"Sudahlah, Soo Ri. Mungkin Hye Sang sedang sibuk memeriksa pasien."
Hyun Jae Sook mengelus pundak kekasihnya menenangkan emosinya yang sudah meledak sejak satu jam yang lalu. Mereka berdua sedang makan siang di kantin Perusahaannya ketika tiba-tiba kekasihnya berseru "Apa!" yang berhasil menarik perhatian para pegawainya. Ternyata gadisnya itu tengah berseluncur di internet dan menemukan artikel terbaru yang mengaitkan nama Shin Hye Sang.
Jung Soo Ri mengembuskan nafasnya dengan kesal. Kemudian meminum lemon tea-nya agar mampu menjernihkan kepalanya. "Padahal aku sudah bilang padanya agar menghubungiku untuk kabar selanjutnya. Tapi, apa? Dia sama sekali tidak menghubungiku." Dengusnya. "Apa aku harus menerima kabarnya dari artikel seperti ini?"
"Dia sudah tak memiliki kepercayaan pada orang lain," ujar Hyun Jae Sook.
"Ya. Itu sebabnya aku khawatir padanya. Aku tak mempermasalahkan kalau aku tak dianggap teman olehnya, tapi aku tak bisa meninggalkannya sendirian," desah Soo Ri seraya menggigit bibirnya cemas.
"Dia mengganggapmu, aku tau itu."
Jung Soo Ri mengendikkan bahunya. "Entahlah. Mungkin dia sudah percaya padaku, tapi tidak sepenuhnya percaya. Dia terlalu takut untuk percaya."
"Kau bisa menghubunginya lagi nanti. Sekarang tenangkan dulu dirimu, kau tak akan bisa bekerja kalau pikiranmu tidak tenang," ujar Jae Sook seraya mengusap pundak Soo Ri.
Soo Ri tersenyum seraya menggenggam tangan Jae Sook yang berada di pundaknya. "Kau tak akan memecatku bukan kalau aku tak fokus bekerja?"
"Tapi aku tak bisa menjamin kau tak dimarahi oleh atasanmu," balas Jae Sook balas tersenyum pada kekasihnya. Ia bersyukur Soo Ri sudah bisa tak terlalu memikirkan artikel tentang temannya itu. Bisa saja ia menyuruh kekasihnya untuk izin menemui Shin Hye Sang, tapi ia ada rapat setelah ini. Dan ia tak mau kekasihnya itu pergi tanpa dirinya dikondisi pikirannya sedang kacau. Jung Soo Ri akan bertindak seenaknya kalau sedang kacau.
"Kau atasanku." Ujar Jung Soo Ri dengan senyum simpulnya.
"Manajer bagian tempatmu bekerja," koreksi Jae Sook. "Selesai rapat, aku akan mengantarmu menemui Shin Hye Sang, hm?"
"Baiklah."
.
.
.
Mark Lee melangkah dengan tergesa-gesa memasuki rumah orangtuanya. Rumah besar itu tampak kosong karena pada pagi hari seperti ini biasanya orangtuanya akan menghabiskan waktu dengan meminum teh setelah sarapan di halaman belakang. Setelah melihat berita yang dikirimkan oleh Hae Chan, ia segera melesat ke sini. Dari tulisan yang ia baca, sudah jelas ibunya lah yang terlibat.
"Eomma!" Panggilnya sesampainya di halaman belakang. Orangtuanya yang sedang berbincang tampak terkejut karena seruannya.
"Min Hyung-a, ada apa?" Nyonya Lee beranjak menghampiri Mark. Sementara Tuan Lee mengernyitkan dahinya menatap anak bungsunya itu.
Mark menarik nafas panjang untuk mengatur emosinya. Walaupun saat ini ia sangat marah pada ibunya, tetapi ia tak bisa meluapkan kemarahannya itu dengan lugas. Bagaimana pun, ia tak mau menyakiti ibunya.
"Apa yang sudah eomma katakan pada media? Aku sudah menjelaskan pada eomma dan appa kalau aku dan Hye Sang-ssi tidak memiliki hubungan apapun. Tapi, kenapa eomma malah mengatakan yang sebaliknya?" Kernyit Mark.
Ya. Isi berita itu adalah tentang ibunya yang membeberkan tanggal pernikahannya dengan Shin Hye Sang akan digelar, dan ibunya jelas tau kalau pernikahan itu tak akan pernah terlaksana. Dalam artikel yang sudah meluas itu juga ibunya menceritakan kedatangan Shin Hye Sang dengan memberi informasi yang berbanding terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Day [Mark Lee]
Fanfiction"Kau mau menikah denganku?" -Mark Lee, Produser musik terkenal "Tentu. Kapan?" -Shin Hye Sang, Dokter Semuanya benar-benar bermula sejak hari itu. Mark Lee yang 'melamar' Shin Hye Sang untuk memenuhi tantangan dari teman-temannya. Dan Shin Hye Sang...