31. Keputusan

118 16 0
                                        

Sehabis dari kantor, dokter Fauzan langsung kembali ke dhelem. Tekad untuk menemui kyai Luthfan dan membicarakan keinginannya untuk mengkhithbah Nafisah sudah bulat.

Tapi, sepertinya tubuhnya harus direhatkan sebentar. Ustadz Fauzan lalu memutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah itu, melaksanakan solat dhuhur, disusul sedikit bacaan al qur'annya.

"Fauzan, beruntung kau disini, abah mau bicara."

Kebetulan sekali, saat itu ustadz Fauzan memang sedang bersiap untuk menemui kyai Luthfan. Kyai Luthfan lalu membawa ustadz Fauzan ke ruang tengah, dan mengambil posisi untuk duduk di sofa.

"Abah mau bicara apa, kebetulan Fauzan juga ingin bicara sama abah..."
"Sampaikan nak.."

"Abah dulu saja... nanti Fauzan bicara setelah abah."

Kyai Luthfan menarik napas pelan.
"Selama ini, sejak kamu kecil sampai menjadi seperti ini, abah selalu memenuhi kebutuhan bahkan keinginanmu. Abah rela menjual tanah abah, hanya demi mengabulkan keinginan kamu."

"Sekarang kamu sudah dewasa nak. Kamu sudah menjadi seseorang yang memang sangat diidamkanmu selama ini. Kamu sudah meraih gelar doktermu itu nak. Dan seharusnya, kamu segera mempunyai pendamping."

"Abah benar, walau bagaimanapun, Fauzan tidak bisa terus-terusan bergantung sama abah dan ummi."

"Terima kasih kamu mau mengerti nak."

"Lalu, apa yang ingin abah sampaikan? Sepertinya, masih ada kelanjutannya?"

"Kamu benar, Fauzan." Sejenak kyai Luthfan terdiam seperti mengatur deru napasnya yang kasar. Membuat ustadz Fauzan ikut gelisah dibuatnya.

"Maafkan abah sebelumnya Fauzan, tapi, abah sudah terlanjur berjanji kepadanya. Abah harus menyampaikan keputusan yang disepakati dalam perjanjian itu. Abah sudah menjodohkanmu dengan seseorang pilihan abah dan ummimu, nak!"

"Dan abah yakin, kamu akan menerimanya, karena dia selain sholihah, dan baik hati, cantik pula. Dia gadis yang lemah lembut."

***
Mau tahu, reaksi ustadz Fauzan gimana? Terus siapa yang dijodohkan dengan beliau?

Ayo komen guys, siapa tahu, itu beneran Nafisah.
Doain ya!

Jangan lupa bintangnya juga, disentuh ya!

See you next part!

Syahiidah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang