"Aku akan menemui Kang Mina besok, jadi sekarang bicaralah padaku." Mark menatap istrinya yang sedari tadi hanya diam seraya menatap ke arah jalanan. "Hye Sang-a," panggilnya lagi, menarik atensi gadis di samping kanannya itu.
Mereka berdua hendak pulang, tetapi Mark belum juga menyalakan mesin mobil. Setelah membicarakan tentang kelanjutan pernikahan, Hye Sang belum berbicara lagi. Gadis itu hanya terdiam dengan mata sembab akibat menangis. Oh, gadis itu sempat merespon ketika ia mengatakan rencana menemui Kang Mina. Hye Sang mengancamnya untuk menemui Kang Mina besok atau Hye Sang tak akan berbicara dengannya. Tetapi setelah ia menyetujui ancaman, gadis itu tak lagi merespon.
"Shin Hye Sang."
"Tunggu sebentar, aku benar-benar lelah," Hye Sang menjawab seraya mengalihkan tatapan ke arah berlawanan dengan posisi Mark.
"Istirahatlah," ucap Mark, lalu menyalakan mesin mobil dan melajukannya.
Hye Sang hanya menggumam sebagai jawaban, kemudian memejamkan kelopak matanya. Belum sempat ia terlelap, dering ponsel membuatnya kembali terbangun. Ia segera merogoh tas selempangnya, mengambil ponselnya. Mark melirik sekilas saat gadis itu menyapa penelpon.
"Hei, Shin Hye Sang, kau sudah pulang!? Kenapa kau tak mengabariku!?"
"Maaf, Soo Ri-a," ucap Hye Sang dengan lirih.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Itu pasti karena kau istirahat penuh seharian ini, jadi tak mengabariku. Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Mendengar itu membuat matanya tiba-tiba memburam. Hye Sang menatap jalanan di sisi kanannya dengan mata berair. Mengingat kembali kejadian hari ini, dan ketika ditanya tentang kondisinya entah kenapa membuatnya sedih. Ia sangat tak baik-baik saja, baik fisik maupun batin. Tetapi ia tak mungkin mengatakan itu, ia tak mau membuat Soo Ri dan Mark khawatir. Dengan cepat diusapnya air matanya, "Hm, yah, lumayan."
"Kau yakin?"
"Mhm."
"Baiklah, aku akan menjengukmu besok. Oh, tapi aku tak tahu alamat rumah Mark Lee, jadi bisa kaukirimkan alamatnya padaku?"
Hye Sang menjernihkan suaranya yang serak akibat menahan tangis. "Aku tinggal di rumah mertuaku, jadi mungkin lain kali?"
"Oh, begitu, baiklah. Kabari aku kalau kau sudah pulang."
"Tentu."
Mark yang sesekali melirik Hye Sang pun tahu kalau gadis itu sempat menangis, tetapi ia tak tahu harus apa. Bodoh sekali, bukan? Ia yang sebelumnya tak mengenal Hye Sang --begitupun sebaliknya, tiba-tiba meminta gadis itu tinggal bersamanya, untuk selamanya. Meski ia sadar bahwa hal ini menyakiti Hye Sang, tetapi ia tetap memintanya. Mark meremas setir dengan kuat. Kemudian membulatkan tekad untuk membuat Shin Hye Sang tak lagi sedih, dan juga membuat dirinya sendiri sadar kalau pilihannya sekarang adalah pilihan yang tepat.
"Uh."
Mark segera menoleh, matanya melebar melihat Hye Sang yang meringis seraya memegang perut. Segera saja ia meminggirkan mobilnya, berhenti.
"Shin Hye Sang, kau kenapa?" tanya Mark sarat akan kekhawatiran, tangannya reflek memegang tangan Hye Sang yang sedang memegang perut.
"Perutku sakit. Sepertinya magh-ku kambuh," ringis Hye Sang.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Day [Mark Lee]
Fanfiction"Kau mau menikah denganku?" -Mark Lee, Produser musik terkenal "Tentu. Kapan?" -Shin Hye Sang, Dokter Semuanya benar-benar bermula sejak hari itu. Mark Lee yang 'melamar' Shin Hye Sang untuk memenuhi tantangan dari teman-temannya. Dan Shin Hye Sang...