12

1.7K 187 25
                                    

Shin Hye Sang mengerjapkan matanya yang kini terasa ringan kembali. Setelah pandangannya kembali jelas, ia mampu menangkap langit-langit kamar yang dibiasi warna keemasan dari lampu tidur, kemudian ia menoleh ke kanan, matanya melebar melihat seseorang tengah tertidur dengan nyenyak. Di sampingnya.

Bukankah Mark Lee yang mengatakannya sendiri kalau saat ia tidur, laki-laki itu akan berada di ruang tengah? Tapi kenapa sekarang malah ada di sini?

Namun sedetik kemudian ia mengembuskan nafas pasrah saat menyadari kenyataan kalau kamar ini milik Mark Lee. Terserah laki-laki itu mau tidur di kamarnya atau di mana.

Dimiringkannya tubuhnya yang telentang agar mudah memandangi wajah Mark yang tertidur menghadapnya. Wajah Mark terlihat damai, tulang pipinya yang biasanya terlihat jelas, kini tampak sedikit samar. Pandangannya beralih pada bibir Mark yang berhasil merebut ciuman pertamanya. Ya, ciuman pernikahan dua hari lalu adalah ciuman pertamanya. Bukan ciuman oleh anak-anak--karena ia sering dicium oleh anak-anak di rumah sakit atau di panti asuhan--melainkan ciuman oleh pasangan. Dan ia tak tahu kenapa Mark menciumnya hingga melibatkan lumatan, walau sebentar.

Disingkirkannya pikiran itu, mungkin Mark menduga kalau ia adalah Kang Mina. Pikiran lain menghinggapinya. Mark Lee belum pernah tersenyum padanya, begitupula ia. Senyuman yang ditunjukkan Mark hanya senyum malu, sementara ia senyum jahil. Tak pernah ada senyum tulus di antara mereka, karena mereka memang terpaksa melakukan ini. Dan ia tak tahu pernikahan ini akan bertahan hingga akhir seperti yang diharapkan Mark, atau berhenti di tengah layaknya harapannya.

Setelah menghela nafas, Hye Sang memilih beranjak ke kamar mandi. Setelah membersihkan wajah, ia mematut diri di cermin westafel. Wajahnya terlihat segar kembali setelah tertidur selama delapan jam. Pusing di kepalanya pun sudah mereda. Fisiknya kembali pulih. Dan ia mendapatkan semua itu karena obat. Hal yang memang wajar bagi sebagian orang, namun tidak baginya. Ia pernah tak bisa tertidur selama seminggu berturut-turut hingga akhirnya ia dibius. Selama waktu itu, pikirannya sudah kacau, nafsu makannya berkurang, tubuhnya tampak ringkih, dan yang lebih membuatnya menyesal adalah ia meminum berbagai macam pil tidur.

Ketika bayangan itu hendak memenuhi pikirannya, ia segera menggelengkan kepalanya, lalu membasuh wajahnya lagi. Setelah itu ia kembali ke kamar. Ia terhenti saat mendapati meja rias kini terdiam di samping nakas. Kenapa tadi ia tak melihatnya? Padahal berada tepat di samping meja nakas di sisinya. Langkahnya berlanjut ke koper miliknya yang belum dibongkar. Dibukanya koper itu, isinya pakaian, tentu saja. Dilihatnya lemari berpintu empat itu, lalu kembali ke kopernya. Terus seperti itu hingga akhirnya ia mendengar lenguhan.

Ia segera berbalik menghadap Mark yang tengah menggeliatkan tubuhnya, lalu meraba-raba sisi yang ia tempati sebelumnya. Laki-laki itu mencarinya. Ia masih terdiam ketika Mark sudah menatapnya dengan mata mengantuk.

"Aku membangunkanmu?" tanya Hye Sang dengan lirih.

Mark hanya menggumam seraya menekankan kepalanya ke bantal.

"Maaf. Kau lanjutkan tidurmu saja, aku tidak akan berisik," ujar Hye Sang seraya menyentuh kopernya. Sepertinya Mark terbangun karena mendengar suara resleting koper.

Tak ada jawaban.

Hye Sang meringis, lalu beranjak untuk mengambil ponselnya yang ternyata sudah selesai di charge dan kini tersimpan rapi di atas meja nakas. Mungkin Mark yang melepas charge dan menyimpannya di atas meja nakas.

"Kenapa kau bangun?"

Ia segera menoleh pada Mark yang kini sudah menatapnya dengan segar, walaupun sepertinya laki-laki itu terlalu malas untuk bangun karena kini laki-laki itu masih berbaring.

That Day [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang