27

196 24 5
                                    

Mark Lee melangkah keluar dari lift sambil menatap layar ponselnya yang menunjukkan waktu sekarang, 00.47. Kemudian menatap tangan kirinya yang memegang apple pie yang terbungkus rapi. Ini sudah terlalu malam, batinnya. Mungkin istrinya sudah tidur.

Setelah rekaman semua lagu yang akan ada di albumnya, ia harus rapat mengenai konsep video musiknya dan itu berlangsung lama. Beruntung ia langsung membeli apple pie ketika melewati toko kuenya, kalau menunggu hingga ia selesai rapat, kemungkinan besar tokonya sudah tutup.
Sesampainya di depan pintu apartemen, ia pun memasukkan password kemudian masuk. Lampu otomatis menyala begitu ia menginjakkan kaki di pelataran pintu masuk.

"Apa dia belum pulang?" Gumamnya saat tak melihat sepatu Shin Hye Sang yang biasanya di letakkan di pelataran pintu masuk, berjajar dengan sepatu yang kini sedang dilepasnya. Setelah sepatunya terlepas, Mark melangkah masuk lebih dalam dan ia mendapati ruangan yang gelap.

"Apa ada operasi dadakan? Atau jaga malam? Tetapi dia tak mengatakan apapun." Mark kembali bergumam sembari menyalakan seluruh lampu. Setelah meletakkan apple pie-nya di meja makan, ia segera melangkah ke kamar. Lagi-lagi gelap dan tak ada istrinya. Ia pun segera menelpon istrinya.

"Halo?"

Mark mengembuskan nafas lega mendengar suara istrinya. "Jagi-ya, kau masih di rumah sakit?"

"Tidak. Aku di rumah."

Mark mengernyit. "Rumah?"

"Rumahku."

"Kenapa kau ada di sana?"

"Ingin saja."

"Wha-? Why? Tidak, tidak, ya sudah, aku ke sana." Sambungan telepon diputus setelah mendengar gumaman dari Shin Hye Sang. Mark mengambil kemasan apple pie-nya, kemudian berjalan keluar dari apartemennya. Sekarang memang sudah larut, ia juga cukup lelah, tetapi ia tak mungkin membiarkan dirinya tidur sendirian sementara jarak apartemennya dan rumah istrinya masih bisa dijangkau. Ia yang tidur di sana atau keduanya kembali ke apartemen, hanya itu pilihannya. Dan lagi ia tak masalah tidur di rumah Shin Hye Sang. Ia bukan orang yang suka pilih-pilih tempat untuk tidur, mengingat pekerjaannya yang sering mengharuskannya tidur bukan di kamarnya.

.

.

.

"Hye Sang-eonni membunuh keluarganya sendiri. Benar, bukan, Eonni?"

Shin Hye Sang menatap sepupunya dengan nanar. Apa yang baru saja ia dengar? Seringaian tampak di wajah sepupunya itu. Lalu ia menoleh pada Jung Soo Ri yang tampak terkejut. Oh, tidak. Apa ia sungguh tak boleh bahagia?

"Soo Ri-a..."

Jung Soo Ri menatap Hye Sang dengan bingung. "Apa ucapannya benar, Hye Sang-a?"

Han Ji Hye terkekeh. "Tentu saja benar. Hanya karena iri pada kakaknya yang lebih disayang oleh orangtuanya–

"Stop." Hye Sang bergumam. Ingatan hari itu yang ia pikir telah menghilang mendadak muncul kembali. Sepertinya ingatan hari itu hanya mengendap jauh di dasar, tidak sepenuhnya menghilang.

–Hye Sang-eonni membunuh kedua orangtuanya dan kakaknya.

"Berhenti." Bibirnya bergetar, begitu juga tubuhnya.

–Konyol sekali, bukan?"

"Hentikan." Soo Ri berucap dengan tegas. "Kau tidak dengar Hye Sang sudah memintamu berhenti dari tadi?"

Han Ji Hye mendengus, namun kemudian menyeringai melihat wajah pucat sepupunya. Tentu saja ia tahu hal itu masih memberikan efek yang besar pada kakak sepupunya itu. Lihat saja, wajahnya pucat pasi padahal ia baru mengatakan sedikit dari rentetan masa lalu menyakitkan Hye Sang. Sikap Shin Hye Sang sehari-harinya memang terlihat biasa saja, seakan tak pernah mengalami masa lalu yang menyakitkan. Membuatnya sempat tertipu kalau kakak sepupunya itu sudah tak terpengaruh dengan masa lalunya. Tapi ternyata sebaliknya, masa lalu masih sangat berpengaruh pada sepupunya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That Day [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang