23. Clueless

412 63 17
                                    

Sebuah momen langkah bagi Zhang Hao untuk bangun lebih awal, bahkan tadi ia sempat melihat Hanbin yang masih terlelap dalam dekapannya dengan posisi yang tidak berubah jauh dari keadaan semalam. Hari masih tergolong pagi untuk beraktivitas, matahari pun masih belum menampakkan diri di peredaran. Namun pemuda keturunan Tionghoa itu sudah terlihat sedang menyusuri jalan kompleks perumahannya sambil membawa sebuah kantong belanja dari convenience store sekitar yang kebetulan beroperasi 24 jam. 

Sesampainya di rumah, ia meletakkan semua barang belanjaan  pada meja dapur dan beranjak lagi menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Dengan napas yang cukup terengah, Zhang Hao melepaskan jacket sport beserta kaos hitam polos yang sudah basah di beberapa sisi karena terkena keringat. 

"Abis kemana?" tanya Hanbin yang baru saja keluar dari kamar mandi, lengkap dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuhnya. 

"Dari supermarket depan. Kebetulan roti kita habis, jadi tadi gue beli di luar sekalian jogging sedikit," sahut Zhang Hao sambil meletakkan kaosnya pada keranjang laundry.

Mendengar jawaban itu, Hanbin hanya mengangguk singkat dan berjalan menuju meja rias untuk menata dan merapihkan penampilannya.

"Mandi dulu sana, nanti seragamnya gue siapin," ucap Hanbin sembari sibuk memakai dasi lalu dilanjut mengatur rambut dan diakhiri oleh menyemprotkan parfum pada beberapa bagian titik tubuhnya. 

"Nanti dulu, sekarang masih gerah," sahut Zhang Hao yang terlihat masih sedikit terengah di meja belajarnya dengan keadaan tubuh atasnya yang sedang shirtless and lil bit sweaty. 

Selesai dengan penampilannya, Hanbin pun berjalan menuju lemari mereka dan menyiapkan segala kebutuhan suami sebayanya. Tapi sebelum itu, dia lebih dulu meraih handuk dan melemparnya pada sosok pemuda yang masih bersandar santai pada kursi gaming–nya dengan kepala yang sepenuhnya menghadap langit kamar dan mata yang terpejam. 

Zhang Hao sedikit terkejut saat kain dengan permukaan sedikit kasar itu mendarat pada tubuhnya dengan agak keras dan tentu saja dia refleks membuka mata.

"Cepetan mandiii, gue mau berangkat bareng."

Melihat Hanbin yang mulai rewel, Zhang Hao pun menurut. Dia menyampirkan handuk itu pada bahunya dan berjalan menuju kamar mandi. 

"Lain kali jangan telanjang dada sembarangan."
Ucapan Hanbin yang spontan barusan membuat gerakan Zhang Hao yang akan memutar knop pintu terhenti seketika dan mengalihkan perhatiannya. 

"Kenapa?" tanya Zhang Hao penasaran. 

"Gapapa, gue kaget aja. Belom terbiasa liat lo begitu," balasnya dengan suara yang dibuat sedatar dan setenang mungkin, namun hal itu berbanding terbalik dengan detak jantungnya.

"Oh, yaudah nanti gue bakal lebih sering begini. Biar lo terbiasa," ucap Zhang Hao dengan enteng, lalu memasuki kamar mandi tanpa tau keadaan Hanbin yang sudah merah merona sampai ke telinga. 

...

"Turunin gue di halte depan aja."

Namun sepertinya Zhang Hao sedang tidak mau mendengarkan apa yang Hanbin minta.  Hingga tentu saja membuat pemuda manis itu protes.

"Halte nyaa kelewatt!! Lo denger gue ngomong gak sih ?!!"

Tidak ada rasa takut atau bersalah pada wajah tampan itu. Dengan santai dia melajukan mobil hitamnya menuju arah parkiran sekolah mereka yang ternyata masih sepi. Hanya terdapat beberapa kendaraan staff dan guru.

"Sekolah jam segini masih sepi, kita berangkatnya kepagian," ungkap Zhang Hao setelah memarkir mobilnya disana.

"Sengaja, gue mau ngurus proposal kegiatan." ujar Hanbin sambil merapihkan barang bawaannya yang entah kenapa sebanyak itu. 

Everlasting | HaoBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang