Mark mendelik mendengar ucapan gadis yang sudah menjadi istrinya itu. Apa-apaan itu? Ucapan itu lagi? Kenapa Shin Hye Sang selalu mengujar kalimat itu? Apakah ujaran berupa perintah tak tersirat itu akan selalu muncul hingga ia benar-benar melupakan Kang Mina? Atau ketika ia sudah menjauh dari Shin Hye Sang?
"Bukankah lebih baik kalau kita berpisah? Kau masih mencintai Kang Mina." Ujar Hye Sang lagi dengan mata menatap lurus Mark Lee. Hye Sang benar-benar serius tentang ini. Orang yang tak saling mencintai tak seharusnya bersama, apa lagi dengan ia yang tak ingin terlibat dengan orang lain.
Mark Lee mendengus. "Untuk apa aku kembali pada orang yang sudah menyakitimu?"
"Dugaan itu belum tentu benar," sanggah Hye Sang, "lagi pula aku ini bukan siapa-siapa untukmu."
"Kau istriku," Mark berucap dengan tegas. "Meski aku mencintai Kang Mina, tetapi aku sudah memiliki rasa suka padamu. Walau belum sepenuhnya, tapi aku memilikinya," tutur Mark. "rasa suka itu, untukmu."
Hye Sang terdiam, lalu mengalihkan kepalanya ketika mendapat tatapan serius dan sungguh-sungguh dari Mark. Rasa suka milik Mark tumbuh hanya karena mereka berdua tinggal bersama, kalau sudah pisah nanti, ia yakin Mark akan melupakannya, termasuk perasaan laki-laki itu untuknya.
"Hye Sang-ssi, aku mohon, jangan--
"Permisi, Lee-sonsaengnim," ujar sebuah suara lembut dari arah pintu. Keduanya mengalihkan tatapan pada Han-sonsaengnim yang baru saja memasuki ruang rawatnya. Dokter yang lebih tua lima tahun darinya itu berjalan menghampiri mereka berdua. "Bagaimana keadaan Anda, Lee-sonsaengnim?"
Mark mengembuskan nafas pelan menyadari kalimatnya terpotong. Ia menatap Hye Sang, menilik apakah gadis di depannya ini mengetahui maksud kalimat yang belum sempat tersampaikan. Lagi-lagi ia mengembuskan nafas. Gadis itu terlihat biasa saja, tak ada raut penasaran akan kalimat yang terpotong tadi atau apa pun itu.
"Saya sudah baik-baik saja, Sonsaengnim."
Han-sonsaengnim tersenyum, lalu mengangguk. "Syukurlah. Biar saya cek dulu. Kalau Anda benar-benar sudah merasa baik, Anda sudah diperbolehkan pulang."
Hye Sang membiarkan rekan kerjanya itu untuk memeriksanya. "Benarkah?"
"Tentu saja."
Mark mengerutkan dahinya. "Tunggu, Sonsaengnim, dia masih sakit. Lebamnya belum hilang sepenuhnya, tangannya juga masih diperban, jadi dia masih harus dirawat, bukan?"
"Anda pasti sangat khawatir pada istri Anda. Kalau Anda mau, Lee-sonsaengnim bisa tetap di sini untuk hari ini," ujar Han-sonsaengnim penuh senyum.
Hye Sang menatap Mark, mendecak pelan, lalu kembali menatap Han-sonsaengnim. "Tidak, Han-sonsaengnim. Saya akan pulang sekarang." Kemudian ia menatap Mark yang menatapnya dengan bingung. "Aku sudah baik-baik saja. Lukanya pasti akan sembuh walau tidak dirawat di rumah sakit. Kau harus tahu kalau ruangan ini sangat berbau obat."
Mark tak mengerti dengan kalimat terakhir Hye Sang, ia paham tentu saja, tetapi itu tidak berdasar. Karena walau tidak dirawat pun gadis itu memang bekerja di sini setiap hari. Bau obat seperti ini tentu sudah biasa untuk dokter seperti Hye Sang. "Kau harus di sini. Bertahanlah untuk hari ini saja."
"Kalau aku bisa pulang sekarang, kenapa harus menundanya? Yang sakit bukan hanya aku. Oh, apa-apaan perdebatan ini? Pokoknya aku pulang sekarang. Kau tidak setuju, aku bisa pulang sendiri."
"Hye Sang--" Mark segera menghentikan mulutnya. Dokter yang merawat Hye Sang pasti akan merasa aneh kalau ia memanggil istrinya sendiri dengan suffiks --ssi. Dan kalau ia berhasil keceplosan, ia yakin Hye Sang akan mengejeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Day [Mark Lee]
Fanfiction"Kau mau menikah denganku?" -Mark Lee, Produser musik terkenal "Tentu. Kapan?" -Shin Hye Sang, Dokter Semuanya benar-benar bermula sejak hari itu. Mark Lee yang 'melamar' Shin Hye Sang untuk memenuhi tantangan dari teman-temannya. Dan Shin Hye Sang...