Kilasan satu keluarga yang tengah menangis kembali memasuki ingatannya. Apalagi tangisan Sang Ibu yang menyayat hati dan anak gadisnya yang meraung memanggil ayahnya. Penyebabnya karena ia yang tak bisa menyelamatkan Sang Ayah.
Shin Hye Sang mengembuskan nafas dengan berat. Matanya menatap kosong pada dinding yang terbentang jarak beberapa meter di hadapannya. Kejadian itu memang sudah terjadi dua jam yang lalu, namun, ia masih mengingatnya dengan jelas. Semuanya, termasuk seruannya untuk memanggil jiwa Sang Ayah agar kembali.
Ia memang tak bisa mengubah takdir, tetapi, haruskah itu yang terjadi?
Setelah menyampaikan kabar sedih tersebut, dan setelah mendengar tangisan dan raungan anggota keluarga, kepalanya terus tertunduk, bahkan ia tak mampu mengangkat wajahnya pada suster ketika memerintahkannya mengurusi jenazah. Ia tahu, ia tak seharusnya seperti ini, setidaknya tidak ikut terlarut kesedihan selama dua jam. Dan seharusnya yang ia lakukan adalah menenangkan anggota keluarga yang ditinggalkan.
Sudah lima tahun ia menjadi dokter, semestinya ia sudah tahu bahwa ada kejadian yang tak bisa diubah, tetapi ia masih saja seperti ini. Ini kali ketiganya ia tak bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Dan itu semua ikut menyakitinya, bahkan ia tak berani memaafkan diri sendiri.
Hye Sang menumpukan kepalanya pada lengannya yang terlipat, memikirkan semuanya, tentang dirinya di masa lalu, anggota keluarga yang baru saja ditinggalkan, dan tentang Sang Ayah yang baru saja meninggalkan. Bagaimana mereka makan nantinya kalau orang yang mencari nafkah sudah meninggalkannya? Bagaimana dengan ibunya yang kesepian? Bagaimana dengan anaknya yang masih perlu kasih sayang? Haruskah ia yang menggantikannya memberi mereka nafkah? Bisakah ia?
Ingatannya ikut menilik tentang dulu, ketika kali pertamanya ia tak bisa menyelamatkan seseorang.
Hye Sang menatap seorang wanita muda dan anak kecil yang menangis dengan keras setelah ia memberi kabar tentang Sang Ayah. Ia mengalihkan pandangan sebentar, kemudian kembali menatap keduanya yang berpelukan, saling menguatkan. Hye Sang mengulum bibirnya, menahan tangis yang memaksa keluar. Dikerjapkannya matanya beberapa kali, lalu menatap mereka dengan wajah yang ia coba tegas.
"Ahjumma, saya, saya akan coba memeriksanya kembali. Bisa saja tadi saya--
"Kau tak perlu memaksakan dirimu, Dokter. Semuanya sudah takdir, tak ada yang bisa kita lakukan. Saya juga akan berusaha mengikhlaskannya." Ujar wanita muda itu sembari menahan isak, lalu menguar sebuah senyuman.
"Kalau begitu, saya, saya yang akan menggantikannya mencari nafkah. Dan biaya sekolah Ji Hyuk, saya yang akan membayarinya. Lalu, lalu--
Ucapannya terhenti karena sebuah tepukan yang mendarat di bahunya. Hye Sang menatap tanya pada wanita muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Day [Mark Lee]
Fanfiction"Kau mau menikah denganku?" -Mark Lee, Produser musik terkenal "Tentu. Kapan?" -Shin Hye Sang, Dokter Semuanya benar-benar bermula sejak hari itu. Mark Lee yang 'melamar' Shin Hye Sang untuk memenuhi tantangan dari teman-temannya. Dan Shin Hye Sang...