11

1.7K 184 34
                                    

"Aku tak percaya kau benar-benar membelikanku full-set make up," ujar Hye Sang seraya meletakkan paper bag berisi barang yang sedang dibicarakan ke kursi bagian belakang. Mark melakukan hal yang sama. Dia meletakkan bahan makanan yang baru mereka beli. Mark berkata kalau di apartemen yang akan mereka berdua tempati hanya memiliki sedikit bahan makanan, maka dari itu mereka berdua pun belanja banyak bahan makanan untuk makan malam dan persediaan.

"Aku yakin, oh," Hye Sang menjauhkan tubuhnya dari Mark karena ujung topi mereka sempat bersinggungan tadi. "Aku yakin aku akan sangat jarang menggunakannya."

"Setidaknya kau memilikinya. Jadi ketika kau membutuhkannya, tidak akan bingung mencari alat-alat itu," tukas Mark seraya masuk ke dalam mobil, lalu mendudukkan diri di kursi belakang kemudi.

Hye Sang mengedikkan bahunya, kemudian menyusul Mark untuk masuk ke mobil dan duduk di samping kanan Mark. Setelah memasang sabuk pengaman, ia melepaskan topi yang sudah sepanjang hari ini ia pakai untuk menutupi identitas diri, walaupun ia yakin ia tak akan dikenali meski tanpa topi. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dengan mematut diri dikaca bagian tengah.

Mark menunggu Hye Sang duduk kembali. Setelah itu mulai melajukan mobilnya menjauhi pelataran supermarket.

"Kepalaku pusing karena memakai topi," ujar Hye Sang sambil mengibas-ngibaskan topi Mark yang diberikan kepadanya. Ia sadar ucapannya tak memiliki dasar, tetapi kini kepalanya memang pusing. Entah karena topi atau karena ia tak tidur selama lebih dari 30 jam. Ia tak tahu, walau ia yakin jawabannya mengarah pada pilihan kedua.

Tadi pagi ketika sampai di toko, sebelum keluar mobil, Mark Lee tiba-tiba memberinya topi hitam dengan logo bundar di bagian atas moncong topinya. Sementara laki-laki itu mengenakan topi hitam dengan garis kuning di bagian yang sama. Ia sempat mengeluh karena bagaimana pun ia tak akan dikenali, tetapi Mark terus membujuknya. "Kalau kau pergi bersamaku, kau pasti dikenali," itulah yang dikatakannya sebagai bujukan. Akhirnya ia pun menyerah.

"Tidur lagi saja," ujar Mark tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan.

"Aku sudah cukup tidur tadi." Tolak Hye Sang. Meski sebenarnya ia tak benar-benar tertidur, hanya memejamkan mata saja. Lupakan hal itu. Bicara tentang topi, ia perlu menanyakan sesuatu. "Aku tak perlu memakai topi setiap aku keluar, bukan? Maksudku, aku tak mungkin dikenali."

Mark melirik sekejap, lalu kembali fokus ke depan. "Kalau kau merasa pusing, kau tidak perlu memakainya."

"Baguslah. Kau selalu memakainya?"

"Ya. Tapi tidak selalu topi seperti ini."

Hye Sang mengangguk-anggukkan kepalanya. "Malam tadi, ketika aku tidak bisa tidur, aku menontonmu dibeberapa variety show," ia menoleh pada Mark untuk melihat reaksi laki-laki itu. Senyumnya terbit saat reaksi yang diinginkannya muncul. Laki-laki itu sempat terkejut lalu salah tingkah. Beberapa kali menolehkan kepalanya ke segala arah dengan bingung, tentu tidak menatap ke arahnya. Kemudian ia kembali melanjutkan, "Di situ kau lucu. Dan ternyata kau memang ceroboh, ya."

Mark hendak menutupi wajahnya, namun langsung tersadar kalau kini ia tengah menyetir, akhirnya ia hanya berdeham, lalu ber-woo pelan sebagai upaya menutupi salah tingkahnya.

Shin Hye Sang tersenyum puas melihat itu. Ia menghentikan senyumnya saat mendengar dering ponselnya. Ia segera memeriksa tas selempangnya, mencari ponselnya, melihat siapa yang menelponnya di sore hari seperti ini. Ternyata Jung Soo Ri. Yah, hanya gadis itu yang akan selalu menelponnya.

"Halo?"

Mark Lee menoleh, menatap Hye Sang yang baru saja berucap. Dahinya mengernyit, mengira-ngira siapa yang menelepon gadis itu.

That Day [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang