16

1.4K 173 39
                                    

Ia bersenandung pelan, mengamati pemandangan yang baru kali ini ia lihat. Sesekali ia meminum bubble tea, minuman yang menjadi kesukaannya sejak ia tinggal di sini. Seoul memang benar-benar megah. Sudah seminggu ia di sini, tetapi ia tetap takjub ketika melihat jajaran toko-toko yang menjual segala macam yang bahkan sulit dicari ketika ia di desa.

Langkahnya terus berlanjut hingga ke pinggiran kota Seoul. Ia tak memiliki tujuan di sini, hanya ingin pergi dari desanya ke tempat yang lebih baik. Jadilah ia hanya menikmati hidup barunya di sini. Lagi pula ia pun sudah memiliki banyak uang, jadi tak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.

Matanya menyipit melihat ke kejauhan, pada sebuah rumah minimalis dengan beberapa orang di depannya. Karena penasaran, ia pun mendekati rumah tersebut. Ia menghampiri orang yang ternyata segerombolan perempuan itu setelah masuk ke halaman rumah itu, melewati gerbang yang sudah dibuka.

"Apa yang kalian lakukan!?" tanyanya dengan suara keras.

Lima perempuan itu tampak kaget. Kemudian menatapnya dengan takut. Hal itu membuatnya semakin penasaran tentang apa yang sudah dilakukan oleh para gadis itu. Ia semakin mendekat ke arah para gadis itu, lalu menatap rumah minimalis yang semua kacanya sudah pecah.

"Kalian yang membuat rumah itu jadi seperti itu?" tanyanya lagi.

"Siapa kau?" Seorang gadis dengan rambut diikat ponytail balik bertanya dengan takut.

Oh, ia mengerti. Memang para gadis inilah yang telah membuat kaca rumah itu pecah. "Baiklah, aku sudah tahu jawabannya. Kalian tahu pemilik rumah ini? Memang kalian memiliki dendam apa pada pemilik rumah ini?"

"Pemilik rumah ini sudah merebut idola kami!"

Ia tersentak. Ia pikir mereka tak akan menjawab pertanyaannya karena, yah, ia dan mereka tak saling mengenal. Pertanyaannya tadi pun terucap tanpa sadar.

"Benar! Dia pikir dia siapa berani merebut idola kami. Eh, malah dilindungi agensi, cih."

"Karena sudah dinikahi Mark, dia pikir bisa aman hingga bisa dilindungi agensi? Cih!"

"Siapa idola kalian?" Selanya saat melihat gadis lain hendak menyahut.

"Mark Lee. Dan yang rebut namanya Shin Hye Sang. Cih, menyebut namanya saja sudah membuatku jijik," gadis berambut ponytail kembali bersuara, diakhiri gerakan pura-pura muntah. Sementara keempat lainnya pun meringis.

Dahinya mengerut. "Siapa tadi?"

"Mark Lee."

"Bukan. Istri Mark Lee, siapa tadi?"

"DIA BUKAN ISTRI MARK!" Sentak gadis berambut pendek.

Ia terkesiap. "Wah, kau membuatku terkejut." Ujarnya seraya mengelus dadanya.

"Dia bukan istri Mark."

"Dia sudah menikah dengan Mark, itu artinya dia sudah menjadi istri Mark," tuturnya. Ia berbicara fakta, bukan?

"Oh, kau pendukung mereka? Biar kami jelaskan, ya. Mark sudah dipelet oleh perempuan itu, makanya mau menikahi dia. Padahal kami yakin Mark tidak mencintai perempuan itu. Mark itu--

"Dari mana kalian tahu?"

"Mark itu tidak pernah memiliki kekasih! Lalu tiba-tiba menikah? Bukankah sudah jelas kalau Mark kami dipelet?" Ujar gadis berambut pendek seraya menatap teman-temannya, meminta persetujuan.

"Aaah, masa bodoh dengan idola kalian. Yang mau aku tanyakan adalah, siapa pemilik rumah ini tadi?"

"Shin Hye Sang."

That Day [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang