Info Penting!

47 1 0
                                    

Yuhuuuu ....

Welcome back to my story, Guys.🙋🙋🙋

Lapak ini akan kujadikan lapak promosi juga, ya.

Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh.

Apa kabar kalin semua? Enggak nyangka udah pindah tahun 2021 aja.

Aku datang kembali setelah lama meninggalkan dunia orange ini.

Tahun baru, pasti ada cerita baru. Aku mau promosi tulisan baruku, Guys. Dan ke depannya, lapak ini akan kujadikan lapak promosi. Wkwkwk.

Judulnya, UNTHOUGHT LOVE (Ketika Takdir Berbicara) >>> Menikah dengan gadis yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Judulnya, UNTHOUGHT LOVE (Ketika Takdir Berbicara) >>> Menikah dengan gadis yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini cover dan sinopsisnya.

Aku kasih spoilernya, juga, ya.

Cuplikan bab 1

Didesak

“Menikah sama Amel, atau kamu enggak usah balik ke rumah Mama.” Satu kalimat to the point yang diucapkan Aisyah, saat pertama kali putranya mengangkat teleponnya, membuat si putra menggeram di tempatnya.

“Mama, Adib lagi di kampus. Please, kalau mau bicara soal itu, nanti aja, ya. Adib pulang, ke rumah Mama, ya?” jawab Adib, masih menggunakan kalimat sopan dan nada rendah. Meskipun ia sudah kesal saat kalimat pembuka telepon dari mamanya adalah kalimat menyebalkan itu lagi. Adib berusaha menyabarkan dirinya, dengan menarik napas kuat-kuat, lalu mengembuskannya perlahan. Ia tidak ingin pembicaraannya kembali berakhir dengan perdebatan seperti yang sudah-sudah.

“Tidak usah mengalihkan topik pembicaraan, Adib,” tekan Aisyah. Jika saja ia tidak ingat akan siapa dan jasa apa yang telah wanita itu lakukan untuknya, pasti Adib sudah memarahinya habis-habisan. Mood-nya sedang buruk, tetapi dipaksa untuk berdebat.

“Mama Aisyah, please. Mama udah tahu dengan apa yang Adib inginkan sekarang, ‘kan? Kenapa Mama maksa Adib terus? Adib capek dipaksa-paksa terus kayak gini, Ma. Pake maksa nikah sama Amel, lagi. Adib lebih kenal Amel daripada Mama, makanya Adib enggak mau.” Ia mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. Pikirannya kacau memikirkan ucapan Aisyah.

“Lalu, kalau bukan Amel siapa, Nak? Mama milih Amel karena Mama yakin dia bisa jadi pendamping yang baik untuk kamu. Lagipula selama ini kamu enggak pernah dekat dengan cewek selain dia. Bahkan banyak mahsiswimu yang terang-terangan ingin dekat denganmu, tetapi kamu membentangkan jarak di antara mereka,” protes Aisyah.

“Perempuan di dunia ini bukan hanya Amel, Ma. Lagian Mama enggak bosen apa memaksakan apa yang enggak Adib inginkan? Adib aja bosen ditekan terus sama Mama,” sahut Adib.

“Mama enggak akan bosen untuk yang satu itu, Adib. Kamu harus menikah, Nak.” Suara Aisyah kembali terdengar setelah beberapa waktu berlalu tanpa percakapan. “Mama hanya takut kalau kamu memilih sendiri selamanya, Nak.” Akhirnya alasan paling utama itu terucap dari lisan Aisyah. Suaranya sudah memelan. Hanya kekhawatiran yang tertangkap dari nada bicara wanita itu.

“Yang bilang Adib enggak mau menikah itu siapa, Mamaku Sayang? Adib pasti nikah.” Tanggapan Adib itu membuat Aisyah menghela napas lega. Setidaknya, masih ada keinginan untuk menikah dalam diri putranya itu.

“Tapi enggak dalam waktu dekat ini, ya, Ma. Lagipula Adib baru dua puluh sembilan tahun, ‘kan, Ma.” Aisyah yang semula berpikir bahwa putranya akan luluh setelah mengucapkan kalimat menenangkan seperti tadi, kembali dibuat kesal oleh kalimat lanjutan yang selalu mengarah pada pengelakan. Ia kembali naik darah karena ucapan itu.

“Baru dua puluh sembilan kamu bilang? Kamu mau nikah di umur berapa, Adib? Di usia empat puluh tahun? Yang benar saja? Kamu enggak lihat, adik-adik sepupu dan teman-teman kamu yang usianya jauh di bawah kamu aja udah punya anak. Bakhan udah ada yang punya dua dan tiga anak, Dib,” omel Aisyah. Ia tidak habis pikir kenapa putranya itu sangat keras kepala untuk urusan ini.
“Apa lagi yang kamu tunggu? Pekerjaan? Kamu sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai dosen, belum lagi kerjaan online kamu itu. Usia kamu juga sudah cukup matang untuk berkeluarga, Nak.”

***

Mau tahu kisah yang lengkap? Kunjungi akun aku di Novelme (web novel berlogo N kuning), dengan nama pena Khairotin Najmah.

Lalu, sebelum membaca ada baiknya, kalian tambahkan dulu ceritaku ke rak bacaan, ya. Di platform Novelme rak bacaan (subscribe) itu sama dengan menambahkan ke perpustakaan di sini, oke?

Kutunggu vote, review dan subscribe dari kalian, Guys.

Oh, iya satu lagi. Cerita ini akan update setiap hari, ya. Dan aku juga akan mengirim cuplikan babnya di sini. So, bagi kalian yang penasaran, langsung cek di Novelme.

Sekian dulu cuap-cuap dari aku. Aku senang banget jika ada dari kalian yang mau baca dan subscribe.

Terima kasih, Guys.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Syahiidah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang