16. Habit, Heartbeat, and Husband

1.1K 116 19
                                    

Bangun awal adalah salah satu hal yang biasa Hanbin lakukan. Seperti sekarang contohnya. Walau ini hari libur, tidak ada alasan baginya untuk bangun telat. Yah, bisa dibilang Hanbin sangat bersyukur akan kebiasaannya yang satu ini.

Kedua mata indah itu terbuka secara perlahan untuk membiasakan diri dengan cahaya pagi yang cukup menyilaukan. Begitu pandangannya sudah kembali normal, Hanbin menerbitkan sebuah senyum lembut saat melihat wajah damai suaminya yang masih tertidur dengan posisi menghadap kearahnya.

Belakangan ini dia merasa punya kebiasaan baru. Entah sejak kapan, tapi Hanbin sangat senang saat hal pertama yang dia lihat pada pagi hari adalah wajah tampan Zhang Hao yang masih terpejam. Ada sesuatu yang menggelitik di perutnya setiap dia menyelami paras tegas rupawan itu.  Awalnya terasa aneh, namun tak dapat dipungkiri bahwa dia juga menyukai sensasinya. 

Kurang lebih selama 15 menit Hanbin selalu menghabiskan paginya hanya untuk menatap wajah pulas itu sambil pikirannya terus melayang-layang bebas. Sebelumnya ia tidak pernah menyangka bahwa akan menikah di umurnya yang semuda ini. Padahal selama 18 tahun ia belum pernah sama sekali menjalin hubungan  romantis dengan siapapun. Hanbin cukup terkejut ternyata jodohnya datang secepat ini. Tapi itu bukanlah masalah besar, untungnya orang itu tampan. Jadi sangat bisa diterima hehee 

Ada satu rahasia yang selalu Hanbin denial selama ini. Salah satu alasan pendukung kenapa ia menerima lamaran Zhang Hao adalah karena dia tampan, dan hal itu Hanbin anggap sebagai salah satu sisi baiknya. Perlu diingat, ini hanya alasan pendukung yaa. Tapi cukup berperan dalam pengambilan keputusannya saat itu 🙃

Intinya jangan sampai Zhang Hao tau soal hal ini, kalau sampai pemuda itu tau, Hanbin bersumpah untuk keluar planet saat itu juga.

Setelah melakukan rutinitas barunya, Hanbin langsung bangkit untuk melakukan rutinitas lainnya. Pertama dia membersihkan diri lebih dulu, lalu ia langsung meluncur menuju dapur untuk membuat sarapan.

Walaupun begitu, bukan cuma Zhang Hao yang mau menjalankan tugas dalam hubungan mereka. Bundanya pernah bilang kalau dirinya belum siap untuk melakukan tugas utama sebagai pendamping, setidaknya ia harus melakukan tugas dasar lebih dulu, dan menyiapkan makanan adalah salah satunya.

...

Jika bangun pagi adalah kebiasaan Hanbin, tapi tidak bagi Zhang Hao. Sebenarnya dia sendiri juga sangat kesal kenapa sangat susah untuk bangun pagi. Tak heran kalau ia menjadi langganan telat di sekolah. 

Tapi itu dulu, semenjak kehadiran Hanbin, semuanya berubah. Zhang Hao jadi jarang terlambat. Tidak hanya itu, semenjak kehadiran Hanbin juga, ia jadi tidak perlu repot mengurus kebutuhan paginya lagi saat akan ke sekolah. Seperti masalah seragam dan kerapihannya sudah siap tersedia tanpa harus dia minta. 

Sepertinya ini adalah salah satu benefit saat sudah punya istri. Kalau tau begini rasanya kenapa tidak dari dulu saja ia minta di jodohkan dengan Hanbin. Mungkin kalau itu terjadi, saat ini kehidupan pernikahan mereka sudah lebih baik dan bisa menerima satu sama lain. Yah... Itu cuma seandainya..,  tapi kondisi yang sekarang juga sebenarnya sudah lebih dari cukup sih.

Dengan langkah santai, Zhang Hao menuruni tangga berniat menuju dapur untuk mengambil air. Setibanya disana ia menemukan sosok manisnya sedang sibuk dengan bahan makanan dan peralatan masak. Sebuah senyum cerah terbit pada wajah tampan itu. Sungguh pemandangan pagi yang menyejukkan hati.

Ingin rasanya dia memeluk tubuh itu dari belakang sambil menggodanya persis seperti yang sering Papa lakukan kepada Mamanya. Namun dia cukup sadar diri untuk tidak merusak momen indah ini. Kalau Zhang Hao nekat melakukannya bisa-bisa dia yang akan dijadikan hidangan pagi ini.  Mengingat sikap Hanbin yang tidak bisa ditebak, jadi Zhang Hao memutuskan main aman.

Sebuah decitan kursi yang tergeser membuat Hanbin mengalihkan pandangannya. Dia cukup terkejut saat menyadari keberadaan Zhang Hao yang kini tengah duduk di salah satu kursi di meja makan sambil memperhatikannya dengan posisi menumpu wajah menggunakan kedua tangan.

"Kenapa belum mandi? Mandi dulu sana!" ujar Hanbin yang kembali fokus pada masakannya.

"Nanti deh, gue mau liat lo masak dulu," sahut Zhang Hao yang tersenyum ceria sambil berusaha menikmati momen paginya. 

Mendengar itu, Hanbin langsung berbalik menghadap Zhang Hao sambil berkecak pinggang lengkap dengan ekspresi marahnya yang terlihat menggemaskan. 

"Lajut aja, gue gak bakal gangguin kok,"
ujar Zhang Hao saat menyadari bahwa ada sedikit penolakan disana. Namun akhirnya Hanbin menyerah dan membiarkan pemuda itu melakukan apa yang dia mau. 

Awalnya sih biasa saja. Sudah 20 menit berlalu dan Zhang Hao masih masih setia memandang lurus kearah pasangan manisnya lengkap dengan senyum bodoh yang terpampang. Sedangkan Hanbin juga memilih untuk mengabaikan tingkah aneh suaminya dan melanjutkan masakannya yang masih setengah jadi.

Semua berjalan normal, hingga sebuah skenario romantis muncul di kepala pemuda China itu tanpa sengaja dan membuatnya gagal fokus sampai hilang kendali. 

"Bin.., kalo sekarang gue meluk lo dari belakang, lo bakal marah nggak?"

Bagai petir di siang bolong. Ucapan spontan Zhang Hao membuat Hanbin sangat terkejut. Ia yang sedang sibuk memotong bahan makanan, seketika hilang fokus sampai-sampai membuat tanganya terluka karena goresan pisau. 

"A-aa...shhh."

Dengan segara Hanbin berjalan menuju Wastafel untuk mencuci lukanya yang ternyata mengeluarkan darah dan terasa cukup perih saat terkena air. Sudah beberapa kali ia mencuci lukanya, namun darah itu masih terus mengalir keluar. 

Zhang Hao yang baru sadar akan situasi, dengan cepat menghampiri Hanbin yang sedang merintih pelan karena menahan perih pada lukanya. Dengan sigap, ia menggenggam tangan  Hanbin dan bisa dilihatnya sebuah goresan kecil namun dengan darah yang masih terus keluar.

Tanpa ragu sama sekali, Zhang Hao menyesap luka goresan yang ada di jari telunjuk Hanbin.  Bisa ia rasakan rasa khas cairan merah itu di indera pengecapnya, namun dia tidak mempedulikan hal itu.

Sementara dari sisi Hanbin, ia merasakan sentuhan hangat bibir Zhang Hao yang melingkupi ujung jarinya yang kemudian diikuti dengan beberapa hisapan ringan yang terasa sangat lembut. Karena bingung harus bereaksi seperti apa, jadi yang bisa dia lakukan hanya diam dan memperhatikan perlakuan pemuda tampan itu dan berharap semoga jantungnya tidak meledak karena berdetak sangat cepat saat ini. 

Setelah beberapa saat kemudian, Zhang Hao menyudahi kegiatannya. Ia mengecek sekali lagi pada bagian yang terkena luka tadi, untuk memastikan bahwa tidak ada darah yang keluar lagi. Saat dirasa semua aman,  Zhang Hao memandang manik idah di hadapannya dengan tatapan teduhnya.

"Sorry yaa... Lo jadi luka gini gara-gara gue," ucap Zhang Hao yang kemudian mengecup satu per satu jari Hanbin yang ada di genggamannya.

"Lupain aja, gue cuma ngelantur tadi," sambungnya yang kemudian beranjak pergi dari dapur meninggalkan Hanbin yang masih terdiam membeku.

Saat ini pikiran dan perasaannya tidak cukup kuat untuk memproses semua perlakuan manis yang Zhang Hao berikan padanya pagi ini.  Alhasil yang bisa ia lakukan hanyalah merona sebagai bentuk reaksi yang tak tersalurkan. 

'Kalo bikin baper minimal tanggung jawab lahh.'

.
.
.

–Everlasting–
To Be Continued

Hai guys! How was your days?  Is it good? Semoga begitu yaa ^ ^

I have one question, did u think kalau alur ceritanya is too slow guys?  And r u OK with this?

Honestly di Carita ini aku gak punya outline yang rapih. It's Lil bit confusing and that's why aku jarang update chapter baru 😅

So that's it sedikit keluhan buat chapter ini.

Drop your emoji —>

See u next!  🙌

Everlasting | HaoBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang