17

2K 212 63
                                    

Tiga puluh menit sejak Mark pergi mencari tahu pelakunya. Ia hanya berbaring sembari termangu. Mengingat kembali segala kejadian yang menimpanya dalam kurun waktu sehari. Kemudian Hye Sang membawa tangan kirinya ke depan wajahnya, mengamati cincin pernikahannya. Apakah seharusnya ia tak memakai cincin ini? Ia tahu, cincin ini bukan pembawa masalah atau semacamnya. Hanya saja, masalahnya bertambah rumit sejak ia memakai cincin ini. Cincin yang didambakan semua wanita, tetapi tidak olehnya.

Shin Hye Sang mengembuskan nafas pelan. Lalu beranjak duduk. Ia juga perlu mencari tahu pelakunya. Setelah mengambil tas selempang, Hye Sang pun melangkah keluar dari kamar besar ini. Matanya berjelajah ke sekeliling rumah besar ini, memastikan tak ada yang melihatnya. Saat tahu tak ada kehadiran siapa pun, ia pun segera melangkah ke pintu. Ia bisa bernafas lega saat sudah berada di luar rumah mertuanya tanpa dilihat siapa pun.

Ia berlari ke depan, lalu melangkah ke arah rumahnya berada. Mungkin pelaku itu berada di sekitar rumahnya. Meski ia tak yakin kalau seorang pelaku berada di sekitar target perbuatannya. Menurut polisi, pelakunya berambut pendek, memakai pakaian serba hitam. Cukup susah mencari pelakunya karena banyak yang memiliki rambut pendek, dan untuk pakaian pun bisa diganti kapan saja.

"Mencariku, Eonni?"

Hye Sang segera menggerakkan kepalanya ke segala arah, mencari sumber suara. Pandangannya menyipit saat melihat seorang gadis dengan ciri-ciri yang sama dengan orang yang dicarinya muncul dari sebuah gang. Gadis itu tersenyum miring padanya. Ia berbalik, memandangi jarak rumahnya yang tersisa lima belas meter lagi, lalu kembali menatap gadis itu.

"Kau tidak mengenalku, Eonni? Wah, benar-benar ... Aku saja bisa langsung mengenalimu hanya dari foto," ujar gadis itu seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ia mengernyit. Siapa dia? Didekatinya gadis yang berjarak dua meter darinya itu. Saat tersisa tak lebih dari satu meter, ia mengamati wajah itu dengan lebih jelas. Mata itu...

"Han Ji Hye."

Matanya melebar mendengar itu.

"Aku Han Ji Hye. Eonni sudah mengingatku?"

Bayangan tujuh belas tahun yang lalu kembali terlintas dalam kepalanya. Adegan demi adegan yang ingin ia lupakan namun selalu tak berhasil. Perkataan-perkataan yang ia tak habis pikir bisa dengan mudahnya diucapkan kepada anak kandungnya sendiri. Ia meringis saat kepalanya tiba-tiba terasa pusing. Hye Sang memejamkan matanya, kenapa ia selalu mendapat kejutan tak terduga seperti ini?

"Kau tak menduga aku masih hidup, bukan? Aku pun begitu saat mendengar tentangmu," seringai Ji Hye.

Hye Sang membuka kelopak matanya, menatap Han Ji Hye. Memang wajah itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Satu dari sekian banyak orang yang tak ingin ia temui.

"Karena sudah menemukan keberadaan masing-masing, kita harus berpelukan, bukan? Ayo, Eonni, peluk saudaramu ini," ujar Ji Hye lagi seraya membuka lebar kedua tangannya.

Saudara? Oh, benar, saudara yang ia pikir sudah menghilang semua, tiba-tiba salah satunya muncul di hadapannya. Dengan begitu membuat ia terlihat memiliki saudara, tak lagi sebatang kara di dunia.

"Eonni?"

Hye Sang tersentak, lalu kembali menatap gadis berambut pendek di depannya yang masih merentangkan kedua tangan. "Kita berbicara di tempat lain saja," ucapnya lalu melangkah melewati Han Ji Hye.

"Wah, eonni kejam sekali sudah mengabaikanku," cibir Ji Hye, namun tetap mengikuti langkah Hye Sang.

Sementara Hye Sang tak memedulikan itu. Ia sibuk memikirkan alasan Han Ji Hye bisa berada di sini.

That Day [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang