10

1.7K 183 17
                                    

Mark Lee membuka matanya ketika merasakan sengatan mentari menerpa wajahnya. Namun ia kembali memejamkannya lagi dan memalingkan wajah ke arah berlawanan. Ia hampir terlelap lagi kalau sebuah kesadaran tentang siapa yang membuka gorden jendela hingga membuat sinar mentari mampu memasuki kamarnya lewat dipikirannya. Dibukanya matanya dengan paksa untuk mendapati tempat tidur di sisinya yang kosong. Ke mana Shin Hye Sang pergi?

Sembari menguap, Mark mendudukkan tubuhnya yang lelah. Badannya terasa pegal, matanya masih terasa berat. Akhirnya ia memilih diam terlebih dahulu untuk mengumpulkan kesadaran dan mengistirahatkan tubuhnya, walaupun sebenarnya ia baru saja selesai beristirahat. Tadi malam ia tak bisa tertidur karena bayang-bayang tubuh bagian atas Hye Sang masih menghinggapi pikirannya. Oh, memikirkannya saja sudah mampu membuat wajahnya memanas.

Semalam, setelah diteriaki oleh Hye Sang, ia pun berbalik. Wajahnya terasa sangat panas hingga merambat ke telinga dan lehernya. Masih terngiang jelas di kepalanya apa yang sudah dilihatnya. Walaupun gadis itu memakai bra seperti kebanyakan bra di Korea Selatan yang seperti tank top tapi tak menutupi pusar, namun tetap saja ia baru saja melihat tubuh bagian atas gadis itu yang biasanya ditutupi kemeja longgar.

Setelah kejadian itu, ia tak berani menatap Shin Hye Sang hingga saat makan malam tiba. Sedangkan Hye Sang tetap bersikap biasa saja kepada anggota keluarganya yang lain. Bahkan ketika kedua orangtuanya bertanya tentangnya, Hye Sang menjawab dengan lancar hingga bisa bertanya pendapatnya. Apa hanya ia yang merasa canggung pada gadis itu?

Mark mendesah dengan pelan mengingat kejadian semalam. Digelengkannya kepalanya guna menghilangkan ingatan tentang gadis itu. Tetapi, nyatanya bayangan itu terus terngiang di kepalanya. Kulit putih gadis itu hampir sama dengan bra putih yang dikenakan. Bahkan ia hampir berpikir kalau gadis itu tak memakai, oh, sudahlah.

Setelah mengeluarkan dengusan, Mark memilih beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah dan menyikat gigi. Ketika sudah selesai, ia berjalan keluar dari kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan lebih duapuluh menit. Ia melewatkan jadwal sarapan pagi.

Ia melangkah menuju ruang makan, di sana hanya ada ayahnya yang sedang menyesap kopi dan membaca koran.

"Selamat pagi, Appa," ucapnya seraya mendudukkan diri di kursi di dekat ayahnya.

Tuan Lee menurunkan koran untuk melihat wajah anak bungsunya. "Selamat pagi, Nak. Kalau kau mencari Hye Sang, dia berada di dapur bersama eomma, sedang masak bersama."

Mark mendelik mendengarnya. "Jadi appa dan eomma belum sarapan?"

Tuan Lee menggeleng sebagai jawaban.

Melihat itu, Mark segera melangkah ke dapur. Di sana, eomma-nya sedang mengobrol seru bersama Shin Hye Sang. Gadis itu sudah tampil rapi dengan dress selutut berwarna soft pink. Karena tubuh gadis itu yang memunggunginya, jadilah eomma-nya yang menyadari kehadirannya lebih dulu.

"Kau sudah bangun?" tanya ibunya seraya menatapnya. Hye Sang ikut menoleh menatapnya.

"Sudah, Eomma."

"Padahal Hye Sang sudah bangun sejak tiga jam yang lalu, dia juga sudah wangi. Eomma bahkan belum bangun saat dia sudah di sini bersama Bibi Kim," tutur ibunya penuh senyum dalam setiap kalimatnya.

Pandangannya beralih menatap Hye Sang yang hanya terdiam di tempatnya. Ditelusurinya wajah gadis itu yang masih terlihat kelelahan. Ia sudah menduga sesuatu tentang gadis itu, tapi ia tak menyangka dugaannya benar.

"Apa?"

Mark terkejut melihat gadis itu tiba-tiba bertanya tanpa suara, hanya dari gerakan bibir gadis itu yang mampu ia tangkap. Ia mengernyitkan dahi sebagai balasan.

That Day [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang