51. Penyesalan

8.6K 1.6K 396
                                    

Erika tidak berani menemui Anera langsung. Sekalipun ia sering datang menjenguk. Namun hanya sebatas sampai di depan pintu. Kemudian ia akan duduk di depan ruang inap Anera. Duduk seorang diri sambil merenungkan banyak hal. Nanti ia akan menitip ke suster untuk memberikan makanan yang ia bawa ke Anera. Ia juga sering membawakan Anera novel agar tidak bosan.

Erika terlalu takut melihat Anera. Suaranya seperti menghilang ditelan oleh penyesalan yang nantinya akan meluruhkan air matanya. Erika tidak mau menemui Anera dengan air mata yang berderai. Itu akan membuat Anera semakin terluka.

"Erika kamu sendirian?"

Erika buru-buru mengangkat kepalanya saat namanya dipanggil. Ia menemukan Banyu berjalan ke arahnya dengan membawa bunga dan beberapa makanan.

"Dokter Banyu?" Erika heran melihat kehadiran Banyu. "Dokter kenal Anera?"

Banyu mengulas senyuman manis. Duduk di samping Anera. "Saya kenal. Dari Ale."

Erika mengangguk pelan. Sekarang mengerti alasan Banyu ada di sini. Erika tidak menyangka kalau Aleanom akan memperkenalkan Anera ke Banyu.

"Kamu kenapa cuma duduk di sini?" tanya Banyu.

"Saya.....cuma....." Erika tidak bisa menceritakan apa yang ia rasakan kepada Banyu. Ia ingin menyimpannya sendiri.

"Anera sudah membaik. Dia sudah mau dikunjungi dan berbicara. Saya rasa dia pasti senang dijenguk kamu." ujar Banyu, mengerti apa yang Erika pikirkan.

Kedua tangan Erika saling berpegangan dengan kepala tertunduk. "Iya tapi saya.....rasanya....menakutkan..." Erika tersenyum kaku.

"Ya saya mengerti perasaan kamu. Sebagai seorang sahabat pasti berat melihat penderitaan Anera."

"Iya." jawab Erika lemah.

"Apalagi sebelumnya Anera mengidap Athazagoraphobia. Dia tertekan dengan keadaan keluarganya. Dan sering melakukan self injury."

"Hah?" Erika langsung menatap Banyu terkejut. Ia memang tahu kalau Anera punya masalah dengan keluarganya. Namun tidak tahu kalau Anera mengidap Athazagoraphobia. Apalagi sampai melakukan self injury.

"Kamu.....nggak tau?" tanya Banyu bingung.

"Saya tau Anera bermasalah sama keluarganya. Tapi kalo Athazagoraphobia dan self injury.....saya.....Anera nggak pernah cerita apapun ke saya." kata Erika masih terkejut.

"Ale tau soal itu." ujar Banyu. "Kamu tau kalo Anera pernah mau bunuh diri dan Ale yang nyelamatin? Anera membutuhkan Ale untuk sembuh."

Jantung Erika seperti diremas dengan sangat kuatnya ketika mendengar cerita tentang Anera yang tidak ia ketahui. Apalagi ketika Banyu mengatakan kalau Anera membutuhkan Aleanom. Benar-benar orang yang bodoh ketika menyadari kalau dirinya pernah ingin merebut Aleanom dari Anera.

Erika pikir Anera sangat sempurna. Erika pikir Anera tidak membutuhkan Alenaom. Dirinya yang paling membutuhkan Aleanom. Erika pikir Anera akan baik-baik saja tanpa Aleamom. Apalagi Anera memberinya kesempatan memiliki Aleanom seolah hadirnya Aleanom tidak terlalu penting bagi Anera.

"Kenapa Anera nggak pernah cerita apapun ke saya? Padahal kita.....saya pikir Anera menganggap saya sahabat......tapi.....kenapa?" Erika menunduk sebawah mungkin. Matanya tidak kalah perih dari jantungnya.

"Terkadang memiliki rahasia adalah cara seseorang bertahan hidup. Ada beberapa rahasia yang bila diketahui orang lain akan membuat dirinya hancur." ujar Banyu.

Erika menutup wajahnya. "Saya bodoh banget dok. Saya.....saya....benar-benar bodoh....selama ini saya nggak tau apapun tentang Anera..." suara isakan tangis Erika mulai pecah.

ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang