8. Start Point

1.4K 220 62
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun Hanbin terlihat masih nyaman menatap langit gelap dari balkon kamar. Semenjak pertemuannya dengan Bunda sore tadi, hatinya cukup terpukul karena bundanya harus di pindahkan karena pihak rumah sakit sudah tidak mampu menangani penyakit yang diderita sang Ibu. Hal itu mengartikan bahwa keadaan Bunda belum juga membaik. Ditambah lagi dia tidak bisa ikut mengantar kepergian bundanya yang akan berangkat besok pagi. 

"Udah malem kenapa belum masuk?"

Hanbin sedikit tersentak saat sebuah tangan menyentuh bahunya.  Tidak lain dan tidak bukan Zhang Hao pelakunya.  Mengingat sekarang mereka akan tinggal berdua selama beberapa bulan kedepan, Hanbin merasa akan banyak perubahan yang  terjadi pada mereka berdua. 

"Masih kepikiran Bunda?" tanya Zhang Hao yang kini berdiri disebelah Hanbin dengan sebelah tangannya memegang kopi kaleng. 

Hanbin menoleh kearah Zhang Hao sekilas sebelum pandangannya kembali menatap keatas.

"Sedikit. Lo sendiri kenapa belum tidur?" ucap Hanbin yang bertanya balik. 

Kini giliran Zhang Hao yang melirik kearah Hanbin sekilas. 
"Gue baru kelar nugas," jawab Zhang Hao yang kemudian meneguk kopinya hingga tandas dan membuang kalengnya di keranjang sampah dekat pintu. 

"Hao, lo gak cape?" ucap Hanbin yang tiba-tiba memecah keheningan beberapa saat lalu. 

"Cape kenapa?" karena Zhang Hao tidak mengerti maksud pertanyaan Hanbin jadi dia beratnya balik.

Hanbin menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. 
"Karena gue yang cuek terus sama lo padahal kita udah nikah,"

Zhang Hao menatap Hanbin dengan senyum tipis.
"Gue maklum kenapa lo cuek ke gue. Pertama, kita nikah waktu belum kenal satu sama lain, kedua umur kita masih belum cukup dewasa untuk tau gimana cara ngejalanin hubungan kita yang sekarang."

Pernyataan yang Zhang Hao ucapkan cukup membuat Hanbin terkejut. Padahal ia mengira kalau pemuda itu akan mengeluh akan sikapnya. Namun ternyata sebaliknya, pemuda itu justru memaklumi sifat buruknya. Yang mana hal itu membuat Hanbin sedikit merasa bersalah. 

"Jadi selama lo belum tau cara ngejalaninnya, apa yang bakal lo lakuin?" ucap Hanbin bertanya. Jujur dia penasaran akan jawaban Zhang Hao akan pertanyaan yang satu ini. 

"Kayak yang orang tua kita sering bilang, sebagai suami, tugas dasar gue adalah jagain lo. Itu yang lagi gue lakuin sekarang," jawab Zhang Hao dengan tenangnya menatap lurus kedepan. 

Selama Zhang Hao berbicara, Hanbin tidak mengalihkan pandangannya dari pemuda itu.  Entah kenapa dia merasa puas dengan jawaban yang Zhang Hao berikan. Membuat hatinya menghangat seketika. 

"Sekarang gantian gue yang tanya,"
Ucap Zhang Hao sambil menatap langsung kearah Hanbin. Bisa dia lihat gurat penasaran di wajah istrinya itu.

"Dari pernikahan kita, apa yang lo rasain sampe detik ini?"

Hanbin menutup matanya sekejab. Dia mencoba mengingat semua kejadian yang dia rasakan selama beberapa waktu belakangan ini. 

"Awalnya gue kesel sama lo yang tiba-tiba dateng ngelamar gue kerumah, asal lo tau gue sampe debat 2 hari sama Bunda waktu itu." ujar Hanbin dengan wajah kesalnya. Namun entah kenapa terlihat lucu di mata Zhang Hao, hingga dia tidak bisa menahan senyumnya. 

Everlasting | HaoBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang