dia jadi mengurungkan niatnya.

"Gak boleh makan sebelum mandi," ujar Mama Zhang sambil menodong anaknya dengan centong kayu di tangannya.

Mendengar ucapan Mamanya membuat Zhang Hao cemberut,
"Satu aja Mah, masa ga boleh," ucap Zhang Hao memelas.

Namun bukannya luluh, Mama Zhang menggeleng tegas menolak keinginan anaknya.
"Mandi dulu sana, nanti bau makanannya hilang gara-gara ada kamu yang belum mandi," usir Mama Zhang dengan gestur tangannya.

Bahu Zhang Hao merosot lemas. Dia berbalik untuk menuju kamarnya yang ada di lantai 2. Sesekali dia menggerutu karena ucapan Mamanya tadi.

"Mah, buat tumisannya aku harus pakai lada bubuk hitam atau lada bubuk putih?"

Baru beberapa langkah Zhang Hao pergi dari dapur, kemudian dia membalikan badannya karena suara yang belakangan ini sering dia dengar. Bisa dia lihat orang yang tidur di sebelahnya semalam, kini sedang membawa dua botol berisi lada bubuk yang kemudian diberikan pada Mamanya.

"Pakai lada hitam aja, takarannya 1 sendok teh yaa Bin," jawab Mama Zhang pada Hanbin.

Hanbin mengambil kembali dua botol lada itu dari Mama Zhang dan menganggukan kepalanya. Saat dia hendak kembali menuju kompor tempatnya memasak, netra matanya tak sengaja bertatapan dengan Zhang Hao yang kebetulan masih berada di area meja makan dan sedang menatapnya balik.

"Loh, anak ini bukannya mandi malah bengong disini,"

Ujaran Mama Zhang membuat tatapan Zhang Hao dan Hanbin teputus. Pemuda berdarah Cina itu memutar matanya malas karena ucapan sang Ibu.
"Iya iya, aku mandi nih," sahut Zhang Hao yang kembali berjalan kearah kamar dengan langkah tidak niatnya.

Sementara itu Mama Zhang hanya menggelengkan kepalanya karena heran melihat tingkah laku anaknya.

"Punya anak malas banget padahal cuma disuruh mandi huhh, untungnya sekarang Mama punya menantu rajin kayak kamu Bin," ucap Mama Zhang sambil mencubit pipi menantunya dengan gemas. Yang mana hal itu membuat Hanbin tertunduk dengan senyum malunya.

Sedangkan Zhang Hao yang masih berada di tangga mendengar ucapan sang Ibu. Dia menghela napas pasrah. Semenjak dia menikahi Hanbin, sepertinya Mamanya melupakan status dirinya sebagai anak kandung. Terlihat dari Mamanya yang lebih menyayangi Hanbin dibandingkan dirinya.

'Berasa jadi anak tiri gue.'

...

Sehabis mandi, Zhang Hao kembali menuju dapur. Perut nya sudah meraung-raung minta diisi. Dia melihat sudah ada 3 orang yang duduk di meja makan. Tanpa berlama-lama Zhang Hao menghampiri mereka.

"Nah, kan kalo gini enak dilihatnya," ucap sang Ibu begitu anaknya tiba di dapur.

Zhang Hao tidak menanggapi ucapan Mama Zhang. Dia lebih memilih duduk di sebelah Hanbin dan mengambil makanan yang tersedia kedalam piringnya.

"Kamu harus cobain ini Hao, tadi Hanbin sendiri loh yang masak," ucap Mama Zhang sambil menyodorkan piring berisikan Kung Pao Chicken atau daging ayam yang ditumis bersama bawang bombai dan disiram menggunakan saus tiram yang sudah dipadukan dengan saus tomat dan kecap manis.

"Kurang baik apa coba istri mu Hao, sekalinya belajar masak langaung makanan kesukaan kamu," kini Papa Zhang menimpali. Hingga membuat Hanbin tersedak kecil karena ucapan Papa mertuanya.

Zhang Hao mengambil beberapa potong ayam Kung Pao buatan Hanbin ke dalam piringnya. Dari kelihatannya sih tidak jauh berbeda dengan buatan Mama Zhang. Karena dia juga penasaran akan rasa masakan yang Hanbin buat, sepotong ayam sudah masuk kedalam mulut Zhang Hao.

"Gimana? Lebih suka buatan Mama atau Hanbin?" tanya Mama Zhang dengan antusias sambil menatap antara Zhang Hao dan Hanbin bergantian.

"Enak, cuma kalau punya Mama kerasa lebih asin, tapi buatan Hanbin lebih manis," jawab Zhang Hao dengan senyum tipis. Dia cukup terkejut karena Ayam Kung Pao yang Hanbin buat sangat enak walau ini pertama kalinya dia belajar masak.

"Jadi kamu lebih suka buatan siapa?" tanya Papa yang juga ikut penasaran.

Zhang Hao berpikir sejenak, haruskah dia mengaku kalau sebenarnya dia lebih menyukai buatan Hanbin. Tapi sebelum itu dia harus mencari alasannya dulu.

"Hao! Di tanya kok bengong, liat tuh Hanbin nunggu jawaban kamu."

Ucapan Mamanya membuat Zhang Hao seketika menoleh kearah sampingnya. Awalnya memang benar Hanbin tengah menatap kearahnya seperti sedang menunggu jawaban yang akan dia berikan. Namun saat Zhang Hao mau menatap balik kearahnya, Hanbin dengan cepat meraih gelasnya dan menyibukan diri dengan itu.

Sedangkan Hanbin meruntuki dirinya sendiri yang tertangkap basah sedang memperhatikan Zhang Hao secara diam- diam. Untuk menutupi tingkah canggungnya Hanbin mengambil gelasnya yang masih terisi air penuh dan meminumnya hingga setengah.

Zhang Hao tersenyum tipis melihat Hanbin yang salah tingkah, entah kenapa terlihat sangat manis baginya.

"Aku lebih suka punya Hanbin, soalnya aku lebih suka yang manis-manis," jawab Hao mengikuti kalimat yang ada di kepalanya.

"Aku mau ambil minum dulu," ucap Hanbin secara tiba-tiba, dan beranjak dari duduknya menuju dispenser yang ada di area depan dapur. ketiganya menatap Hanbin heran. Pasalnya jelas mereka lihat kalau air di gelas Hanbin masih tersisa setangah. Lagi pula Mama Zhang sudah menyediakan teko di atas meja makan, jadi kalau kehabisan air di gelas bisa refill dari teko tanpa harus jalan ke arah dispenser.

"Jawaban kamu bisa aja Hao, liat tuh sampe malu istri kamu," ucap Papa Zhang menggoda anaknya.

"Mereka lucu banget ya pa, jadi inget kita awal nikah dulu," timpal Mama Zhang sambil tertawa kecil.

Sementara itu di depan dispenser, Hanbin meminum air di gelasnya dengan brutal hingga mengakibatkan sebagian air itu tumpah dan mengenai bajunya.

"Saking deg-degannya gue sampe cegukan gini sih-hik, Ini kapan berhentinyaaaa-hik"

'Arrgghh ini gara-gara Zhang Hao sialann.'

.
.
.

-Everlasting-
To Be Continued

Everlasting | HaoBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang